15. Ellena Vierra

1K 130 0
                                    

Happy reading~

Singgasana yang megah, diduduki oleh pemimpin yang penuh wibawa, kuat serta bijaksana. Kaisar, Kaisar Theodorus De Enderthon.

Kaisar yang sangat disegani oleh banyak negara dan mampu meratakan semua pasukan lawan. Keahlian berpedang, kekuatan yang besar serta dukungan yang besar dari belahan pihak. Membuatnya sukses terpilih dalam suksesi.

Tidak lepas dari semua itu. Beberapa pemberontakan membuat banyak korban yang berjatuhan. Darah bercucuran dimana-mana, adalah saat-saat yang mengerikan.

Mereka hanya melihat didepan namun tidak dibalik layar. Sosok yang kuat pasti memiliki sisi yang tidak diketahui.

Kaisar bersikap baik dan lembut padaku. Ia menganggap ku seperti Putri kandungnya sendiri dan selalu menjadi lentera yang membantuku menerangi di jalan yang gelap.

Melihat nya dengan bijak dan tegas memimpin negara. Apakankah kaisar selanjutnya akan sama seperti itu?

"Setiap orang pasti memiliki caranya sendiri untuk menjadi pemimpin", katanya.

"..."

"Kau tidak perlu risau, aku yakin dimasa depan kau akan menjadi permaisuri yang hebat"

Aku hanya bisa terdiam mendengar perkataan sang kaisar. Karena tidak mungkin bagiku, untuk tetap berada disini sampai hari itu tiba.

"Aku harap kau tidak mengecewakan ku, Putri Mahkota"

"Saya akan bekerja keras, terimakasih atas saran dan nasihat Anda Yang Mulia Baginda. Semoga berkat Dewi Cahaya selalu menyertai Anda"

"Hohoho sepertinya aku telah menyita banyak waktu mu, nikmati waktu kalian. Bersenang-senang lah"

"Baik Yang Mulia, terimakasih.."

Setelah percakapan kecil itu Kaisar mengumumkan di mulainya pesta. Dan disambut dengan suka cita oleh semua orang. "Terimakasih Yang Mulia Baginda Kaisar", ucap mereka dengan serempak lalu bersorak gembira.

Melihat semua orang bergembira dengan ria. Sedangkan aku yang tengah berjuang untuk bertahan ditempat.

"Nona Riedele saya dengar tunangan Anda tahun lalu meraih peringkat tertinggi di Akademi militer, apa itu benar?" tanya Nyonya Hills, Baroness Hills.

"Tentu saja itu benar", jawab Nona Grace, putri sulung Count Rediele  dengan bangganya.

"Beruntung nya, saya berharap menjadi Lady Rediele", puji para Lady dengan iri yang dibawakan menjadi candaan. Senyuman hangat terukir diwajah mereka.

"..."

"Bagaimana menurut Anda, Yang Mulia Putri Mahkota? Bukankah prestasi dari Lord Benito cukup untuk diapresiasi"

"Ya, aku berharap ia akan mengabdikan hidupnya bagi Kekaisaran ini. Dengan baik tentunya"

Andai saja kalian tahu, ia lah orang yang akan membawa wanita iblis itu kemari. Dan menghianati tunangannya demi wanita itu.

Namun, sebelum itu terjadi aku harus bergerak dengan cepat. Karena tidak hanya aku saja yang akan menderita. Aku tidak ingin melihat wajah itu lagi..

"Apa Anda baik-baik saja Yang Mulia? Sepertinya Anda memikirkan banyak hal", tanya Lady Magellan padaku.

"Tidak, aku hanya senang melihat kita bisa minum teh bersama. Apakah dikedepannya kita akan melakukan hal yang sama?"

"Hoho, bukankah itu sudah pasti. Yang Mulia"

"Itu benar"

"Ha, ha, ha", tawa mereka bersama.

Aku rasa tidak, karena orang-orang yang membelaku akan mati satu persatu. Sampai aku benar-benar terpuruk sendirian. Pikir Lavertha dengan senyuman tipis yang ia paksakan.

I Don't Want to Die Again in Your HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang