Bagian 14

869 181 90
                                    

Nanya dulu ah.

Kalian tau cerita ini darimana??




















- BAGIAN XIV -

Senyum cerah milik Yumna hilang seketika begitu melihat sang Ayah sedang berbicara dengan wanita yang ia jumpai kemarin di rumah. Melihat bagaimana kedua orang tua itu bercanda dan beberapa kali tertawa ringan memunculkan tanda tanya besar dalam diri Yumna.

Disaat dirinya sibuk dalam pikirannya dan hanya mampu mematung di dekat pagar sekolah, seorang gadis lain berjalan melewatinya dengan senyum manis. Berjalan mendekat pada wanita yang berdiri di samping sang Ayah.

"Ma, padahal gak usah jemput."

"Gapapa, sayang. Kenalin, Dik. Anakku, Wulan."

Wulan tersenyum pada pria yang memang sedang bersama Mamanya. Ia mengulurkan tangan untuk mencium punggung tangan pria tersebut. "Wulan, om."

Dika tersenyum sembari mengangguk. "Om Dika, temennya mamah."

Yumna berjalan dengan langkah canggung menuju tiga orang tersebut. Ia berusaha memberikan senyum terbaiknya begitu sang Ayah menyadari kehadirannya. Tanpa menunggu disuruh, ia memutuskan untuk mencium tangan wanita tersebut sembari menatap Wulan yang tersenyum padanya.

"Ayahnya Kak Yumna ternyata!"

"Loh udah saling kenal?"

"Iya, Yah. Wulan temennya Satya juga."

Yumna dan Wulan saling memandang dengan tatapan yang sulit diartikan. Saling melempar senyum palsu di depan orang tua mereka. Meski masing-masing terlalu peka bahwa keduanya tidak menyukai situasi saat ini.













Satya merapikan rambutnya di depan kaca sembari tersenyum tipis. Dalam hati ia memuji betapa tampan dirinya, pasti Bunda mengonsumsi makanan bergizi sehingga melahirkan anak tampan dan berbakat sepertinya. Satya merasa bangga pada visual dirinya saat ini.

Sebuah pukulan cukup kencang ia terima dipunggung. Dengan wajah tidak ramah ia menatap pelaku kekerasan terhadap punggungnya.

"Apa?" tanya Satya.

Jayden menatap pantulan diri Satya dan dirinya pada cermin. Laki-laki itu menggelengkan kepala melihat sahabatnya yang tanpa sadar terlihat cengengesan di depan cermin. Pergi kemana image cool yang sahabatnya miliki selama ini? Bahkan ia masih ingat saat Satya berusia 6 tahun, laki-laki itu tampak seperti bocah psikopat dengan tampang datar dan ucapan menyakitkannya.

Berbeda dengan dirinya, Satya selalu menghindari interaksi dengan lawan jenis. Satu alasan yang Jayden tahu, Satya menganggap anak perempuan hanya makhluk yang merepotkan dan berisik. Bahkan Satya membenci ketika teman-teman Mona mencubitnya gemas, ia akan mengatakan bahwa gadis-gadis itu bau dan kotor.

Bahkan saat keduanya tidak berada di sekolah yang sama, Satya bercerita bagaimana gadis-gadis di korea selalu menyelipkan surat cinta di loker sekolahnya. Jayden memuji bagaimana Satya termasuk siswa yang tampan dan berprestasi meski di luar akademik, tentu banyak yang menyukainya. Namun lagi-lagi, Satya hanya menganggap semua itu gangguan dalam hidupnya.

Dua perempuan yang Satya sayang di dunia ini sepertinya hanya Bunda dan kakaknya, Mona.

Jayden melirik Satya.

"Lo serius sama Yumna?"

Satya yang sedang memeriksa dompetnya menghentikan aktivitas tersebut. Ia menarik kursi belajarnya dan duduk di sana, menatap Jayden yang sudah duduk di tepi kasur. Laki-laki itu tampak serius, mau tidak mau Satya perlu menanggapi laki-laki itu.

[HIATUS] Satu Empat TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang