13. Khovaneth

995 146 11
                                    

Happy reading~

Jleb

Es yang tajam menusukku dari berbagai arah, tepat pada saat darah segar mengalir menembus kulit, "Ukhgd".

"Lavertha! Ugh, Iberiuss!!"

Dengan sekejap cahaya terang menghancurkan es yang menyegel pergerakan ku hancur, akibat besarnya ledakan cahaya itu aku terpelanting hingga menghantam akar pohon besar.

Buagh!

"Uhuk! Uhuk! Ugh..."

Aku berusaha bangkit namun terasa sangat berat, ditambah luka tusukan dari sihir tadi membuat tubuhku kesulitan bergerak.

Tepat didepan ku sepasang tangan mencoba menyentuh diriku. Aku mencoba menghindar namun sia-sia, tubuhku tidak dapat bergerak.

"Ini aku"

'Suara ini'

"Aku sedang berada dalam bentuk pertahanan (Domovoi), aku bertugas melindungi pohon Kisaa dari mahluk yang mencoba menyakiti pohon ini"

"Aku akan menyembuhkan diri mu terlebih dahulu, karena aku tidak dapat menyegel iblis itu sendiri. Aku butuh bantuan mu"

Setelah mendengar penjelasannya, cahaya muncul dari telapak tangannya, aku memejamkan kedua mataku karena cahaya yang terlalu terang.

Membuka kedua kelopak mataku, melihat dengan seksama luka di setiap bagian tubuhku menghilang dengan sekejap.

"Aa.."

'Aku bisa bicara!'

Telapak tangan terulur mengarah kearah ku. Aku mendongak, menatap pemilik telapak tangan itu.

"Apa Anda akan berdiam diri seperti itu saja?"

Aku meraih uluran tangannya dan bangun.

"Tidak, terimakasih.."

"Ugh... Sialan", umpat si iblis dengan penuh amarah.

"Tolong alihkan perhatiannya, aku akan menyerangnya dari balik arah", bisikku yang masih bisa didengar olehnya. "Baiklah, aku akan menyerangnya dari sisi depan, dengan sihir ledakan cahaya", jawabnya dengan setuju.

Aku menatap nya berpikir akan aneh jika ia langsung mempercayai ku."Mengapa kau langsung mempercayai ku?"

"Hmm, mungkin karna aku tiada pilihan lain"

"Mungkin ya.. bersiaplah iblis itu mulai bergerak menuju ke arah kita"

Swishh!

'Belakang!', Khovaneth (Domovoi)  berbalik ke belakang, menyadari sebilah pedang yang panjang mengayun mengarah padanya dari belakang. Namun, sayangnya ia terlambat.

Crack!

Waktu seakan-akan terhenti sejenak, kini tepat di depannya terpampang jelas Lavertha yang mencoba menghentikan tebasan Freddie dengan sebuah belati yang panjangnya tak lebih dari lengannya.

"Itu adalah pedang sihir, berhati-hatilah Lavertha"

Khovaneth dengan cepat mundur menjauh dari mereka agar tak menghambat pergerakan Lavertha. Menyadari hal itu, aku dengan cepat menyerangnya dari bawah guna menyegel pergerakan nya dengan sihir.

"Creep!"

Srekk!

Tanaman rambat itu bukan hanya, sekedar rambatan saja tanaman itu membentuk pola segel mirip dengan segel

I Don't Want to Die Again in Your HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang