Bagian 21

577 106 24
                                    

Arsy memberikan sebuah kunci pada Haikal. Laki-laki dengan mata bulat itu melirik ke arah Satya yang tidak turun dari motornya. Dengan gerakan mulut ia bertanya siapa laki-laki itu pada Haikal. Namun bukannya menjawab, Haikal hanya menepuk bahu Arsy sembari mengucapkan terima kasih.

"Pinjem studio."

"Hmm.. lo kaga aneh-aneh kan?"

"Maksud lo?"

"Kali aja lo jadi be--"

"Sono lo masuk ke kelas."

Arsy membiarkan Haikal pergi lebih dulu bersama temannya. Ia tidak habis pikir, hal penting apa yang membuat sahabatnya itu sampai datang ke sekolahnya hanya untuk meminjam kunci studio yang sudah lama tidak terpakai.





































- 143: Bagian 21 -

Yumna menatap Rury tidak percaya. Gadis itu menepis tangan Rury yang hendak mencegah dirinya pergi. Ia melangkah mendekat pada guru olahraga yang sedang menilai siswa lain. Tanpa bertanya lebih, guru tersebut mengizinkan Yumna untuk pergi ke UKS karena berpikir mungkin gadis itu masih kurang sehat.

Caca memegang pundak Rury sembari menatap kepergian Yumna. Ia menarik Rury ke sudut lapangan yang cukup jauh dari teman kelasnya yang lain.

"Lo kenapa sih ngasih tau Yumna?"

"Dia harus tau, Ca. Lo aneh pake nanya segala," ucap Rury kesal.

"Ya kenapa lo harus ikut campur?" tanya Caca lagi. Tatapan teduh gadis itu membuat Rury menciut, kembali berpikir apakah tindakannya salah? Tapi ia melakukan hal tersebut demi kebaikan Yumna, ia tidak mau gadis itu harus merasakan apa yang pernah dirinya rasakan.

"Lo gak akan ngerti, Ca."

"Gue emang gak ngerti dan gak tau gimana rasanya dijadiin taruhan--"

Rury menatap Caca.

"--tapi please, Rury. Gue yakin Satya gak kayak Jayden."

Sementara dibalik tembok yang menjadi pembatas lapangan dan koridor, ada Jayden yang sedang merebahkan diri pada kursi panjang disana. Mengenakan earphone yang sedari tadi belum terputar musik apapun di sana. Laki-laki itu membuka layar ponselnya, mencari lagu dan menaikkan volume penuh.

Disisi lain, Yumna bersyukur karena UKS tidak dipenuhi oleh orang-orang. Hanya ada satu orang penjaga di dekat pintu masuk yang mempersilakan dirinya untuk merebahkan diri di ranjang manapun.

Yumna memilih ranjang yang berada disudut ruangan, dekat dengan jendela yang mengarah pada lapangan. Gadis itu duduk diatas ranjang sembari memeluk kedua kakinya, menatap siswa yang sedang bermain kasti di lapangan.

Kini ia bingung dengan perasaannya.

Kepalanya dipenuhi oleh perkataan Rury tentang Satya.

Ia kembali bertanya pada dirinya sendiri, apa benar dirinya suka pada laki-laki itu?

"Suka," gumam Yumna. Ia menghela napas.

Tentu ia suka. Diperlakukan manis oleh seorang laki-laki, mendengar keluhan laki-laki itu, bahkan bertemu dengan Bunda dari Satya tentu membuat dirinya merasa diperlakukan istimewa oleh Satya.

Tidak ada yang begitu spesial.

Tapi ini pertama kali dirinya mendapat perlakuan seperti itu dari laki-laki selain Ayahnya. Bahkan ia menyadari saat bersama Haikal hanya sekedar rasa nyaman dan aman karena sikap baik sahabatnya itu.

[HIATUS] Satu Empat TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang