17. Kontes Pemburuan [2]

682 89 7
                                    

Srakk!

Dengan perhitungan yang matang, sebuah anak panah ditarik dari perut binatang kecil berambut putih yang baru saja menjadi sasaran empuk pemburu itu.

Aku harus kembali sebelum matahari terbenam, dan keempat kelinci ini. Bahkan jika aku tidak berhasil menemukan peri itu, setidaknya aku berhasil mendapatkan keempat kelinci ini.

Lavertha menyeka keringat dari dahinya. Kemudian mengambil tas untuk membawa hasil buruan kembali. Gadis itu membuka kantong dan mengangkat salah satu kelinci mati ke udara.

"Kelinci ini sangat gemuk, kurasa aku akan meminta Mariane untuk membuatkan kelinci panggang"

Gumam gadis itu, memasukkan kelinci nya satu persatu kemudian mengikat kantungnya. Setelah selesai, gadis itu mengambil sapu tangan disaku bajunya. Kemudian membersihkan percikan darah yang menempel ditangan dan wajahnya.

"Selesai.. kita harus kembali." Ujarnya yang dimaksudkan pada kuda yang ia tumpangi. "Hiatt!"

Lagertha menarik kendali kuda dan menginjak sanggurdi yang membuat kuda itu berjalan lagi. Perjalanan yang dirasa akan baik-baik saja, ternyata salah ketika aku seorang anak kecil duduk ditengah jalan setapak sambil menangis.

"Hiks.. hiks.."

Aku melihat seorang anak kecil menangis terduduk di tengah jalan setapak yang akan dilewati. Kemudian, aku emutuskan untuk turun dari kuda dan menghampiri anak laki-laki itu. "Hei, apa kamu baik-baik saja?," tanyaku dengan kata informal.

"Eum, Perut.. perutku sakit.." jawab anak itu dengan tergagap dan masih terisak. Merasa bersimpati, Lavertha turun dari kudanya dan memastikan keadaan anak itu. Terdengar suara bergemuruh dari perut kecil anak itu, yang membuat suasana canggung.

"Kamu hanya lapar." Katanya, mengusap perlahan kepala anak itu kemudian mengambil sebuah roti sisa dari bekal makan siangnya, lalu  ia berikan pada anak laki-laki itu. "Ambil ini"

Bukannya menerima anak itu menggeleng dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Aku tidak suka makanan manusia," Ujarnya dengan masih mempertahankan posisi.

Situasi menjadi hening sementara.

Aku tercengang ketika anak ini berkata 'Aku tidak suka makanan manusia?'. Apa dia bukan manusia? Tapi jelas-jelas anak ini terlihat seperti anak laki-laki pada umumnya.

Aku belum sempat bertanya pada anak itu. Bocah itu tiba-tiba menunjuk sesuatu dengan wajah penuh harapan.

"Aku ingin makan itu." Katanya dengan jari telunjuk, menunjuk sesuatu. Aku mengikuti lintasan ke arah mana anak itu tunjuk. Dan ternyata itu adalah kantung yang aku cari.

"..."

Sekarang aku paham apa yang anak itu maksud.

.

.

.

"Apa kamu begitu menyukainya?"

"Ya!-" seru anak laki-laki asing itu masih dengan mulut penuh dengan makanan.

Aku merasa haus dan memutuskan untuk mengambil air dari sungai kecil yang tidak jauh dari sini.

"Aku akan mengambil air"

"Baiklah~!" Katanya dengan senyuman lebar yang hangat.

"Hei kamu, makanlah dengan perlahan." Setelah mengatakan hal itu aku berjalan menuju semak yang dibaliknya terdapat sungai kecil mengalir.

Aku mengeluarkan kantung airku kemudian memasukkannya kedalam air untuk diisi.

Beruntungnya ada sungai kecil disekitar sini.

I Don't Want to Die Again in Your HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang