18. Kontes Pemburuan [3. Berakhir]

745 67 12
                                    

Langkah sepatu kuda terdengar cukup keras ditengah hutan yang sunyi.

Berbicara tentang hutan, saya telah menelusuri hutan ini kembali ke titik awal. Dan saya tidak menemukan jejak yang ditinggalkan gadis itu, bahkan jejak tapal kudanya menghilang seperti ditelan bumi. Ini benar-benar tidak masuk akal, pikirku.

Saya pikir, lebih baik kembali ke perkemahan sebelum Ferald mengoceh seperti burung.

Lamunanku dibuyarkan oleh kuda yang saya tunggangi, secara tiba-tiba mengangkat dirinya keatas hingga saya hampir terjatuh. Saya rasa kuda ini hampir menabrak sesuatu.

Tanganku menarik tali kuda, berusaha untuk menarik kendali. Kemudian melihat objek yang hampir saya tabrak, hanya untuk memastikan keadaan. Dan saya tersentak ketika melihatnya.

Seorang gadis dengan baju putih tergeletak di tanah gembur penuh dengan debu, matanya yang berwarna merah Ruby menghipnotis saya saat saya tidak sengaja menatap nya langsung. Tubuh saya secara tidak sadar, turun dari kuda lalu bergerak kearahnya.

Saya merasa kejanggalan yang luar biasa. Semakin dekat dengan gadis itu, semakin saya merasakan sakit yang luar biasa di kepalaku. Hingga saya berlutut dihadapannya, saya merasa hampir kehilangan sebagian dari kesadaran saya.

Gadis dengan rambut berkilau yang bergelombang dengan netra merah yang tidak asing bagi saya, telah berhasil membuat saya terperangkap oleh jebakannya.

Tidak salah lagi, wanita ini adalah wanita itu.

Tangan saya bergerak menjulur kearahnya. Kemudian dengan topeng palsunya, ia tersenyum dan menerima uluran tanganku dengan air mata kebahagiaan.

***


"Tolong ampuni saya, Yang Mulia. Saya seharusnya tetap berada disisi Anda tadinya." Saya mencoba cara untuk membuat suasana yang menegangkan menjadi cair dengan seribu seni bualan halus ciri khas bangsawan.

Mereka kini tengah menaiki kuda kesatria pribadi Lavertha, Viscount Western atau biasa dipanggil Sir Western. Menuju kembali ke perkemahan setelah kejadian penyelamatan Lavertha dari kepungan para serigala.

"Ini adalah jelas bukan murni kesalahan saya.. Maaf dan terimakasih. Apa sekarang Anda merasa puas Viscount?" Katanya dibalas dengan perminta maaf dan terimakasih sekaligus sindiran yang mengarah pada saya.

"Anda tidak perlu meminta maaf dan berterimakasih Yang Mulia, karena ini telah menjadi tugas saya."

"Telah menjadi tugas Anda meninggalkan tuannya, hanya demi sapu tangan dari para gadis bangsawan. Saya merasa tersanjung."

Celetuknya dengan terus terang menyatakan tempat dimana letak kesalahanku. Saya tidak dapat menyangkalnya, karena itu adalah fakta yang memiliki banyak saksi mata. Jika rumor bahwa kesatria pribadi Putri Mahkota tidak kompeten dalam pekerjaannya, saya hanya tinggal menunggu waktu untuk menerima surat pemecatan sekaligus didakwa oleh hakim di pengadilan karena telah lalai dalam tugasnya menjaga Bunga Kekaisaran.

Sungguh prosedur yang rumit. Lebih baik saya segera mengakuinya, ketimbang harus mengalaminya.

"Saya mengakui, saya juga salah. Saya benar-benar memohon ampun dari Anda."

"..."

"... Sejujurnya terimakasih..telah menyematkan ku..lagi. Aku merasa berhutang nyawa padamu" lanjutnya dengan ungkapan terimakasih yang ku rasa lebih tulus dari sebelumnya.

I Don't Want to Die Again in Your HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang