"I saw an angel yesterday." Ucap Brian pada Navis.
Navis memandang Brian dengan rasa malas. Sore tadi, sepupunya itu tiba-tiba datang kerumah, menyeretnya keluar untuk menemaninya pergi ke klub malam. Kini mereka duduk berdua disudut ruangan sambil menikmati sebotol wisky karena Navis menolak untuk turun ke lantai dansa.
Sambil menghembuskan rokoknya, Navis melirik ke arah Brian. "For you semua cewek mah angel."
"No Navis, kali ini beda. Wajahnya yang cantik tanpa cela benar-benar looks like a goddess." Sahut Brian bersemangat.
"Is she an angel or a goddess? Because that two different things."
"Yah, terserahlah! Pokoknya dia cantik banget." Ucap Brian. "I never saw a girl as beautiful as her. I think dia angkatan lo deh. Lo tau nggak?"
Mendengar bahwa wanita yang dimaksud oleh Brian satu angkatan dengan Navis. Mau tidak mau dia berpikir bahwa Hana lah yang dimaksud oleh sepupunya itu. Karena, siapa lagi wanita yang paling cantik di angkatannya kalau bukan Hana.
"Banyak cewek cantik di angkatan gue. Yang mana yang lo maksud?" Tanya Navis berpura-pura tidak mengerti maksud Brian.
"You right! Banyak cewek cantik di angkatan lo. Tapi kecantikan cewek yang gue maksud ini melebihi semua yang pernah gue temuin." Jawab Brian. "Rambutnya hitam panjang terurai sampai ke pinggang, kulitnya putih seperti porcelain, dan cara jalannya pun terlihat sangat anggun. Every time I see her, auranya terpancar indah seolah ada sinar yang meneranginya."
Navis kembali memandang Brian dengan tatapan aneh, mendengar penjelasan pria itu mengenai Hana. Sepertinya dia sudah mulai mabuk.
"Lo yakin ketemu cewek beneran, bukan kuntilanak?"
"Sialan lo!" Brian memukul lengan Navis karena ucapan sepupunya itu. "Gue masih bisa bedain mana cewek beneran sama mana cewek setan kali."
Yah, kali aja lo nggak bisa bedain kan. Balas Navis dalam hati.
"Pokoknya lo harus bantu gue cari tahu siapa wanita itu. Kalau perlu kenalin ke gue sekalian." Brian ngotot meminta kepada Navis.
Setelah menyampaikan permintaannya, tiba-tiba Brian bangkit berdiri. Dia berjalan menuju dance floor, menghampiri seorang wanita mengenakan halter dress berwarna ungu yang asik menggoyangkan tubuhnya ditengah-tegah kerumunan manusia yang berdansa. Tanpa basa-basi, Brian melingkarkan tangannya di pinggang wanita tersebut. Membisikan sesuatu ditelinganya sehingga membuat wanita itu cekikikan. Lalu, wanita itu berbalik untuk meraih leher Brian dan mereka berdua berdansa dengan sangat sensual.
Melihat apa yang dilakukan oleh sepupunya itu, membuat navis tersenyum sinis sekaligus merasa jijik. Belum ada lima menit pria itu minta dikenalkan kepada Hana, dia sudah tertarik dengan wanita lain.
"No Bri! Gue nggak akan ngenalin lo ke Hana." Guman Navis.
-
Keesokan harinya, Hana menghampiri Navis yang sedang mengerjakan tugas di perpustakaan seorang diri sambil membawa dua kotak bekal. Hari itu perpustakaan cenderung lebih sepi daripada biasanya, walaupun perpustakaan itu memang selalu sepi pengunjung, dan hari ini bahkan bisa dibilang hampir tidak ada pengunjung. Kecuali dua orang yang sedang duduk di sudut ruangan sambil membuka dua kotak bekal makan siang.
Meskipun telah dilarang oleh petugas perpustakaan untuk membawa makanan. Hana tidak peduli dan tetap membawa bekal makan siangnya. Bahkan dia sengaja membawa bekal tambahan untuk membungkam mulut penjaga perpustakaan agar tidak melaporkannya. Alhasil, dia diijinkan untuk membawa makanan dengan syarat tambahan satu kotak lagi untuk penjaga perpustakaan.
