Ps: Hana Jamali in the preview
-----------------------------------------------------------
Sudah hampir seminggu Hana menumpang di rumah Bryan. Selama itu pula hidup Bryan terasa seperti sedang naik Roller Coaster. Sifat Hana yang sangat demanding dan juga hard to pleased membuat suasana rumah menjadi sangat menegangkan. Sering kali dia kena marah hanya karena hal-hal kecil. Kalaupun dia melakukan suatu hal dengan baik, selalu saja ada yang dikomentari jelek oleh Hana.Tetapi sepertinya hanya dia yang merasa seperti itu.
Berbanding terbalik dengan dirinya, James justru menikmati keberadaan Hana. Anak yang jarang berada dirumah di akhir pekan itu, sering terlihat menghabiskan seluruh akhir pekannya di rumah. Bahkan tidak sekali saja Brian melihat James membantu Hana memasak atau sekedar membersihkan rumah. Seperti hari ini, James sedang membantu Hana menyiapkan makan malam. Anak itu memotong wortel dalam ukuran besar-besar sehingga membuat Hana sedikit kesal.
"Memangnya mulutmu mampu mengunyah wortel dalam ukuran sebesar kepalan tanganmu itu?!" Sahut Hana gemas.
Bukannya sedih karena dimarahi, James justru senang ketika kepalanya dijitak oleh Hana. Dia tertawa dengan sangat puas, tawa yang tidak pernah ditunjukkan selama 10 tahun ini. Tawa yang mungkin hanya ditujukan pada Hana.
"Lho papa kok udah pulang?" Ucap James menyadari keberadaan Bryan diujung pintu dapur.
Hari ini Navis - bos sekaligus sepupunya - berbaik hati menyuruhnya pulang lebih awal. Dan alampun seperti berpihak padanya. Meskipun dia keluar kantor tepat pukul 5 sore, jalanan sama sekali tidak macet. Dalam waktu kurang dari satu jam dia sudah sampai di rumah.
Melihat Hana dan James sedang bercanda didapur membuat hati Bryan menghangat. Sebuah pemandangan yang tidak pernah dilihatnya selama ini. James terlihat sangat bahagia saat bersama dengan Hana. Diam-diam dia merasa bersalah telah memisahkan anak itu dari ibunya.
Oh James, what did I do? Kau terlihat sangat bahagia saat bersama Hana.
"Kalo lo udah balik, langsung cuci tangan dan ganti baju. Jangan diem aja disana! Lo bawa bakteri dari luar!" Ucapan Hana membuat Bryan kembali dari lamunannya.
"Baik nyonyah." Ejek Brian kesal.
"Gue beli garam mandi tuh, go soak yourself!" Ucap Hana sebelum Brian berbalik meninggalkan dapur.
Ada beberapa hal yang berubah semenjak Hana tinggal di rumah ini. Pertama, James tidak pernah membantah perintah Brian lagi. Mood anak itu juga tidak mudah berubah seperti sebelumnya. Dan yang kedua, Hana membawa semua kebiasaannya seperti waktu dulu mereka masih bersama.
Salah satunya adalah memenuhi kamar mandi mereka dengan beberapa jenis garam mandi dengan berbagai macam aroma dan fungsi. Bahkan Brian sering menemui lilin-lilin aroma terapi di setiap sudut rumah. Menjadikan rumah berbau nikmat.
Tentu saja Brian tidak keberatan dengan keberadaan benda-benda tersebut. Bahkan dia mulai menikmatinya. Seperti saat ini, dia sedang merendam tubuhnya didalam bathtub yang terisi penuh denngan air panas bercampur himalayan salt.
"Ahhh... Nikmatnya." Desah Brian senang.
Tokk.. Tokk..
Ketika sedang asik berendam, tiba-tiba pintu kamar mandi diketuk dengan pelan.
"Ayen lo nggak lagi tidur didalam sana kan?!" Ucap Hana dari balik pintu. "Hurry up and have dinner together." Lanjutnya sebelum melangkah pergi.
Ayen.... Ayen... Ayen...
Tanpa sadar Brian tersenyum mendengar nama panggilan yang sering diucapkan oleh Hana dahulu.
Oh Hana, you didn't change at all.
-----------------------------------------------------------
Yuhhuuuu..
Here's the 5th chapter..
Terima kasih telah menunggu..
Banyak-banyak vote and comment please...
Saranghae ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Play [HIATUS]
Ficção Geral"Maaf telah menyakitimu. But can we start all over again?"