#3. I'm in Charge

7.3K 485 3
                                    

"Holy shit!"

Navis tersedak ice americano mendengar Brian mengumpat.

"Apaan sih lo, ngagetin aja!" Gerutu Navis.

"She's back." Ucap Brian.

"Siapa?"

Brian menunjukan pesan yang baru saja dikirim oleh James.

From: James Rajendra
Mom is home. Aku pulang sama mama.

"Ya trus kenapa kalo Hana pulang?" Jawab Navis santai.

Brian gemas mendengar jawaban sepupunya yang terkesan tidak peduli itu.

"Gini ya gue jelasin. Hana bilang kalo dia mau bawa balik James ke Guam. Gue nggak mungkin biarkan hal itu terjadi."

"Kan masih belom jelas tujuan dia yang sebenarnya kesini. Siapa tahu dia cuma kangen sama James aja."

"Bisa jadi." Brian mengamini ucapan Navis. "Eh tapi Sara ada dirumah hari ini."

"Nah, kalo itu bisa jadi masalah." Sahut Navis sama sekali tidak peduli dengan kepanikan Brian.

"Sial!"

Brian membereskan barang-barangnya dengan terburu-buru. Dia mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan untuk Navis membayar makan malam mereka yang belum tiba. Lalu pergi begitu saja meninggalkan sepupunya seorang diri. 

Didalam mobil Brian berusaha untuk menghubungi James lagi, namun ponsel putranya justru tidak aktif. Dia juga berusaha untuk menghubungi Sara yang saat ini sedang berada dirumah, namun pacarnya itu juga tidak mengangkat panggilan teleponnya. Sempat berniat untuk menghubungi Hana juga, tetapi dia langsung membatalkan panggilan sebelum tersambung. Dia melempar ponselnya ke kursi penumpang dan mempercepat laju mobilnya.

Begitu memasuki kawasan perumahan tempatnya tinggal, Brian memperlambat laju mobilnya. Setelah melewati dua persimpangan, dia berbelok ke kanan dan melihat sebuah mobil Mazda CX-3 berwarna biru yang terparkir di halaman rumahnya. Dia mengenali mobil yang terparkir itu adalah milik Derrick, pengacara pribadi Hana.

Pasti dia memakai mobil pria itu. Ucapnya dalam hati. 

Perlahan dia memarkirkan mobil dibelakang mobil Hana, karena tidak memungkinkan baginya untuk memasukkan mobil ke dalam garasi yang dihalangi oleh mobil wanita tersebut. Setelah mempersiapkan hati, Brian membuka pintu mobil dan berjalan menuju halaman rumahnya.

Baru saja dia hendak membuka pintu, Mbak Jumi, asisten rumah tangganya muncul dari dalam dengan wajah yang tegang. "Ibu pulang pak." Ucapnya perlahan.

"I know." Sahut Brian ikut berbisik. "Sara mana?"

"Bu Sara ada didalam bersama mas James dan Ibu." Jawab Mbak Jumi. "Sepertinya suasana hati Ibu lagi nggak bagus pak." Lanjutnya memperingatkan Brian ketika pria itu hendak melangkah masuk.

"I know. Thanks Mbak." Ucap Brian.

Begitu Brian memasuki ruang keluarga, dilihatnya Sara, James, dan Hana duduk saling berhadapan. Hana yang pertama kali melihat Brian tersenyum sinis.

"It's good isn't it? Bring your girlfriend while I'm away." Tatapan tajam Hana membuat bulu kuduk Brian meremang. "Oh but it doesn't matter anymore kita kan sudah berpisah."

"What are you doing here?" Tanya Brian tidak kalah dingin.

"Seeing my boy." Jawab Hana tanpa melepaskan tatapan matanya dari Brian.

Untuk beberapa waktu mereka saling memandang satu sama lain. Dalam waktu sepuluh tahun tidak banyak yang berubah dari diri Hana. Mata hitam yang tajam. Seolah siap menelan siapa saja yang berani memandang mata wanita itu. Mata itulah salah satu alasan Brian jatuh cinta pada Hana. Kini mata itu kembali memandangnya lagi. Namun tidak ada cinta dibalik tatapan mata tersebut. Hanya tatapan tajam dan kosong yang tidak bisa ditebak.

Akhirnya Brian melepaskan pandangannya dari Hana membuat wanita itu kembali tersenyum sinis. Lalu wanita itu bangkit berdiri dan berjalan melewati Brian sembari berkata.

"I'll stay for 1 month, so bersikap manislah."

Lalu Hana menghilang dibalik pintu kamar tamu yang terletak di ujung tangga.

-

Brian tersentak bangun ketika mendengar pintu kamarnya diketuk. Kepalanya berdenyut keras karena ketukan pintu yang mengagetkannya. Dia mengerutkan kening memandang jam yang masih menunjukkan pukul 6 pagi. Ini hari Sabtu, dan Mbak Jumi tahu dengan pasti bahwa dia tidak ingin dibangunkan dihari liburnya. Tentu saja dia kesal karena harus bangun sepagi ini, apalagi karena gangguan barusan.

Pintu diketuk sekali lagi, kali ini lebih keras dan berulang kali dengan tidak sabar. Semakin kesal dengan suara ketukan pintu yang mengganggu. Brian memaksa tubuhnya untuk bangkit, dan membukakan pintu. Dia baru akan mengomeli Mbak Jumi ketika yang muncul dihadapannya justru Hana.

"Cepat turun! Gue bikin sarapan!" Perintah Hana sebelum pergi. "Dan bangunkan pacarmu itu, kita sarapan bareng."

Lima belas menit kemudian Brian turun bersama dengan Sara. Dia melihat James yang sudah duduk dimeja makan dengan mata setengah tertutup. Sedangkan Hana terlihat sibuk di dapur seorang diri.

Dia melihat beberapa makanan tersaji diatas meja. Ada sosis panggang, scramble egg, bacon, serta pancake. Ada sedikit nasi goreng, susu dan jus juga.

"Gue nggak tahu bagaimana kalian sarapan. So I make everything." Ucap Hana membawa segelas kopi dan sepiring tambahan pancake.

Dia lalu meletakkan kopi tersebut dihadapan Brian dan meletakkan pancake dihadapan James.

"This is-"

"Long black dengan 2 sendok gula." Sela Hana.

Diam-diam Brian merasa senang karena Hana masih mengingat kopi favoritnya. Serta bacon dan scramble egg yang selalu menjadi sarapannya.

"Oh ya, gue kok nggak liat Mbak Jumi sih?" Tanya Brian menyadari Mbak Jumi yang tidak terlihat sejak tadi.

"Mbak Jumi pulang kampung." Jawab Hana cuek.

"Hah?! Kapan?"

"Subuh tadi." Ucap Hana. "Dia pulang kampung selama sebulan. So while she's away I'm in charge here."

Family Play [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang