Bagian 15

864 200 78
                                    

Bentar deh, emang kalian yakin Yumna sama Satya bakal jadian?




















































- BAGIAN XV -

Wulan kembali ke rumah tepat saat matahari terbenam. Ia menatap hampa rumahnya yang sepi, dengan langkah yang lamban ia berjalan menuju saklar lampu lalu menyalakannya.

Gadis remaja itu duduk di sofa sembari menonton tv, mengeluarkan beberapa camilan dari kantung plastik yang sempat dibelinya di minimarket sepulang dari toko buku. Ini sabtu malam, namun tak ada seorang pun yang menemaninya disini. Bahkan Mamanya entah pergi kemana dengan kesibukkan yang selalu wanita itu miliki.

Jika diingat, dulu ia sangat dekat sang Ayah. Saat berusia 5 tahun, Ayahnya memang hanyalah seorang pengangguran setelah perusahaannya bangkrut. Mamanya lah yang bekerja untuk menghidupi keluarga mereka.

Namun semuanya tak berlangsung lama, entah karena apa Ayahnya mulai menjadi seorang pemabuk. Pulang dini hari sembari mengamuk jika dirinya kalah berjudi. Banyak tetangga yang selalu mengeluhkan bahwa Ayahnya membuat kerusuhan disekitar komplek bersama beberapa pemabuk lainnya.

Suatu hari, Wulan yang baru berusia 6 tahun merengek untuk dibelikan coklat seperti anak kecil pada umumnya. Namun yang gadis itu dapatkan sebuah tendangan pada tubuh kecilnya karena dianggap mengganggu sang Ayah yang sedang tertidur di sofa.

"Berisik! Lu pikir jajanan lu murah?"

Wulan tersenyum miris mengingat kenangan masa kecilnya. Ia menatap sebatang cokelat yang berada di genggamannya saat ini. Suasana hatinya seketika bertambah buruk, ia melempar cokelat tersebut hingga terlempar jauh dilantai.

Dirinya kesepian, dan tak seorang pun menyadari hal tersebut.

Sementara di rumah mewah lainnya, Satya masih duduk di sofa kamar Mona. Menunggu perempuan itu kembali ke rumah, semakin lama ia menunggu semakin kesal ia berada di sana. Kemana perginya sang kakak hingga ditelepon tidak bisa menjawab.

Laki-laki itu melepas jaket yang ia kenakan sedari tadi, tidak sadar bahkan dirinya masih mengenakan sepatu di dalam kamar. Ingatannya kembali saat dimana ia berhasil bertemu dengan Melvin di parkiran toko buku.

Toko buku-- sebentar.

"Sial, Yumna.." gumam Satya sembari mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Sedikit terburu untuk mengirim pesan pada gadis itu. Tidak ada balasan setelah 5 menit berlalu. Apakah perlu ia menelepon Yumna?

Tentu, itu harus. Maka Satya segera menekan ikon hijau pada kontak Yumna. Cukup lama ia menunggu nada sambung di sana berubah menjadi suara perempuan yang ia harap tidak akan marah padanya.

"Lo ngapain di kamar gue?"

Satya menoleh, menatap Mona yang tampak baru pulang berbelanja.

"Ha--"






































"--lo? Halo?" Yumna menjauhkan ponselnya dari telinga. Sambungan itu terputus tepat saat ia menerimanya. Gadis itu mengeryit sembari membuka pesan masuk dari Satya.


[HIATUS] Satu Empat TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang