Hawa sejuk Bandung berhasil membuat Seroja ingin terus bergelung di balik selimut. Semalam, setelah minum obat ia langsung tertidur dengan tenang tanpa menunggu Gina kembali ke tenda. Dan, ia pun lupa belum menceritakan kejadian semalam pada Gina. Entah gadis itu marah atau tidak, semoga tidak membuat Seroja merasa bersalah karena sudah tidak jujur. Pasalnya, sehabis bangun tidur ia melihat Gina mengabaikannya.
"Gina?" panggil Seroja.
Gina yang mendengarnya hanya mengerjapkan mata, berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Siapa yang manggil ya? Lo ya Ras? Ada yang bisa gue bantu?" Gina bertanya kepada Laras yang sedang membereskan tenda, seolah tidak menganggap Seroja berada di sana.
"Nggak ada Gin, gue duluan ya ke depan." Pamit Laras.
Seroja menghela napasnya, pasti Gina masih dalam ngambek mode: on berkat kejadian semalam. Berhubung hanya tinggal mereka berdua yang berada di dalam tenda, Seroja mencoba menjelaskannya kepada Gina.
"Eng.. gini, jadi semalam tuh gue jatuh karena udah lemas banget. Nggak bisa bangun juga terus gue pingsan deh. Maaf ya gue lupa cerita ke lo, abis minum obat tiba-tiba gue jadi ngantuk."
"Terus siapa yang bawa lo ke tenda? Masa iya lo jalan sambil tidur. Apa dibantu sama dedemit?" Gina mengulangi pertanyaannya, membuat Seroja mengerutkan dahi.
Sebelum Seroja menjawab, Gina sudah menyahut kembali. "Oh, gue tau, pasti Reano dan pengikutnya. Soalnya pas izin ke panitia, gue ngeliat mereka berempat pergi diam-diam. Ah, tapi nggak mungkin mereka sih."
Seroja menaikkan sebelah alisnya. "Emang dia kok yang bawa gue ke tenda, dia juga yang nungguin gue sadar."
Gina langsung membelalakan matanya, tetapi ia mencoba bersikap biasa saja karena masih marah pada Seroja yang tidak jujur dalam masalah kesehatannya sendiri.
"Lo belum dimaafin, sama Reano aja sana."
Benar, kan? Gina masih ngambek.
"Pulang kemah gue beliin ramen kesukaan lo, deh."
"Masih ada stok di rumah."
"Lo pilih aja deh maunya apa, nanti gue beliin," bujuk Seroja, tetapi Gina tetap menggeleng.
"Bodo! Gue maunya lo tuh jujur sama diri sendiri. Kalo sakit bilang, kalo kesusahan bilang atau ngomong ke gue apa susahnya sih!"
"Iya, maaf gue bakal cerita sama lo kalo ada apa-apa. Tapi, lo nggak marah kan kalo gue masih simpan satu rahasia yang belum bisa gue kasih tau ke lo?" tanyanya kepada Gina.
Mendengar itu, mata Gina sedikit berbinar, tetapi hanya sesaat sebelum gadis itu memasang tampang juteknya kembali.
"Oke. Gue juga kasihan sama lo yang udah berusaha minta maaf sama gue. Tapi, emangnya lo punya rahasia apa sampe nggak bisa kasih tau ke gue?"
Seroja memejamkan mata sebentar, lalu menggelengkan kepalanya. "Ada pokoknya, tungguin aja."
Dan begitulah, alih-alih keluar tenda untuk bersih-bersih, mereka berdua malah kembali tidur. Untungnya pagi ini masih ada sedikit free time dari pihak panitia.
***
"Menurut lo, kita bakal menang atau kalah?" pertanyaan Seroja membuat Gina menoyor kepalanya.
"Belum juga dimulai games udah tanya siapa yang menang dan kalah."
Ya, tepat sehabis jam makan siang panitia mengadakan lomba berkelompok. Cara bermainnya, setiap anggota harus menemukan bola sebanyak-banyaknya yang sudah ditempeli dengan nomor urut kelompok masing-masing. Bola tersebut sudah disembunyikan oleh panitia yang berada tak jauh dari lingkungan sekitar tenda. Untuk pemenang pertama pihak panitia menyiapkan hadiah, yaitu akan mendapatkan nilai tambahan untuk kelulusan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Seroja
General Fiction"Kalau bisa memutar waktu, lebih baik gue nggak perlu tau tentang kenyataan ini..." Seroja ingat, hidupnya seakan lebih berwarna pada empat tahun yang lalu. Namun, suatu hari seseorang yang disayanginya pergi tanpa kabar. Semuanya mendadak kosong, t...