05. ku pungut loli di gang

2.3K 287 7
                                    

Happy reading guys~

2 Tahun Kemudian

"Guruu~!"

"?" Toleh guru itu.

"Lihat ini" ucap Lavertha.

"Srkkk"

Tumbuhan rambat perlahan merambat melilit tubuh sang 'korban'.

***

"Putri bisakah Anda menurunkan saya?", ujar guru itu bergelantungan dililit oleh tanaman rambat.

"Tidak sebelum Anda meminum pontion sihir yang ku buat untukmu", ucap Vertha mengeluarkan sebotol kecil ramuan dari balik saputangan nya.

"Tidak, apakah Anda tidak pernah merasakan pontion yang Anda buat sendiri?", tanya guru itu berusaha melepaskan diri dari lilitan tanaman rambat.

"Eumm, tidak", jawab Vertha dengan polosnya.

"Jika begitu... h,h,hacccuhh... Ah"

Hening~

"Hmm? Guru~ cepat mi-num-lah obat ini, sebelum flu mu bertambah buruk", ucap Vertha tersenyum lembut? Dan berjalan mendekati guru itu.

"Tidaakkk!!", teriak guru itu menggeliat seperti kepompong.
.

.

.

.

.

Setelah minum obat

"Guru, Anda terlihat seperti anak kecil yang takut meminum obat", ucap Vertha yang sedang meresap tehnya.

"Memang, bagaimana dengan Anda dulunya saat meminum obat?", balas sang guru, menyeringai kecil.

"Ya? Aku..."

"Putri tidak pernah merengek saat ingin minum obat walau pun obat itu pahit, Putri selalu minum obat tepat waktu dan cepat sembuh", sela Mariane ditengah percakapan.

"Bohong", guru itu menyipitkan kedua netranya.

""Tidak"", ucap Verta dan Mariane bersamaan.

"Hahh.. sudahlah mari kita mulai saja pembelajaran sihirnya", ucap guru itu disertasi helaan.

"Baik guru", jawab Vertha.

.

.

.

Beberapa jam kemudian~

"Baiklah guru aku akan mencoba berteleportasi lagi", kata Lavertha sambil merapalkan mantra. Serpihan hijau dan bunga-bunga kuning mengelilingi Lavertha dan segera menghilang.

"Tidak tunggu pengumpulan manamu belum sempurna....", tahan guru itu namun anak itu sudah berteleportasi duluan.

"Hah.. anak itu", gumam sang guru.

Dua tahun yang lalu~

"Brakk!!"

"Kepalaa! Anda mendapatkan surat dari istana Kekaisaran!" Ucap Bell salah satu penyihir menara.

"Bell ketuklah pintu terlebih dahulu", ucapku padanya diiringi sedikit kemurkaan.

"Ah ma,maafkan saya", Ucap Bell sambil menunduk, merasa bersalah.

"Lain kali jangan diulang lagi, omong-omong kau bilang tadi aku mendapatkan surat dari istana?" Kataku klimaks.

"Ah, benar kepala. Dan ini surat nya!" Ucap nya.

I Don't Want to Die Again in Your HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang