Bagian 9

1K 221 51
                                    

Yumna, Rury dan Caca menatap Jayden yang berdiri di depan mereka kesal. Laki-laki itu tengah berdiri tepat di pintu kelas, menghalangi seluruh ruang untuk keluar. Ia akan menghindar jika yang keluar bukan diantara mereka bertiga.

"Apa sih ni kuman satu?" ucap Rury sembari berusaha menerobos tangan Jayden yang menghalangi. Namun gadis itu malah kembali terdorong ke belakang karena tenaga Jayden yang memang lebih kuat. "Bocah banget si? Gak punya temen ya?" cerocos Rury.

Jayden memutar bola mata, "Ini justru gue lakuin gara-gara temen gue."

Rury melebarkan bola mata, ia menepuk bahu Caca cukup kencang sembari menunjuk-nunjuk wajah Yumna. "Ini.. ini fix, si murid baru. Satya sialan ini pasti!"

"Sakit!" pekik Caca kesal.

Yumna menepis tangan Rury yang hampir mengenai matanya. Ia mendengus sembari bersandar pada meja yang ada di dekat sana. Bahkan hanya tersisa mereka bertiga bersama Jayden di kelas.

Sebenarnya tadi Haikal membantu mereka untuk keluar. Namun entah apa yang Jayden katakan pada laki-laki pirang itu hingga ia pergi begitu saja meninggalkan mereka.

Tidak lama Satya muncul, berdiri di belakang Jayden sembari tersenyum pada Yumna yang juga menatapnya.

Rury hampir memaki Satya jika Caca dan Jayden tidak segera menarik pergi gadis tomboy itu. Caca menyempatkan diri mengepalkan tangannya di depan wajah Satya, mengisyaratkan kalau laki-laki itu berbuat buruk pada Yumna ia tidak akan tinggal diam.

"Jadi.. kenapa orang sakit belum pulang?" tanya Yumna begitu hanya mereka berdua yang tersisa.

"Justru gue mau ambil obat."

"Obat?"

Satya mendekat pada Yumna. Ia menggenggam pergelangan tangan gadis itu dan mengangkatnya, memperlihatkan bagaimana tangannya melingkar di sana. "Lo," ucap Satya sembari tersenyum.

Yumna menahan tawanya. Ia melepaskan genggaman tangan Satya dari lengannya.

"Jujur, gue geli dengernya." Yumna tersenyum semanis mungkin sebelum detik selanjutnya ekspresi di wajah cantik itu kembali datar. Ia berjalan keluar kelas, berniat meninggalkan Satya yang terdiam sembari menunduk mengulum senyum.

"Tunggu, Yum!" Satya berhasil menyusul Yumna yang tengah berjalan di koridor.

Yumna berusaha mengabaikan kehadiran Satya. Gadis itu berusaha menetralkan detak jantungnya. Ia merasa rasa sukanya pada Satya semakin berefek buruk pada jantungnya.

"Pulang bareng?"

"Wulan?" tanya Yumna tanpa menatap laki-laki itu.

"Bisa diatur," jawab Satya. Yumna hanya mengedikkan bahu.

























































Wulan memberikan sebuah buku catatan pada Haikal.

"Buku matematikanya Hawa, kak. Dibagiin tadi," ucap Wulan setelah Haikal menerima buku bersampul coklat tersebut. Hawa sedang sakit hingga tidak masuk sekolah, dan kebetulan Wulan melihat Haikal sedang berjalan menuju parkiran sekolah.

"Oke, thanks." Haikal tersenyum sembari memasukkan buku milik adiknya ke dalam tas. "Nunggu Satya?"

"Ya?" Wulan menatap Haikal, ia tidak begitu jelas mendengar apa yang laki-laki itu ucapkan karena melamun.

"Nunggu kak Satya?" ulang Haikal dengan penekanan, berniat menggoda adik kelasnya yang memang dekat dengan Satya. Wulan mendengus melihat ekspresi jahil dari Haikal. Jujur saja keduanya memang menjadi cukup dekat karena Hawa.

[HIATUS] Satu Empat TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang