"Jaket, hoodie, sweater, sama selimut udah masuk semua kan?" Ttanya Ibu yang terlihat lebih ribet daripada Seroja yang besok akan pergi kemah.
"Udah, Bu."
"Yakin? Pokoknya semua pakaian yang tebal-tebal harus kamu bawa."
Seroja mengusap wajahnya dengan kasar. "Ya Allah udah Bu, masa mau Oca buka lagi. Males banget."
"Ya, kali aja ada yang kurang apa gitu." Ibu duduk di bangku, memerhatikan anaknya yang sedang menutup tas.
Setelah berdiskusi panjang lebar dengan ibunya, akhirnya Seroja diizinkan untuk ikut kemah. Asalkan dirinya harus selalu bersama dengan Gina. Beruntung Gina menepati janjinya untuk bisa bernegosiasi dengan sang ibu.
"Ibu nggak mau ya dapat laporan kalo penyakit kamu tiba-tiba kambuh di sana."
"Tenang aja udah ada Gina yang nemenin Oca. Kan ibu yang nyuruh dia buat jagain aku." Sahut Seroja sambil mengerlingkan matanya ke arah ibu.
"Ya udah, awas kalo ketauan kambuh. Nggak akan Ibu kasih izin lagi keluar malam." Tegas ibu lagi.
Seroja hanya mengangguk dan ia pun langsung memeluk ibunya. "Terima kasih Ibu, nanti Oca bawain oleh-oleh deh. Apa aja terserah, asal jangan yang mahal-mahal." Ibu hanya tertawa kecil mendengar celotehan anak gadisnya itu.
***
Setelah membuat barisan sesuai dengan kelas masing-masing, akhirnya rombongan anak kelas XII diperkenankan masuk ke dalam bus. Mereka pun baru berangkat pukul 8 pagi menuju Bumi Perkemahan Ranca Upas yang berada di kawasan Bandung. Di dalam bus, terlihat anak-anak lainnya sungguh menikmati perjalanan. Padahal Seroja mendengar gosip bahwa banyak yang tidak menyukai acara perkemahan dari sekolah ini. Namun, nyatanya yang ikut perkemahan ini lebih banyak dari yang Seroja bayangkan. Dia harus berterimakasih kepada Gina yang turut membantunya untuk berbicara kepada sang ibu.
Melihat anak-anak yang sedang bersenda gurau dan tertawa, hal itu mengingatkan Seroja dengan Gina yang saat ini berada di bus lain. Sebelum berangkat, sebenarnya mereka berdua sudah berbicara dengan panitia kemah untuk bisa disatukan dalam satu bus, tetapi panitia menolak permintaan keduanya.
"Coba aja ada Gina yang duduk di sebelah gue, nggak bakal kesepian di sini."
Untuk mengusir rasa bosannya, Seroja mengeluarkan earphone dari dalam tasnya. Karena tidak bisa mengajak orang lain mengobrol, lebih baik ia menenangkan pikirannya sembari melihat indahnya pemandangan di luar jendela bus.
Sedang asyiknya mendengarkan lagu, tak sengaja Seroja melihat seseorang tengah berjalan menuju tempat duduknya dari pantulan kaca jendela. Ia tidak tahu siapa orang tersebut karena tudung jaket hitam menutupi sebagian wajahnya. Sebelum berpikir yang tidak-tidak, ia langsung merapatkan tubuhnya ke arah jendela.
"Dengerin lagu enaknya tuh berdua, kalo sendiri nanti ngantuk." Ujar orang tersebut sambil menarik earphone Seroja.
Seroja hanya bisa terdiam. Masih mengontrol detak jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang setelah mendengar suara yang sangat ia kenali. Itu Reano Damar Wijaya. Ngapain dia datang ke tempat duduk gue?
Jujur, Seroja masih curiga dengan suasana hati Reano yang terkadang bisa berubah secara cepat. Laki-laki itu seperti satu orang yang sama tetapi memiliki dua kepribadian berbeda. Seroja mengingat insiden ketika Reano yang membantunya untuk tidak telat masuk kelas, tetapi saat itu juga ia langsung kena hukuman Bu Friska. Entah Reano ini bisa disebut malaikat atau iblis, Seroja tak bisa membedakannya.
"Ada yang salah sama muka gue?" tanyanya tiba-tiba.
Tanpa sadar Seroja mengangguk. Namun, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya kembali karena tak bermaksud menjawab pertanyaan Reano. "Iya, eh maksudnya nggak. Lo ngapain sih ke sini, kayak nggak punya bangku aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Seroja
General Fiction"Kalau bisa memutar waktu, lebih baik gue nggak perlu tau tentang kenyataan ini..." Seroja ingat, hidupnya seakan lebih berwarna pada empat tahun yang lalu. Namun, suatu hari seseorang yang disayanginya pergi tanpa kabar. Semuanya mendadak kosong, t...