01. ?!

3.5K 401 2
                                    

Happy reading~

"Apa?!!"

"A, a, apa maksudmu?"
Aku terkejut dan terjatuh.

"Yang Mulia!" Mariane panik melihatku terjatuh dilantai.

'Apa yang terjadi?! Bagaimana ini bisa terjadi?' pikirku, meremas rambutku dengan kasar. Aku tertegun menunduk, berusaha untuk tetap tenang.

"Mariane...", ucapku dengan lirih.

"Ya, Yang Mulia?"

"Ambilkan aku cermin sekarang"

"Baik Yang Mulia"

Mariane yang tengah kebingungan melihat tingkah anehku, akhirnya mengambilkan cermin yang kupinta.

"Ini Yang Mulia", ucap Mariane memberikan cermin yang ku minta.

Aku mengambilnya dan kulihat diriku dipantulan cermin.

"?!" pupilku membulat hampir sempurna.

"Ini.. ini... ini pasti mimpi" tanpa kusadari air mata mulai mengalir membasahi kedua sisi wajahku.

Aku tidak percaya bahwa aku melihat diriku yang masih berusia 11 tahun di cermin?!

"Hiks...hiks.. ini, ini pasti tidak mungkin!"

Prang!

Aku terkejut dan melemparkan cermin yang kupegang tadi.

Mariane yang sendari menatapku dengan tatapan bingung pun terkejut melihatku melemparkan cermin itu.
"Yang Mulia?!"

"Mariane.. ini, ini pasti tidak mungkin hiks.." isakku tak kuasa menahan air mata dan tiba-tiba kepalaku terasa berat.

Aku sangat terkejut hingga kakiku melemas dan terjatuh dipelukan Maria.

"Yang Mulia!.. Yang Mulia!... Mulia!"

Pandanganku terasa kabur, kepalaku terasa berat dan lama kelamaan pandanganku menghitam.

***

"Cuit cuit cuit" suara burung berkicauan mengusik tidurku.

"Eumm.. eum.." aku yang terganggu oleh kicauan burung itu dan terbangun. Aku membuka mataku dengan perlahan menerima cahaya masuk ke dalam netra ku.

Seperti biasa aku mengambil lonceng di meja sebelah tempat tidur dan membunyikan perlahan lonceng itu, memanggil dayang istana.

"Ting Ting Ting!"
Beberapa detik kemudian seorang dayang pun datang dan mengetuk pintu.

"Tok tok tok, Anda memanggil saya yang Mulia?"

"Ya, masuklah Mariane" aku yang tau itu suara Mariane dan langsung mengizinkan masuk.

Mariane datang mengetuk pintu dan membawa air untuk membasuh wajahku.

"Wah, Yang Mulia anda bangun lebih awal", ujarnya sembari tersenyum hangat.

"Iya" jawabku dengan jiwa setengah sadar.

"Syukurlah Yang Mulia anda telah bangun hiks..hiks", ujarnya memelukku, aku pun membalas pelukan yang hangat itu.

Mariane melepaskan pelukannya dan mulai membuka suara kembali, "Yang Mulia saya sangat khawatir pada Anda hiks..hiks.."

"Memang apa yang terjadi sampai kau khawatir padaku?"

Mariane nampak khawatir mendengar pertanyaanku.

"Apa anda tidak ingat Yang Mulia?"

Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak, Aku tidak mengingat nya"

Mariane meratap kesedihan, dan dengan mulai menjelaskan insiden yang menimpaku,"Empat hari yang lalu Anda pingsan karena keracunan di saat acara minum teh dengan para gadis bangsawan Yang Mulia dan...."

.

.

.

Beberapa saat setelah Mariane menjelaskan insiden empat hari yang lalu dan kejadian semalam disaat aku melemparkan cermin lalu jatuh pingsan, kepalaku terasa sedikit nyeri.

"Aghh..." erangku lirih.

"Yang Mulia?!, Sa, sa, saya akan memanggil dokter, tolong tunggu sebentar!"

Mariane nampak terkejut melihatku mengerang kesakitan segera bangkit dari duduknya dan hendak berlari menemui dokter.

Namun sebelum ia berlari aku menahannya tuk pergi, "Tidak apa-apa Mariane ini bukan masalah yang besar, aku hanya kelelahan".

Mariane nampak terkejut di saat aku memegang lengan bajunya menahannya tuk pergi.

"Apa maksud anda Yang Mulia?". Keringat bercucuran di pelipisnya pertanda ia sangat mengkhawatirkannya tuannya ini.

Aku menghela nafas perlahan.

"Tidak apa-apa Mariane aku baik-baik saja, tolong jangan panik", ujarku menepuk punggungnya.

"Baik Yang Mulia". Mariane terlihat sangat khawatir akan diriku hanya bisa mematuhi tuannya ini.

"Sekarang bantu aku membasuh wajahku"

Aku melihatnya nampak murung karena aku bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Segera setelah aku membasuh wajahku, aku memerintahkannya untuk menyiapkan air mandi untukku.

"Setelah membasuh wajahku, segera siapkan air mandi untukku"

Mariane mengubah ekspresinya dan tersenyum lembut mengangguk mengerti.

"Baik Yang Mulia"

Mariane tersenyum dan langsung menyiapkan air mandi untukku.

Aku menyiapkan diriku seperti hari-hari biasanya. Dan aku masih memikirkan kenapa dan mengapa aku bisa kembali ke 12 tahun yang lalu?.
.
.
.
.
.
~to be continued~


(Bocoran: Lavertha mati dibunuh sm Putra Mahkota disaat berusia 23 thn)

Jangan lupa vote (。•̀ᴗ-)☆

I Don't Want to Die Again in Your HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang