"James, balik sekolah nongkrong yuk sama anak-anak." Ajak Arden.
"Nggak bisa." Jawab James. "Gue harus sampai rumah sebelum jam 6."
"Heh?!" Arden terkejut mendengar jawaban James. "Udah kayak anak perawan aja lo balik sebelum jam 6."
James hanya tertawa kecut mendengar ucapan Arden.
Semenjak kejadian bulan lalu dimana dia tidak sengaja terjaring razia narkoba. Papanya menjadi lebih ketat dengan kegiatannya. Dia harus berada di rumah sebelum papanya pulang. Jadi tidak mungkin dia bisa nongkrong dulu dengan teman-temannya. Mengingat jarak rumah dan sekolah yang cukup jauh.
"JAMES!"
Tiba-tiba seseorang menepuk bahu James dengan keras. Membuat lelaki itu mengerang kesakitan.
"Apaan sih lo?! Sakit tau!" Gerutunya.
"Lagian daritadi dipanggil kaga nyaut!" Sahut pria berkacamata yang memukul bahu James tadi.
"Ya sorry, gue nggak denger."
Pria itu hanya menghela napas tidak peduli. "Ada yang nyariin lo tuh, didepan gerbang sekolah."
"Siapa?"
"Cewek, putih, tinggi, dan cantik. Kayaknya anak kuliahan deh." Sahut pria kacamata itu sambil mengingat-ingat seseorang yang mencari James. "Modis banget soalnya."
"Lo nggak nanya siapa namanya?" Tanya James.
"Gue terlalu terpesona pada kecantikannya jadi lupa nanya nama." Cengir pria itu.
James memandang hina temannya dan fantasinya itu. Setelah mengucapkan terima kasih, dia langsung berjalan menuju gerbang sekolah. Dimana Arden ternyata sudah berada disana menemui gadis yang dimaksud itu.
Dia memandang Arden yang kini sedang mengobrol dengan gadis itu. Cewek itu memakai kaos longgar berwarna putih dan skinny jeans hitam. Rambutnya yang panjang bergelombang tertutup sebagian dengan topi jerami beraksen pita merah disekelilingnya. Sesekali gadis tersebut tertawa mendengar perkataan Arden.
James melangkahkan kakinya mendekati mereka berdua. Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu menyadari siapa cewek yang menantinya tersebut. Sepertinya cewek itu juga menyadari keberadaan James. Senyum langsung mengembang diwajahnya ketika melihat James yang berdiri beberapa meter dari mereka.
"James!" Ucap cewek itu riang.
"Mom?!" Sahut James terkejut.
Arden langsung menarik tubuh James menjauh begitu mendengar James memanggil gadis kuliahan tersebut 'mom'.
"Tunggu! Gue tadi nggak salah dengar kan? Lo panggil cewek itu mom?" Protes Arden meminta penjelasan.
James mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.
"Maksud lo dia istri muda bokap lo?"
"Nope! Dia nyokap kandung gue." Jawab James mantap.
"Nggak mungkin! Masih muda gitu! Paling umurnya 23 tahun."
Arden masih tidak bisa menerima informasi yang baru saja didapatkannya itu. Bagaimana mungkin wanita semuda dan secantik itu adalah ibu kandung James.
"She is already in her late 30's" Jawab James kalem.
Bahkan informasi terbaru ini masih tidak bisa meyakinkan Arden bahwa wanita itu adalah ibu kandung James. "Nggak! Nggak mungkin banget dia nyokap lo."
"Terserah lo sih kalo nggak percaya." Ucap James merasa tidak harus menjelaskan kepada Arden.
Melihat James yang kembali menghampiri gadis yang masih menunggu mereka itu membuat Arden berlari mendahulinya dan memutuskan untuk bertanya langsung.
"Maaf, tapi aku boleh bertanya kan?" Entah mengapa tiba-tiba Arden berbicara menggunakan bahasa yang sopan. "Kamu beneran ibu James."
Gadis itu tertawa mendengar pertanyaan aneh Arden. "Tentu saja bodoh, aku ibu James. Memangnya kau pikir aku siapa?"
James terbahak mendengar mamanya menyebut Arden bodoh. "He thinks that you are still in your 20's mom. and he doesn't believe that you are my mom."
Hana terkejut mendengar pernyataan anak semata wayangnya itu. "Kalau aku bukan mamamu, lalu siapa aku ini?"
"Kupikir tante pacar James." Sahut Arden setelah mengembalikan jiwanya yang melayang karena terkejut mendengar konfirmasi dari mama James.
"Pemikiran bodoh macam apa itu?" Cemooh Hana.
"But really, you looks so young I thought you are his girlfriend." Jawab Arden polos.
Hana kembali dikejutkan oleh jawaban teman James itu. Ini memang bukan pertama kalinya orang salah mengira usianya yang sebenarnya. Sering kali dia dikira sebagai anak SMA atau anak kuliahan. Namun dikira sebagai pacar dari anak kandungnya sendiri? Baru kali ini dia mendengarnya. Mungkin karena sudah terlalu lama meninggalkan rumah, orang lain tidak menyadari bahwa Hana adalah ibu kandung James.
-
Setelah tadi siang mengalami kesalahpahaman ketika menjemput James. Hana langsung mengajak James pulang rumah. Tentu saja mereka mampir ke restoran cepat saji terlebih dahulu karena James minta dibelikan fish 'n chips. Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah mereka. Ah tidak, rumah Brian. Karena Hana tidak memiliki rumah di Jakarta, tentu saja dia akan menginap di rumah Brian.
"Stop staring at me like that." Ucap Hana tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan kota.
"No, really?! Is this a dream?" Sahut James. "I mean, setelah sepuluh tahun tidak bertemu. Mama kini ada disampingku, menjemputkuu sepulang sekolah, dan membelikanku makanan."
James masih tidak percaya bahwa mama yang telah pergi dari rumah sepuluh tahun yang lalu kembali lagi. Mamanya yang ada di dalam ingatannya 10 tahun yang lalu sama sekali tidak berubah. Cara mama memandangnya dan tersenyum padanya masih sama. Bahkan James merasa bahwa selama 10 tahun ini mama sama sekali tidak menua.
"No baby, this is Me your mom." Jawab Hana mengusap kepala James.
Untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun, James merasa sangat bahagia.
"Euh ma." Ucap James perlahan. "Daritadi papa nelepon, boleh aku balas?"
Hana memandang James heran. "Tentu saja. Beritahu papamu kalau mama pulang."
------
Yeah...
2nd Chapter!!!
Sorry for the late update, but I promise you to keep update anytime soon

KAMU SEDANG MEMBACA
Family Play [HIATUS]
General Fiction"Maaf telah menyakitimu. But can we start all over again?"