Navis memang pernah mendengar bahwa Hana merupakan putri dari pemilik restaurant terkenal di Guam. Tetapi dia tidak menyangka jika wanita itu juga sangat pandai memasak. Bahkan masakannya bisa dibilang sudah se-level dengan Chef di hotel-hotel berbintang. Hari ini dia membawa kotak makan tiga tingkat dengan menu makanan ala Jepang.
"Aku masih mempelajari masakan Indonesia, nanti kalau sudah bisa I'll bring it here." Ucap Hana sambil membuka bekal makan siangnya.
Saat sedang menikmati makan siang, tiba-tiba seseorang menghampiri meja mereka sambil berseru.
"Navis! Lo bilang bakal bantu gue nyari tau siapa cewek cantik yang ada di angkatan lo?!"
Navis mengangkat kepalanya terkejut, reflek menempelkan jari telunjuk ke bibirnya menyuruh pria itu untuk jangan berisik karena mereka masih berada di dalam perpustakaan. Menuruti perintah Navis, Brian menganggukkan kepalanya lalu berjalan mendekat dan memilih untuk duduk dihadapan sepupunya.
Brian mencari Navis untuk menagih janji pria itu untuk mengenalkannya dengan gadis Angel yang menurut Brian adalah teman satu angkatan Navis. Walaupun sebenarnya Navis tidak pernah menyetujui permintaan Brian, tetapi pria itu tetap memaksa Navis untuk membantunya.
"Jadi ka... oh!"
Mata Brian langsung tertuju pada seorang gadis yang duduk disamping Navis, sedang asik menikmati makan siangnya sambil membaca buku. Sama sekali tidak menyadari keberadaan Brian yang sedari tadi duduk dihadapannya.
"Dia temen lo? Kok lo nggak kenalin ke gue sih?" Ucap Brian mengenali gadis yang berada di samping Navis adalah gadis yang dipanggipnya Angel.
Gue nggak pernah bilang akan ngenalin dia ke lo! Ucap Navis dalam hati.
Navis memandang Brian yang tidak berhenti melepaskan tatapannya ke arah Hana. Terkejut melihat bagaimana cara Brian memandang Hana, untuk pertama kalinya sepupunya itu memandang seorang wanita dengan lembut dan penuh kekaguman. Karena biasanya Brian memandang wanita seperti seekor serigala yang siap menerkam mangsanya.
Knock... knock...
Brian mengetuk meja dihadapan Hana, berharap mendapatkan perhatian dari wanita tersebut.
"Hi! Hello! Gue boleh kenalan nggak?"
Terganggu dengan ketukan meja dihadapannya, Hana mengangkat kepalanya, memandang heran ke arah Brian. Dia menunjuk dirinya sendiri, seolah bertanya jika Brian sedang berbicara dengannya.
"Iya, lo. Gue Brian Rajendra, siapa nama lo?" Sahut Brian.
Tidak menjawab pertanyaan Brian, Hana justru menoleh ke arah Navis. Bertanya menggunakan matanya kepada pria itu.
Mengerti maksud dari lirikan mata Hana terhadap Brian. Mau tidak mau, Navis mengenalkan mereka berdua.
"He is my cousin Brian Rajendra." Ucap Navis. "Yes, 'that' Brian Rajendra." Lanjutnya menyadari Hana mengangkat kedua alisnya seolah memastikan sesuatu kepadanya.
"Brian, dia temen gue Hana Jamali."
"Hai!" Brian melambaikan tangannya yang hanya dibalas anggukan pelan oleh Hana. "You have beautiful eyes."
"I know." Balas Hana singkat.
"I like you, would you like to be my girlfriend?" Tanya Brian membuat Navis hampir tersedak minumannya mendengar ucapan sepupunya itu.
Benar-benar sudah gila ini orang. Batin Navis.
"Nah! I'm fine. No need a boyfriend." Balas Hana lalu memberekan barang-barangnya. "I'm done here. Kamu kalau sudah selesai makannya jangan lupa dibalikin yaa kotaknya."
Setelah memyampaikan pesannya, Hana segera bangkit berdiri lalu pergi meninggalkan Brian yang terbengong karena baru saja ditolak.
Untuk pertama kali didalam hidupnya, baru kali ini ada seorang wanita yang berani menolak pernyataan cintanya. Bahkan tidak menatap kearahnya sama sekali. Serta tidak tertarik padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Play [HIATUS]
Ficción General"Maaf telah menyakitimu. But can we start all over again?"