Chae berjalan sendirian di lorong, tidak ada orang lain selain dirinya saat ini karena bel pulang sudah berdering sejak satu jam yang lalu.Sengaja memang ia mengulur waktu agar bisa memberi ruang bahagia untuk seseorang yang selama ini membuat ia bahagia bahkan hanya dengan sekedar menggenggam benda terakhir milik Sang teman kecil yang ia simpan dengan baik; ikat rambut pink.
Nampak nya ikat rambut itu bisa dimuseumkan karena menjadi saksi bisu tumbuh kembang seorang Park Chaeyoung. Terdengar sepele memang, namun nyatanya benda kecil itu selalu menemaninya kemana pun ia pergi, selalu ada di dalam saku baju, saku celana, atau di dalam tas sekolahnya. Selalu menjadi teman cerita di setiap malam sebelum tidur, bercerita tentang apa saja yang ia lalui di sekolah, kejadian-kejadian lucu di rumah, atau tentang kepundungannya karena kalah main PS dengan Lisa.
Kembali pada realita, hari ini Chae ga maksa Jennie untuk pulang bersamanya. Ia cukup tersadar setelah melihat bagaimana Jennie terlihat begitu senang saat tadi pulang bersama Kai. Bagaimana mata kucingnya memancarkan binar bahagia jika laki-laki itu datang pada nya. Bagaimana mood nya begitu cepat berubah dari rasa jengkel pada Chae menjadi rasa kagum pada Kai. Dan juga bagaimana bibir kecilnya menjadi begitu cerewet bercerita dengan riang sedangkan jika bersama Chae yang keluar hanya kata-kata singkat atau jika pun panjang itu hanyalah omelan.
Salahkah kalau Chae ingin merubah takdir dan mengganti posisi Kai dengan dirinya? Atau bisa kah sekali saja Jennie melihat kearahnya? Melihat bagaimana perjuangannya agar bisa sampai di sini?
Capek? Nggak.
Tapi kalau boleh jujur, Chae jadi mulai ragu.
Ragu apakah ia harus tetap maju memperjuangkan kebahagiaannya, atau mulai merelakan sumber kebahagiaannya?
***
Di tengah pergulatan pikiran dan hati, tak terasa ia sudah berada di lantai dasar dan entah mengapa kaki nya membawa ke lapangan yang dipenuhi oleh anak-anak club basket yang mungkin hari ini adalah jadwal mereka latihan.
Hap!
Refleks tangan Chae memang bagus untuk sekedar menangkap bola orange itu.
"Hei! Oper ke sini bola nya" ujar salah satu pemain.
Bukannya langsung melempar, Chae justru membawa bola itu ke pinggang dan mengalungkan lengan kiri nya di sana.
"Kalo bola ini masuk ring, jabatan kapten lo buat gue" balas Chae dengan santai namun terkesan sombong kepada satu siswa yang menggunakan tanda kapten di lengannya.Yang merasa diajak bicara pun menaikkan sebelah alisnya "Silahkan buktiin omongan lo bro"
"Okey, we'll see"
Chae mulai mendribble bolanya. Niatnya memang hanya sekedar candaan untuk Sang kapten yang belum ia kenal itu, tapi ia juga tidak pernah bercanda jika sudah menyangkut dengan hobi olahraganya satu ini.Kedua mata fokus ke arah ring yang memang cukup jauh karena posisi Chae ada di pinggir sisi tengah lapangan. Jarak yang begitu jauh dan kecil kemungkinan untuk bisa mencetak angka.
Setelah beberapa saat, dengan memasang kuda-kuda andalannya Chae melemparkan benda bulat itu dengan keras namun pasti.
Dan yap, bola itu masuk dengan mulus dan sempurna. Para siswa dan pelatih tercengang dan memberi tepukkan untuk Chae.
Sang kapten berjalan mendekati nya.
"Tembakkan lo keren, gue Moonbyul. Lo anak baru ya?"
"Gue Chaeyoung, baru pindah bulan lalu"
"Jadi gimana? Do you want to join us? Gue perlu pertimbangan nih buat kasih jabatan kapten ke lo" Mereka berdua terkekeh
"eum, boleh sih biar badan gue makin tinggi lagi, iya ga?" Jawab Chae dengan siku yang ditompangkan ke bahu Moonbyul yang memang lebih rendah darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy By! [CHAENNIE]
Fanfiction"lo ngapain sih ngikutin gue mulu?!" "aku kan pacar kamu, memang ga boleh bareng pacar sendiri?" "sejak kapan gue jadi pacar lo?! lo aja ga pernah nembak gue" "pernah kok, waktu kita mandi bareng" . . . . "Chaeee itu waktu kita masih 5 tahunnnn asta...