Bagian 6

1.4K 307 96
                                    

Kelas tampak sepi karena sedang jam istirahat. Yumna yang merasa bosan di dalam kelas mengajak Rury dan Caca untuk keluar. Di luar kelas ia bisa melihat Satya dan Haikal yang mengobrol sembari menonton murid lain bermain basket di lapangan dari lantai dua.

Rury menghampiri Haikal dengan memukul punggung laki-laki itu cukup keras. "Lo manusia atau hulk?" ucap Haikal sembari berusaha mengusap punggungnya yang nyeri.

"Gue gak ijo ya!" bantah Rury.

Caca menarik Rury untuk menjauh sebelum keduanya bertengkar. Yumna tertawa sembari ikut menjauhkan Rury dari Haikal. "Dasar berandalan," cerca Rury pada Haikal.

Haikal gemas pada Rury yang selalu mengajaknya bertengkar. Ingin rasanya ia mendorong gadis itu dari lantai dua. Ia segera berbalik, kembali menonton permainan basket di lapangan sembari memainkan rambutnya.

Tanpa sadar hal tersebut membuat murid lain, terutama perempuan memerhatikan dirinya dari lapangan. Haikal Gilantara, siapa yang tidak mengenal laki-laki itu? Terlebih rambut pirang mencoloknya terlalu mudah untuk dikenali.

Satya melirik Haikal sebelum terkekeh, mengikuti arah pandang laki-laki itu pada salah satu siswi kelas 10 yang duduk di pinggir lapangan bersama siswi lainnya.

"Suka?" tanya Satya.

Haikal melirik Satya sebelum mendengus. "Masa gue suka sama ade gue sendiri," jawabnya.

"Satya, Haikal! Kantin gak?" tanya Rury sembari menggandeng Caca, memaksa gadis itu untuk mengantarnya ke kantin setelah Yumna menolak ajakannya.

Satya menggeleng, begitu juga Haikal.

"Oke, bye, beb." Rury mencolek dagu Yumna iseng sembari menyeret Caca yang berjalan malas-malasan menuju kantin.

Yumna menggeleng dengan kelakuan teman-temannya itu. Ia menghampiri Haikal dan Satya. "Gabung, boleh?" tanya Yumna sembari berdiri di samping kanan Haikal. Satya yang berada di sisi kiri Haikal tidak menanggapi pertanyaan Yumna, hanya menatap gadis itu sembari tersenyum tipis.

"Gabung aja kali," jawab Haikal.

"Yakin lo gak suka?" tanya Satya lagi. Haikal tersenyum tipis sembari menatap Satya. "Itu adek gue," ulangnya.

"Bukan adek lo, yang di sebelahnya." Satya tersenyum miring pada Haikal. "Gue denger-denger dari Yumna lo suka sama adek kelas kan?"

Yumna melotot mendengar ucapan Satya. Ia menatap laki-laki itu curiga. Terlebih ekspresi Haikal yang sedikit berbeda dari biasanya, datar.

"Lo ngomongin gue nih ke Satya?" tanya Haikal sembari menatap Yumna. Berusaha terdengar seramah mungkin pada gadis itu.

"Eu.. sorry, gue gak niat cepu atau apa kok.. yakan Satya? Jawㅡ"

"Cowo yang lo ceritain ke Satya itu gue?" potong Haikal. Yumna menatap Haikal, jantungnya tiba-tiba saja berdegup kencang. Ingin rasanya ia menyembunyikan wajahnya disuatu tempat. Kini ia benar-benar merasa malu bertatapan dengan Haikal. Ia melirik Satya yang menatapnya datar dari balik bahu Haikal.

"Bㅡ"

"Iya," potong Satya.

Yumna tidak pernah merasa semalu dan semarah ini dalam hidupnya. Bahkan wajahnya terlihat memerah karena menahan rasa malu dan marah tersebut. Ia menatap Satya yang berjalan masuk ke dalam kelas meninggalkan dirinya dengan Haikal.

"Yumna, lo...?"

"Maaf." Yumna hendak berjalan pergi sebelum Haikal mencengkram lengannya. Laki-laki itu memaksa Yumna untuk menatap matanya. "Yum, kita bicara nanti pulang sekolah oke?"

[HIATUS] Satu Empat TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang