“Sorry ya mas gue ngerepotin lo. Habisnya Brian berisik banget dirumah, gue nggak bisa kerja dengan tenang.” Ucap Hana begitu memasuki kediaman Prabu yang terletak di perumahan mewah milik Wijaya Group.
“Don’t mention it darling. Kita seneng kok ada temen dirumah.” Sahut Prabu membawa Hana menuju ruang tengah. “Tapi gue nggak ngerti kenapa lo malah tinggal di rumah mantan dan lo kan bisa nginep di hotel?”
“Well, ada James dirumah Ayen, I want to spend some times with that kid. And Ayen isn't my ex.”
“Huh?”
“We are not divorce yet.” Jawab Hana kalem.
“WHAT?!!!”
-
Sejak awal pernikahan mereka, Hana sadar bahwa ibu mertuanya tidak begitu menyukai dirinya. Hanya saja dia tidak mengerti apa yang membuat ibu mertuanya itu bisa membencinya. Jika dilihat dari segi bibit, bebet, dan bobot. Nilai Hana telah melampaui ketiga kriteria diatas. Berasal dari keluarga yang cukup berada, berparas menawan, juga pendidikan terbaik yang diterimanya. Meskipun lahir dan besar di Guam, kedua orangtuanya selalu menanamkan nilai dan tradisi Jawa di kehidupan Hana. Tidak sedikit para ibu yang ingin menikahkan anaknya dengan Hana. Jadi dia tidak mengerti mengapa ibu Brian sangat membencinya.
“Bertahun-tahun gue cari tahu alasannya. Sampai akhirnya gue menyadari that I’m marrying a mama’s boy.” Kesah Hana. “Dia pikir gue udah ngambil putra kesayangannya darinya.”
Prabu terkekeh mendengar ucapan Hana. “That well said from a Daddy’s girl.”
Mengingat bahwa Hana adalah putri kesayangan ayah mereka. Their father really spoiling her.
“Every girl is daddy’s girl honey.” Sahut seorang wanita menghampiri Prabu lalu mengecup lembut bibir pria tersebut. “Lo yang paling tahu hal itu kan.”
Wanita itu berbalik menatap Hana “He heads over heels with our daughter.” Membuat Hana terbahak mendengar ucapannya.
“Hey! You should pick her up today right?” Protes Prabu teringat gadis kecilnya yang sedang dititipkan dirumah orangtuanya.
“Ya... Ya... Ini juga mau berangkat.” Jawab Tara. “I'll be home tomorrow night, so clean up the house ya darling.”
Tara mengangkat dagu Prabu dan mengecup bibirnya sekali lagi. Lalu berpaling kepada Hana.
“Enjoy your stay Hana. Titip Prabu ya.” Ucapnya sebelum meninggalkan rumah.
Hana memandang istri Prabu meninggalkan rumah. “Berapa tahun kalian menikah?” Tanya Hana, masih memperhatikan Tara.
"Hmm... Six? Or maybe seven? Nggak ngitung gue.” Jawab Prabu tidak yakin.
“Lo sudah melewati masa krisis pernikahan mas.” Ucap Hana sedih. “So envious.” Lanjutnya.
“Key of relationship is communication darling. And you lack of that.”
Hana terdiam.
“You right mas.”
Bisa dibilang komunikasi antara Hana dan Brian hanya terjadi satu arah. Brian tidak mau mendengarkan orang lain selain mamanya. Bahkan setiap perkataan yang keluar dari mulut Hana tidak ada satupun yang dipercaya oleh pria itu. Itu sebabnya Hana tidak mau repot-repot menjelaskan hubungannya dengan Derrick.
Jika ibu mertuanya berpikir dia berselingkuh dengan kawan lamanya itu. Maka biarlah begitu adanya. Toh meskipun Hana menjelaskan sampai berbusapun Brian tetap tidak akan mempercayainya.
“Wait a minute.” Sela Prabu. “Jadi Brian nggak pernah liat lo cheating sama Derrick?”
Hana menggelengkan kepalanya.
“Dia hanya mendengar dari mertua lo yang nggak sengaja liat lo lagi nangis dipelukan Derrick dan ngira lo cheating?” Prabu bertanya sekali lagi.
Kali ini Hana menganggukkan kepalanya.
“And Brian believing that?”
Hana menganggukkan kepalanya sekali lagi.
Tentu saja Brian langsung mempercayai apa yang dikatakan oleh ibunya, tanpa berpikir untuk mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya. Entah karena cemburu atau yang lainnya. Brian langsung memutus semua kontak Hana dengan orang lain. Dia juga melarang Hana untuk keluar rumah.
Selama beberapa bulan Hana benar-benar tersiksa. Ibu mertuanya bahkan tidak segan-segan menunjukkan rasa bencinya saat itu. Brian sendiri seolah tidak melihat apa yang diperbuat oleh ibunya. Jika bukan karena James mungkin dia tidak akan bisa bertahan. Walaupun pada akhirnya dia memohon pada Derrick untuk mengeluarkannya dari penjara yang disebut rumah itu. Sayangnya dia tidak berhasil membawa James pergi bersamanya.
Setelah berpisah, Hana memutuskan untuk kembali ke Guam. Awalnya memang berat harus berpisah dari orang yang sangat dicintai. Selama beberapa bulan dia mengurung diri didalam kamar, menangis dan menyesali dirinya sendiri. Hana yang selalu tenang menjadi lebih agresif jika ada yang berbicara dengannya. Terlebih jika Brian telat memberikan laporan perkembangan James.
Papa yang khawatir akan psikis Hana yang semakin memburuk, memaksanya keluar dari kamar. Memberikan pekerjaan kepada Hana agar wanita itu selalu sibuk sehingga pikirannya teralihkan dan tidak mengurung diri lagi. Benar saja, mengelola restaurant membuat suasana hatinya lebih tenang. Dia menjadi sering bersosialisasi dengan warga sekitar sehingga bisa sedikit melupakan masalahnya.
Terlalu sibuk bekerja hingga tanpa sadar 10 tahun telah berlalu.
"I almost forgot that I still have a family here." Ucap Hana.
Dia merasa bersalah karena telah meninggalkan rumah begitu lama. Kini dia berusaha untuk memperbaiki kesalahannya itu. Dan ketika kesempatan itu datang, Brian justru telah move on darinya. Kesal rasanya. Tapi Biran tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Salah Hana juga yang sudah pergi terlalu lama.
"Now what will you do?" Tanya Prabu penasaran.
"Gue kesini karena urusan bisnis. Gue nggak mau masalah Brian mempengaruhi kerjaan gue. I'll think about him later. Bussines first." Jawab Hana.
"You know honey, I'll always here for you. Kalo lo butuh bantuan. Just tell me." Ucap Prabu menepuk pelan bahu adiknya.
--------------
Here you are!!!
Kisah Hana dan Brian kian terlihat jelas..
Terima kasih atas vote dan comment kalian..
Wooff yaa ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Play [HIATUS]
General Fiction"Maaf telah menyakitimu. But can we start all over again?"