Sebentar lagi SMA Kencana akan melaksanakan ujian sekolah. Seroja dan Gina sepakat akan belajar bersama sampai hari ujian itu tiba. Dari pulang sekolah hingga malam tiba, mereka berdua masih berdiskusi tentang mata pelajaran yang belum diketahui. Untungnya, rumah Gina jaraknya tak begitu jauh dari rumah Seroja.
Ibunya bahkan sampai heran, sejak kapan Seroja belajar dengan fokus seperti ini. Tetapi, ibu berpikir mungkin karena sebentar lagi akan ujian, anak gadisnya ini ingin menunjukkan nilai yang terbaik selama bersekolah.
"Kemarin lo ke mana? Gue telepon nggak diangkat?" tanya Gina sambil menggigit buah apel yang sudah dihidangkan oleh ibu Seroja.
Seroja mencoba memutar otak, bagaimana ia harus menjawab pertanyaan menjebak ini. Kalau dijawab jujur sudah pasti Gina akan menyuruhnya bercerita sampai ke akarnya, dan jalan satu-satunya mau tidak mau ia harus berbohong.
"Ke rumah nenek gue di Pangandaran, healing sebelum ujian. Dari pada di rumah, mending gue pergi aja." Dalihnya agar Gina tidak bertanya-tanya lagi.
Gina pun tidak bertanya lagi dan melanjutkan belajarnya. Selagi menunggu Gina yang masih belajar, Seroja mengambil ponselnya dan bertukar pesan dengan seseorang.
"Nge-chat siapa sih sampe senyum-senyum kayak orang gila?"
"Kepo banget, ini adalah urusan orang dewasa. Kamu masih kecil."
Gina melemparkan bantal kecil yang berada di atas sofa. Seroja hanya tertawa terbahak-bahak dan pergi menghindari Gina yang masih saja berlari mengejarnya.
***
Malam ini Reano ikut pergi menghadiri acara keluarga. Sebenarnya ia tidak ingin ikut, tetapi karena bunda memaksa, dengan berat hati ia menyetujuinya. Padahal ia sudah ada janji dengan Abian, katanya ingin berbincang-bincang sedikit.
"Ckk.. tadi katanya mau ketemuan, tapi sampe jam segini belum ada pesan apa pun yang masuk." Reano berdecak sebal. Ia sudah bosan berada di tempat ini, jika Abian menghubunginya, hal ini dapat ia jadikan alasan agar bisa ke luar dari sini.
Bunda yang melihat gelagat aneh dari anak laki-lakinya pun bertanya. "Ada apa sih, No? Kok kamu kayak gelisah begitu? Aneh banget."
"Si Bian mau ajak ketemuan, tapi Rean malah dibawa sama Bunda ke acara ini. Jadinya anak itu nggak bisa dihubungin deh." Bisik Reano. Mendengar itu Bunda langsung tengok kanan-kiri, takut ada yang mendengar.
"Kamu mau ketemuan sama dia?"
Reano mengangguk, "Reano pulang aja kali ya?"
Lalu ia meraih tangan bundanya. "Boleh ya Bun, Reano pulang duluan? Lagi pula di sini Reano kayak kambing congek, nggak ada temennya."
Manik matanya masih menatap bunda dengan pandangan memohon. "Ya.. pergilah. Percuma juga Bunda nahan kamu di sini, pasti di rumah bakal diungkit-ungkit terus."
Reano tertawa kecil, bunda sangat tahu kebiasaannya jika permintaannya tidak dituruti. "Terima kasih, Bun! Nanti Reano beliin rainbow cake kesukaan Bunda deh."
"Terserah kamulah, udah sana temuin Abian. Jangan pulang malam-malam, ingat kamu masih pelajar."
Sebelum pergi, tangannya membentuk tanda bulat. "Oke, Bunda. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati,Nak."
Selepas Reano pergi, bunda mengambil ponselnya di dalam tas, lalu menelepon seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Seroja
General Fiction"Kalau bisa memutar waktu, lebih baik gue nggak perlu tau tentang kenyataan ini..." Seroja ingat, hidupnya seakan lebih berwarna pada empat tahun yang lalu. Namun, suatu hari seseorang yang disayanginya pergi tanpa kabar. Semuanya mendadak kosong, t...