3 - Pemilik Gantungan Kunci

2 0 0
                                    

Hari ini tim sekolah kalah telak dalam pertandingan voli antar kabupaten. Terlihat banyak pemain yang merasa kecewa dengan hasil pertandingannya. Sebagai kapten tim sekolah yang baik, Reano merasa harus bertanggung jawab dan menenangkan anggota timnya.

"Sebagai kapten tim, gue mohon maaf kalau selama pertandingan tadi masih banyak kekurangan dalam bermain. Kita perkuat lagi latihannya supaya bisa lolos ke provinsi." terang Reano kepada anggota timnya.

Mereka pun memberikan semangat satu sama lain, tidak saling menyalahkan dan tetap kompetitif apapun hasilnya. Menang atau kalah sama saja, asal kebersamaan dan keharmonisan mereka sebagai tim tetap terjalin.

"Bagus, Pak Bos. Sebagai teman yang baik, gue suka sama sifat kepemimpinan lo. Bangga punya anggota kayak lo." Puji Jenan terhadap sikap Reano yang lapang dada menerima kekalahan pada pertandingan kali ini.

Mereka semua tahu bahwa Reano paling tidak bisa menerima sebuah kekalahan. Ia akan bersikeras mendapatkan apa yang ia inginkan, walaupun banyak sekali rintangan yang menghadang. Tetapi untuk kali ini, batu dalam hatinya seperti melebur dan menyatu dengan sikap profesionalnya sebagai kapten tim.

Reano tahu tempat untuk bersikap dan ia tidak mau mengecewakan teman-temannya jika ia tidak dapat menerima bahwa timnya kalah bertanding.

Reano yang sedang membereskan barang-barangnya, menghentikan aktivitasnya ketika mendengar istilah asing yang diucapkan oleh Jenan, ia tampak kebingungan dan mengernyitkan dahinya, "Chill zone? Apaan tuh?"

"Nama grup kita." sahut Gavin dengan santainya. Jenan yang berada di samping Gavin hanya memaklumi hal tersebut sambil menggelengkan kepalanya..

"Bisa diubah, nggak? Alay." tukas Reano cuek.

"Ckck, gak update banget hidup lo, Re. Pantes jarang deket sama cewek." Mendengar ucapan itu, mata Reano langsung menghunus Jenan dengan tatapannya.

"Diem. Mau diubah atau gue keluar dari grup?" tanyanya.

"Diemin aja, Nan. Kebiasan dia kalo kalah tanding langsung jadi macan galak." ledek Gavin yang sedang menimpali Jenan, perkataan Gavin membuat Reano meliriknya dengan sinis.

"Keluar aja, gue nggak peduli." sambar Dio. Celetukannya berhasil membuat Jenan dan Gavin memandangnya dengan kagum. Dio terlalu berani untuk menantang Reano yang sedang dalam mode galak.

Dio dan Reano dulunya adalah musuh perebutan gelar kapten voli. Saat tahun kedua sekolah, mereka berdua mendaftar sebagai caon kapten voli. Sampai pada akhirnya, Diolah yang berhasil mendapatkan gelar tersebut dan menjadi kapten tim terbaik selama masa jabatannya.

Selepas masanya usai , Dio pun menunjuk Reano sebagai kapten voli di sekolah untuk menggantikannya. Selama berada di dalam tim tersebut, kemajuan Reano meningkat. Selain itu, ia selalu menunjukkan sikap yang bijaksana dan tegas. Maka tak heran, Dio memberikan jabatannya kepada Reano. Pergantian jabatan inilah yang membuat mereka menjadi teman dekat dan saling berbagi cerita.

"Wah, bagus Yo. Gue setuju sama lo. Mending kita balik aja daripada emosi di sini." kilah Jenan, agar dapat pergi dari hadapan Reano.

"Oke. Besok-besok kalo minta jajan, nggak usah ke gue!" Reano yang menahan rasa kesalnya hanya diam. Selesai membereskan barang-barangnya, ia mengambil posisi untuk duduk dan meluruskan kakinya. "Minta ke Dio aja kalo mau makan." tambahnya, sambil bersandar dengan mata yang terpejam.

"Eh, enak aja!" timpal Dio.

"Reano medit! Awas kalo lo mau check out sepatu voli lagi di gue. Nggak akan gue kasih." ancam Gavin.

Jenan yang sudah panik tidak akan dapat jajan dan makan gratis, langsung buru-buru menghampiri Reano yang masih memejamkan kedua matanya."Gue tim Reano aja. Duitnya lebih banyak daripada Dio."

Rahasia SerojaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang