"Nih pesenan lo." Ucap Derrick menyerahkan sebuah kotak beludru berwarna biru tua.
Hana tersenyum senang menerima kotak tersebut, dia juga terlihat sangat puas ketika membuka isi dari benda tersebut. Sebuah jam tangan kulit yang berlapis batu onyx.
"Thanks." Ucap Hana.
"Buat siapa sih?" Tanya Derrick penasaran. Siapa pria yang membuat Hana repot-repot memesan jam tangan custom yang harganya bisa dibilang cukup menguras isi kantong.
"Ayen. Tommorow is his birthday." Jawab Hana.
Derrick terkejut karena Hana masih mengingat hari ulang tahun mantan suaminya. Bahkan sampai membelikan sebuah kado untuk lelaki tersebut.
"You... You still care for him huh?"
Hana tersenyum misterius. "Well..."
-
Sejak Hana dirumah, isi kulkas selalu penuh dengan berbagai macam bahan makanan segar. Bukan berarti Mbak Jumi tidak pernah memasak. Hanya saja karena James dan Brian jarang sekali berada dirumah, maka Mbak Jumi sengaja mengisi kulkas dengan bahan-bahan makanan cepat saji dan tahan lama.
"Sayang kalau busuk nanti." Ucapnya waktu itu.
James sendiri tidak pernah komplain karena memang seperti itulah gaya hidup mereka selama 10 tahun ini. Papa terlalu sibuk dengan pacar-pacarnya dan James tumbuh di temani Mbak Jumi. Jadi jangan salahkan James jika dia lebih menyayangi mbak Jumi dibandingkan papanya.
"Jadi kangen mbak Jumi." Guman James.
"Mama besok lusa mau ke kampung mbak Jumi." Sahut mama dari balik kulkas.
"Ngapain?... Eh, ini kok banyak makanan?"
James baru menyadari jumlah makanan yang ada di atas meja lebih banyak dari biasanya. Bahkan ada lassagna yang sangat jarang ada di meja makan manapun kecuali di restaurant.
"We'll have special dinner tonight." Jawab Hana riang.
"Oh ya? Apa yang special?" Tanya James.
Hana berpaling memandang James seolah tidak percaya. "Tomorrow's your dad birthday kan?"
Ahh itu...
"Sorry Ma, but I don't think he'll be home tonight." Ucap James. "Papa selalu merayakan ulang tahun dengan para kekasihnya. Maybe this year too."
"Ahhh..." Hana mengangguk mendengar jawaban James.
Melihat raut wajah kecewa Hana dan juga makanan yang tersaji di atas meja membuat James menyesal. Tapi jika dia tidak bilang dari awal, mama pasti akan lebih kecewa.
"Maaf ma, makanannya jadi mubazir." Ucap James.
"Well we can have another dinner. Mama panggil Derrick untuk makan malam bersama kita." Jawab Hana.
Derrick? Maksudnya om Derrick yang itu kan?
"Bukannya papa nggak suka sama om Derrick. Kalo papa tahu om Derrick kerumah dia pasti marah besar ma."
"Yang punya masalah sama Derrick kan papamu bukan mama. Kalau dia memang tidak suka, biar papamu yang menyelesaikan masalahnya sendiri." Jawab Hana tidak peduli.
Satu hal yang James ketahui sejak mama kembali ke rumah. Mama tidak pernah menunjukan ekspresi wajahnya kepada papa. Meskipun begitu James tahu bahwa mama sangat mempedulikan papa. Bahkan sampai hari ulang tahun aja masih ingat, padahal James sendiri lupa.
"Udah gue duga pesta kejutan lo akan berakhir seperti ini." Ucap Derrick begitu tiba di rumah Brian.
Begitu mendapat telepon bahwa Brian tidak akan berada dirumah malam ini, Derrick langsung menerima tawaran Hana untuk makan malam bersama. Tentu saja dia sudah membayangkan betapa banyaknya makanan yang telah disiapkan oleh Hana.
"Gue emang nggak niat bikin pesta kejutan kok." Jawab Hana.
"Kalo emang nggak niat trus ini apaan?" Ucap Derrick menunjuk semua makanan yang tersaji diatas meja. "Dan jangan lupakan jam tangan yang lo pesan buat Brian."
"Ini dan itu adalah hal yang berbeda. Udah jangan banyak tanya, buruan makan!"
Tanpa banyak komentar Derrick langsung mencoba makanan yang tersaji. Hmmm... Masakan Hana memang tidak pernah mengecewakan. Pantas saja restoran yang dikelolanya di Guam sangatlah sukses.
"How nostalgic, kapan ya terakhir kali gue makan masakan lo ini?" Ucap Derrick senang.
"Nine? Or eight years ago? Pas gue buka cabang baru Jamali's Hand." Sahut Hana mengingat-ingat.
"Udah selama itu ya?" Sahut Derrick.
Mendengar dua orang dihadapannya yang sedang bernostalgia itu, membuat James menyadari sesuatu.
Om Derrick bukan pacar mama.
Dari caranya berinteraksi, mereka sama sekali tidak menunjukan ketertarikan secara intim selayaknya pasangan kekasih. Bahkan mereka tidak segan-segan berucap kasar satu sama lain. Lebih mirip seperti sahabat yang sedang bergosip.
"Aneh, bukannya papa benci om Derrick karena mama selingkuh sama om?" Ucap James tiba-tiba.
Dua orang yang sedang berbicara itu langsung terdiam, memandang James kaget.
"Siapa yang ngomong begitu?" Tanya Hana.
"Nenek." Jawab James polos.
Meskipun tidak sepenuhnya mengerti saat itu. James ingat ketika nenek berteriak marah setiap kali dia bertanya tentang mama. Nenek akan menyebut mama sebagai 'wanita jalang' yang kabur dengan pria bernama Derrick. Dan papa akan ikut marah jika kalimat itu keluar dari mulut nenek lalu mereka akan bertengkar sepanjang hari.
"Wow! Gue nggak tau mertua lo kayak gitu." Ucap Derrick.
"Neither I." Sahut Hana.
Walaupun papa selalu membela mama ketika nenek menyebutnya sebagai 'wanita jalang'. Kenyataan bahwa papa tidak menyangkal mama yang kabur dengan om Derrick membuat James ikut berpikir bahwa itulah yang terjadi. Hingga akhirnya dia menyadari bahwa antara mama dan om Derrick benar-benar hanyalah sahabat karib.
"Say ma, you bought a present for papa?" Tanya James.
"Yes! Sebuah jam tangan mahal berlapis onyx. Buat apa coba?" Jawab Derrick sambil menggerutu.
"Well...."
Hana tersenyum misterius setelah memberikan jawaban yang menggantung.
-----------------------
Heyhoooo~~~~
Soraya bebitahh..
Updatenya lama bangeetttss..
Lagi banyak kerjaan jadi nggak sempet nyentuh story ini..
Meski lama I'll promise you untuk tetap update so jangan brenti vote and comment your reaction yaa..
Sankyuuu.. :3 ♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Play [HIATUS]
General Fiction"Maaf telah menyakitimu. But can we start all over again?"