12. Dingin yang menusuk jiwa

1.3K 162 4
                                    

Happy reading~

"Lapor, penjaga benteng wilayah Utara meminta pasukan tambahan dikarenakan jumlah monster semakin meningkat Yang Mulia"

"Kirimlah pasukan tambahan dan penyihir sebagai bantuan tambahan bagi mereka"

"Ferald kirim pasukan penyelidik diwilayah barat, dan selidiki setiap pergerakan Duke Nois", lanjutnya.

".... Baik Yang Mulia"

Ferald melirik sekilas tuannya yang terlihat gelisah.

"Apa Anda baik-baik saja, Yang Mulia?"

Cendrick merenungi perkataan Vertha kemarin padanya, yang menyebutkan bahwa warna pada netranya berubah menjadi merah.

'Mengapa warna mata Anda berubah menjadi warna merah?'

"..."

"Yang Mulia?"

Cendrick tersadar dari lamunannya itu menghela nafas gusar.

"Kita sudahi untuk hari ini, lanjutkan besok", ujar Cendrick menyudahi pekerjaannya lalu berjalan keluar.

"Baik Yang Mulia, terimakasih atas kerja keras nya dan selamat beristirahat", salam Ferald yang hanya dibalas deheman oleh Cendrik "Hmn"

Ferald khawatir dengan keadaan tuannya yang menjadi kurang fokus setelah kejadian kemarin yang menimpa permaisuri.

Disepanjang lorong Cendrick tiada hentinya memikirkan perkataan Vertha. Cendrick berhenti sejenak didepan salah satu jendela yang cukup besar.

"Apa kutukan ini akan segera dimulai..", gumamnya melihat sang purnama yang menjadi lentera malam. Ia pun melanjutkan langkahnya menunju kamarnya.

Sesampainya dikamar, Cendrick merebahkan dirinya disofa yang cukup panjang tuk melepaskan kepenatan nya.

Bruk

"Aku harus segera menemukan wanita iblis itu dan membunuh nya sebelum Kekaisaran ini jatuh dalam genggamannya kembali"

Ditengah gumaman Cendrick secara tiba-tiba seekor burung hantu menerobos masuk kedalam kamarnya.

Crack

Craang!

Ku~

Ku~

"Apa-apaan in.."

"Burung ini.."

***

'Kedua sayapnya terlihat hampir membeku'

Aku terkejut melihat kedua sayap Nichnytsia yang sebagian membeku.

"Katakan padaku, apa yang sedang terjadi", ucapku mencoba untuk tetap tenang.

"A, a ada m, monster yang menyerang rumah kami! Tolong kami Putri! Hiks.." ucapnya tergagap gemetar ketakutan.

"Monster itu menghancurkan rumah kami serta mencoba membunuh kami, hiks... hiks... D, dia mengurung kawanan kami dan mencoba membekukan pohon Kisaa. Hanya aku berhasil melarikan diri, sedangkan peri lain... hiks.. hikss... me, mereka tertangkap dan dikurung didalam kurungan es", lanjutnya tak kuasa menahan air mata.

Es? mengapa mengingatkanku pada anak itu. Jelas-jelas aku belum pernah mengajarkan sihir pada anak itu, tapi bagaimana jika ia telah mengetahui kekuatannya tanpa sepengetahuan ku.

I Don't Want to Die Again in Your HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang