Bagian 7

1.3K 287 105
                                    

Haikal dan Yumna keluar dari pujasera sebuah mal. Ia berpikir jika mengajak Yumna ke mal yang ramai setidaknya tidak akan membuat situasi diantara mereka canggung, hal tersebut terbukti berhasil karena saat berbincang Yumna mau pun dirinya berani mengatakan apa yang masing-masing mereka rasakan.

"Itu Satya?"

Yumna menoleh ke arah dimana Haikal menatap. Ia menyipitkan mata, melihat seorang laki-laki yang tersenyum lepas sembari berseluncur di atas lantai berlapis es. "Iya," jawabnya.

"Mau nyamperin?" tanya Haikal, ia melirik Yumna sekilas lalu kembali menatap tempat ice skating yang cukup dipenuhi oleh orang-orang. Ada yang hanya menonton dan ikut bermain skating di sana.

Yumna menggigit bibir, ia memerhatikan setiap gerakan yang Satya lakukan. Jujur saja, ia merasa jatuh hati melihat Satya bisa tersenyum sebahagia itu. Tanpa sadar Yumna mendengus; menahan tawa, menertawakan dirinya yang bisa jatuh hati pada seseorang hanya dengan melihatnya bermain skating.

"Hubungan Satya sama Wulan itu apa sebenernya?" gumam  Haikal yang masih mampu didengar oleh Yumna.

Yumna mengangkat kepalanya, melihat Satya menghampiri Wulan yang ternyata berdiri di pinggir lapangan. Ia berkedip beberapa kali melihat perlakuan Satya pada Wulan, bagaimana laki-laki itu mengusap kepala adik kelasnya dengan lembut.

"Ada yang patah, tapi bukan ranting."

"Apa sih lo," ketus Yumna.

"Hatinya dikuatin, kalo ga kuat nanti gue bant--"

"Kal.. udah janji tadi?"

Haikal tersenyum tipis. Tangannya terangkat hendak mengusak rambut Yumna, namun segera ia urungkan dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana. "Maaf, maaf. Masih beradaptasi."

"Pulang?" tawar Haikal. Yumna mengangguk, "Sampe di persimpangan aja, tar lo bolak balik lagi."

Haikal melirik ke arah dimana Satya dan Wulan berada. Ia tidak menduga Satya juga tengah menatap ke arahnya, dengan cepat ia segera memegang bahu Yumna dan mendorong pelan agar gadis itu segera berjalan menjauh dari sana. "Oke, oke. Ayo."

Yumna heran dengan Haikal yang tiba-tiba memutar badannya seperti terburu-buru, tapi ia menurut saja.

Wulan menatap Satya yang menatap tajam sesuatu di belakangnya. Ia berbalik, hanya ada orang yang lalu-lalang. Tidak ada yang mencolok untuk diperhatikan. "Kak, liat apa?"

Satya tersadar, menatap Wulan sembari menggeleng cepat. "Nggak ada. Pulang?"

Wulan mengangguk, meskipun sedikit menaruh rasa curiga pada Satya. "Ayo."














ㅡ BAGIAN VII ㅡ

Yumna baru saja menyelesaikan tugas sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun ia belum mengantuk. Gadis itu merapikan buku-bukunya dan beranjak dari meja belajar, melangkah keluar kamar.

Ia mendapati sang Ayah tengah berada di dapur, sedang memasak sesuatu di sana.

"Anda diciduk!"

Ayah yang terkejut hampir saja menjatuhkan garpu yang ada digenggamannya. Pria itu berbalik, menatap anak gadisnya yang tertawa setelah mengagetkannya.

"Ayah kaget sampe segitunya. Keciduk masak mi berasa keciduk nyabu ya, Yah?"

"Kalo ngomong jangan ceplas ceplos Yumna," nasihat Ayah. Yumna tersenyum malu, ia mengambil garpu yang ada digenggaman Ayahnya. "Ayah tunggu aja di meja makan, biar Yumna yang lanjutin."

[HIATUS] Satu Empat TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang