Brian berbaring dikasur, memainkan kotak beludru berwarna biru pemberian Hana semalam. Dilemparkannya keudara lalu ditangkap kembali, sesekali dia membuka kotak tersebut. Memandang tanpa henti jam tangan berlapis batu onyx itu kemudian ditutup lagi dan kembali melempar kotak tersebut.
She remembered. Gumannya.
Sudah lama dia tidak mendapatkan hadiah ulang tahun. Bahkan Sara tidak pernah sekalipun memberinya sebuah hadiah. Apalagi James, yang mungkin saja sudah melupakan hari ulang tahun papanya. Tapi Hana-wanita yang telah meninggalkannya sepuluh tahun yang lalu-justru mengingat hari ulang tahunnya serta memberinya sebuah hadiah. Sebuah jam tangan mewah, yang Brian sendiri yakin harganya cukup menguras kantong.
Kenapa Hana rela mengeluarkan uang hanya untuk membelikan hadiah untuk Brian?
Why?
Brian yang saat itu yakin bahwa cinta mereka tak terpisahkan, harus menerima kenyataan bahwa Hana telah berkhianat. Dan yang lebih menyakitkan baginya adalah Hana sama sekali tidak menyangkal perselingkuhannya dengan Derrick, sahabat sekaligus pengacara pribadinya. Dia justru memilih pergi meninggalkan rumah. Pernikahan yang Brian pikir akan terus berjalan hingga masa tuanya harus kandas diusia 5 tahun.
Awal perpisahan sangatlah berat bagi Brian. Semua kenangan tentang Hana begitu melekat kuat di hidupnya. Rumah yang tadinya hangat tiba-tiba terasa dingin. Hidupnya terasa sangat hampa tanpa keberadaan Hana disisinya. Bahkan sempat terbersit dalam pikirannya untuk mengakhiri hidup. Namun pikiran tersebut langsung menguap ketika melihat James kecil.
Dia yang meminta pada Hana untuk tetap bersama James ketika wanita itu hendak membawa pergi putra semata wayang mereka. Demi James dia akan terus bertahan.
Karena James adalah bukti cinta mereka berdua.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, Brian mulai terbiasa dengan ketidakhadiran Hana. Semua rutinitas yang tadinya sering dilakukan bersama dapat dilakukannya seorang diri sekarang. Termasuk dalam membesarkan James. Dia juga mulai pergi kencan dengan wanita-wanita lain. Mencoba menikmati hidupnya kembali, melupakan kenangannya bersama Hana. Hanya saja dia tidak bisa mengubah satu kebiasaan yang telah dibangun bersama Hana. Dia tidak bisa tidur sendiri.
Dulu, dia selalu tidur bersama James. Tetapi seiring bertambah dewasa, anak itu tidak mau lagi tidur dengannya. Bahkan dia merasa bahwa James menjauh dari dirinya. Tidak mau merasa kesepian terlalu lama, Brian memperbanyak waktunya untuk berkencan dengan para wanita. Saking seringnya, Brian sendiri lupa berapa banyak wanita yang dikencaninya. Asal dia tidak kesepian siapapun bisa tidur dengannya.
Ketika Brian yakin dirinya telah move on dan bahkan menemukan pengganti Hana. Wanita itu justru muncul secara tiba-tiba dihadapannya. Membuka kembali pintu kenangan yang sudah ditutupnya rapat-rapat. Segala perhatian yang diberikan Hana telah mengulik celah kecil dimana dia meletakkan perasaannya terhadap wanita itu.
"Jangan sekarang." Guman Brian pada dirinya sendiri.
Dia sadar betapa lemah dirinya terhadap cinta. Sedikit perhatian bisa membuatnya jatuh cinta pada seorang wanita. Terlebih sang pemberi uperhatian tersebut adalah wanita yang pernah mengisi hatinya belasan tahun yang lalu. Dia sangat yakin akan lebih mudah baginya jatuh cinta pada Hana lagi.
"Jangan sekarang." Kali ini Brian berkata sedikit lebih keras.
Tetapi kenangan akan pengkhianatan Hana menghantui pikirannya. Dia tidak siap jika nanti ditinggalkan lagi. Susah payah dia mencoba untuk keluar dari lubang pahit itu, tak mau lagi dia kembali masuk kedalam lubang yang sama. Lagipula dia memiliki Sara saat ini. Sara yang telah memperbaiki lubang hatinya yang hancur. Dan dia tidak ingin menyakiti wanita tersebut, seperti apa yang telah dilakukan Hana kepadanya.
Gue nggak bisa menerima jam tangan ini. Harus gue balikin. Ucap Brian pada dirinya sendiri.
Mantap dengan pilihannya, Brian segera bangkit dari tidurnya untuk menemui Hana dan mengembalikan jam tangan tersebut. Setibanya di bawah, dia sudah dihadang oleh James yang berdiri diujung anak tangga, memandangnya dengan penuh amarah.
"Papa punya masalah apa sih sama mama?!" Seru anak itu. Sebenci itukah papa sampai harus usir mama dari rumah segala?!
"Huh? Hana pergi dari rumah?" Tanya Brian bingung.
"Lihat saja sendiri." Sahut James ketus.
Brian mengecek langsung ke dalam kamar Hana. Kamar itu dalam keadaan kosong dan rapi, lemari baju juga kosong, serta barang-barang Hana telah menghilang. Hana telah meninggalkan rumah.
"Kenapa dia pergi?" Tanya Brian heran.
"BECAUSE YOU CHASE HER OUT!" Teriak James.
"No, Im not." Sanggah Brian terkejut akan tuduhan James.
"YES YOU DO! Papa nggak suka mama ada dirumah, makanya papa usir mama kan?!"
Sebenarnya Brian tidak masalah jika Hana tetap tinggal dirumah, hanya saja Sara terus merengek karena kesal harus tinggal di hotel terus menerus. Lagipula dia juga belum bicara dengan Hana tentang masalah ini. Tetapi wanita itu sudah terlanjur meninggalkan rumah terlebih dahulu.
"James, papa nggak..."
Ding.. Dong..
Bel rumah berbunyi. Mengabaikan papanya yang belum selesai bicara, James pergi untuk membuka pintu.
"Hai James!! Sapa Derrick riang. Hana ada? Gue telepon kok handphonenya nggak aktif ya?"
"Mama pergi om." Jawab James murung.
"Oh... Handphonenya habis baterai mungkin ya?" Sahut Derrick.
"Nggak om, mama pergi dari rumah. Papa usir!" Ucap James.
Derrick terkejut mendengar ucapan James. Dilihatnya Brian berdiri dibelakang James, balas memandang dirinya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.
Pergi kemana dia? Guman Derrick.
"She must be there right?!" Ucap Brian tajam. "Hana pasti ada ditempat lo!"
Derrick memutar bola matanya mendengar tuduhan Brian. "Kalo dia memang ada dirumah gue, buat apa gue jauh-jauh kerumah lo buat nganterin mobil?"
Malas berdebat dengan Brian, Derrick beralih pada James dan mengelus rambut pria muda tersebut.
"Dont worry, I'll find her."
James mengangguk pelan sebelum membiarkan Derrick meninggalkan rumah.
-----------------------------Yuhhuuu~~~~~
Thanks for waiting ^^
Slow but sure I'll keep updating the story.
Keep support me and give me all your love ya..
♥♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Play [HIATUS]
General Fiction"Maaf telah menyakitimu. But can we start all over again?"