12 - Satu hari bersamanya

1 0 0
                                    

"Hah? Kita ngapain ke sini?" Seroja terperangah setelah melihat Reano membawanya ke Timezone yang berada di pusat perbelanjaan dekat sekolah.

"Ya main, mau ngapain lagi," Reano menariknya dari depan kasir setelah membeli kartu untuk bermain.

Seroja tersenyum kecil. Ternyata Reano tak seburuk yang ia bayangkan. Buktinya, setelah lelah mengikuti pertandingan voli, cowok itu masih mau mengajaknya bermain dan menghibur dirinya yang sedang marah.

"Oke!"

Seakan dunia milik berdua, mereka pun bersenang-senang dan melepaskan tawa satu sama lain. Melupakan sejenak pertengkaran kecil hanya karena sebuah gantungan kunci bulan.

Sudah hampir satu jam, Reano pun menghampiri Seroja yang tengah bermain boneka capit sendirian. "Lo nggak lapar?"

Pertanyaan Reano tidak digubris karena Seroja masih fokus untuk mencapit boneka. Reano mendecak sebal, merasa diabaikan oleh gadis itu, ia pun mendorong Seroja dan menggantikannya untuk mengambil boneka.

"Mau yang mana?" tanya Reano pada Seroja.

Seroja mengamati satu persatu, boneka mana yang akan ia pilih. "Itu aja, boneka sapi." Tangannya menunjuk sebuah boneka sapi yang berada di tengah kotak.

Dengan penuh ketelitian, Reano pun mencoba untuk mengambil boneka yang diinginkan oleh Seroja. Sedikit lagi boneka itu akan tercapit, dan terdengar suara teriakan kecil.

"YES!" Seru Seroja kegirangan saat capitan itu berhasil membawa boneka sapi pilihannya.

Reano pikir, Seroja tidak akan senang jika pergi bersamanya. Namun, kekhawatirannya sirna saat melihat senyum yang terpancar cerah dari wajah Seroja.

"Makasih, Rean."

Kruyuk-kruyuk

Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh kecil dari perut Seroja. Seketika gadis itu pun terkekeh malu sembari menutupi perutnya.

"Oh, sorry! Kayaknya perut gue ngomel-ngomel deh."

Reano menatap Seroja dengan lembut, ia tahu kalau gadis itu sedang kelaparan, maka dari itu ia menggenggam jemari kiri Seroja dan mengajaknya untuk berjalan menuju pintu keluar Timezone.

Seroja terkesiap. Ada sesuatu yang menyelinap masuk ke dalam relung hatinya. Seroja melepaskan genggaman itu dan berhenti sejenak, menetralkan jantungnya yang tadi sempat berdegup kencang karena Reano menggenggam tangannya secara tiba-tiba.

"Ki..kita mau ke mana?"

Reano menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Seroja heran.

"Ya makan, nggak mau?"

"Mau."

"Yaudah ayo!"

Reano menautkan tangannya kembali dan mencari tempat makan terdekat di sana. Seroja hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah Reano. Sungguh rasa lapar ini lebih penting daripada harus memikirkan perasaan aneh yang bergejolak di hatinya.

***

Benar kata Gina, Reano memang tipikal cowok idaman seantero sekolah. Bagaimana tidak, cowok itu memesan begitu banyak makanan, termasuk makanan kesukaannya. Ia tidak bisa menolak semua ini, tidak peduli Reano akan memandangnya sebagai cewek aneh, yang penting dirinya bisa menuntaskan rasa lapar yang sudah tak terbendung.

Mungkin kalau Gina tahu, gadis itu akan menceramahinya sampai bosan. Tenang saja, Seroja dapat menyembunyikan satu hari ini pada Gina. Tidak ada yang boleh tahu kecuali dirinya, Reano, dan Tuhan.

Saat ini Seroja berada di taman dekat parkiran. Ia sedang memainkan rambutnya sambil menengok kanan dan kiri seperti menunggu seseorang. Sehabis makan siang tadi, cowok itu mampir ke toilet dulu. Jadilah, ia disuruh menunggu di taman ini.

Rahasia SerojaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang