14 - Tertangkap basah

1 0 0
                                    


 Hari ini merupakan hari pertama Seroja mengikuti ujian sekolah. Semuanya sudah dipersiapkan dengan matang olehnya, termasuk contekan.

Bercanda!

Ia sendiri tidak berani melakukan hal tidak baik seperti itu. Kayaknya kalau Gina, sudah pasti dia membuatnya. Anak itu sangat keras kepala, sudah dibilang jangan melanggar aturan, tetap saja dilakukan oleh gadis itu. Seroja saja tidak berani berbuat hal-hal yang sudah dilarang oleh sekolah, ia ingin lulus dengan nilai murni dari hasil kerja keras dan usahanya yang sudah belajar mati-matian selama sebulan penuh.

Tidak ada kata main dan bersolek ria seperti yang lainnya. Ia berjanji pada ibu kalau dirinya ingin masuk ke universitas negeri dan menjadi wanita karir, berharap semoga impiannya bisa terwujud.

"Saatnya perang dimulai, SEMANGAT!" ujarnya sembari mencomot roti bakar yang berada di meja makan.

"Duduk kalau lagi makan." Perintah ibu ketika melihat Seroja makan sambil berdiri.

Seroja langsung duduk tegap dan menatap bu sambil cengengesan. "Oh iya lupa, saking semangatnya mau ujian."

Ibu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya ini. Bagaimana pun juga ia sangat bangga dengan Seroja,tak terasa anak perempuannya yang cantik ini akan segera menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah atas. Hidup berdua dengan Seroja tidak membuatnya kekurangan sedikit pun, walau mungkin dirinya akan lebih bahagia jika anak laki-lakinya berada di sini bersamanya.

Abian, kamu lihat. Ibu di sini sudah bahagia bersama adikmu. Ibu berharap, semoga takdir bisa mempertemukan kita bertiga.

***

"SEROJA!" teriak Gina dari lorong koridor. Saat keluar dari kelas, ia melihat Gina sedang berlari untuk menghampirinya.

"Suaranya mantap banget, sampe satu koridor tutup telinga semua."

Suara cempreng Gina memang membuat semua orang menutup telinganya rapat-rapat. Buru-buru ia berlari menuju kantin, selain untuk menghindari Gina yang kelakuannya makin menggila, ia juga masih lapar karena tadi hanya sarapan dengan roti bakar.

Terdengar suara Gina memanggilnya kembali. "Lho.. lho, kok kabur sih. Seroja tunggu gue!"

Tawa kecil menghiasi wajah Seroja. Rasanya puas sekali menjahili sahabatnya seperti itu. Tapi, beruntung ia memiliki Gina yang selalu ceria dalam keadaan apa pun, selalu ceplas-ceplos dalam berbicara, walaupun takutnya cuma sama kecoak.

Sesampainya di kantin, Seroja memesan soto ayam kesukaannya di tambah dengan semangkuk nasi. Mengerjakan dua ujian membuat perutnya meronta ingin diisi makanan enak. Dari jauh ia bisa melihat Gina sedang berlarian menuju tempatnya.

"Huhh.. huhh.. Oca, sumpah lo jahat banget ya." Seru Gina dengan napas terengah-engah.

"Terus, kenapa?" tanyanya sambil menyeruput es teh manis yang berada di hadapannya.

"Ya itu, gue panggil-panggil bukannya jawab malah pergi ke kantin."

Gina merebut gelas teh dari tangan Seroja dan menenggaknya hingga tak tersisa. "Sorry, gue haus."

"Siapa suruh kalo manggil gue pake teriak segala. Malu tau sama yang lain."

Gina cemberut karena diomeli oleh Seroja. "Iya, iya, lain kali nggak bakal teriak lagi kalo manggil lo."

Seroja mengacungkan jempolnya dan kembali menyuapkan kuah soto ke dalam mulutnya. Ketika sedang asyik makan, Gina menepuk bahunya dan menunjuk ke arah seseorang yang sedang berjalan cepat menuju taman belakang, yang juga diikuti oleh tiga orang temannya

Rahasia SerojaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang