2 - Pertemuan

4 0 0
                                    

Hiruk pikuk suara di kantin membuat Seroja bingung harus mencari Gina ke mana. Ia juga lupa membawa ponselnya yang tertinggal di dalam tas, karena sehabis hukuman yang diberikan oleh Pak Surya selesai, ia langsung berlari ke arah kantin.

Seroja meringis karena sedari tadi hanya berdiri dan tak menemukan satu pun meja yang ktosong. Semuanya sudah dipenuhi oleh murid-murid lain yang sedang makan siang. Tidak lama kemudian, pandangannya jatuh kepada seorang gadis berambut pendek yang menggunakan pita merah di kepalanya sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Sembari menahan kesal, Seroja mengetahui siapa gadis itu dan berjalan dengan cepat ke arahnya, yang tak lain adalah Gina, sahabatnya yang sedang duduk manis di pojok kantin.

"Lo udah dari tadi duduk di sini?" tanya Seroja, sesampainya ia di hadapan Gina.

"Iya Oca, gue kan udah ngirim chat juga. Mana lama banget balasnya, yaudah gue tunggu aja lo di sini."

Seroja mendelik sebal setelah mendengar ucapan Gina. Mengapa dirinya harus lupa membawa ponsel, ia jadi tidak mengetahui bahwa Gina sudah menghubunginya sedari tadi.

"Lo tau gak sih, gue dari tadi nungguin di depan pintu kantin udah kayak anak ilang. Dan ternyata lo udah di sini, enak-enakan lagi duduk. Bagus banget!" Seroja mendengus sebal. "Yaudah cepet pesenin bakso sama es teh. Gak pake lama!" perintahnya pada Gina.

"Siap, Cantik. Ditunggu pesanannya."

Mendengar itu Seroja langsung mengambil garpu dan mengarahkannya ke arah Gina, "Jangan sampai ini garpu melayang ke lo ya, Gin."

Gina hanya tertawa dan langsung melesat menuju warung bakso. Baru kali ini Seroja mau makan di kantin, selama ini ia anti sekali makan di tempat itu. Bahkan setiap diajak ke kantin oleh Gina, Seroja sudah melahap bekalnya lebih dulu dan mengatakan tidak ingin ke kantin dengan alasan perutnya sudah kenyang.

***

Di tengah keramaian kantin, Seroja teringat masalah tentang surat edaran acara kemah, ia masih bimbang akan hal itu. Satu sisi, ia ingin sekali ikut kemah. Selain sebagai salah satu syarat untuk bisa ikut ujian, ia juga ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya sebelum hari lulus tiba. Namun di sisi lain, Seroja berpikir keras untuk membicarakan perizinan tersebut kepada ibunya.

"Pesanan datang, Nona Seroja."

"Gila!" Sahut Seroja, membuat Gina mengernyitkan dahinya.

"Kenapa sih, Ca? Masih masalah kemah?" tanya Gina memastikan. Seroja hanya menganggukkan kepalanya, tak bersemangat membahas masalah ini.

Gina yang melihat wajah Seroja yang sudah semrawut hanya bisa memberinya semangat. "Kalo lo yakin buat ikut acara ini, cari alasan yang baik supaya ibu lo bisa ngizinin."

"Tadi gue abis dihukum Pak Surya gara-gara ngelamun."

Gina terkesiap mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Seroja. Aneh sekali, sejak kapan Seroja bisa dihukum oleh guru.

"Bener-bener nih anak. Sejak kapan lo bisa dihukum begitu?"

Seroja pun menjelaskan kepada Gina, mengapa dirinya bisa dihukum oleh Pak Surya. Gina pun tertawa mendengar Seroja yang diusir keluar oleh guru ekonomi yang terkenal killer itu.

***

Saat mengobrol dengan Gina, Seroja tak sengaja melirik ke arah depan pintu kantin dan melihat sekumpulan anak laki-laki yang sedang bersenda gurau satu sama lain. Mereka berjalan ke arah kantin dengan santai, namun saat itu juga suasana kantin mendadak berubah menjadi ricuh akibat teriakan dari penggemar mereka.

"Liat apa sih lo, Ca?" tanya Gina yang melihat Seroja sedang mendongakkan wajahnya ke arah pintu depan kantin.

"Hah? Enggak itu rame banget di depan sana . Cuma ada empat cowok datang ke kantin kok heboh banget, siapa sih, bukan artis kan?" Seroja malah balik bertanya kepada Gina.

Rahasia SerojaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang