Semakin lama aku menonton adegan panas di dalam ruangan Pak Bram, semakin aku merasa kurang puas hanya bisa melihat dari luar saja. Selain itu, kakiku juga sudah terasa pegal, sehingga aku kurang bisa menikmatinya. Bermodalkan nekat, aku pun mulai mencari cara agar aku bisa mendapatkan tempat yang nyaman untuk menonton. Kedua mataku menyoroti seluruh bagian dalam ruangan itu dan aku pun menemukan tempat yang sepertinya cocok dan bisa menutupi seluruh tubuhku. Sasaranku adalah rak buku yang berada tak jauh dari pintu masuk. Jika aku bersembunyi di sisi yang berdekatan dengan tembok, seharusnya aman-aman saja. Yah, walaupun aku jadi tidak bisa melihat jelas wajah Pak Bram karena posisi rak tersebut berada di samping tempat mereka bermain.
Dengan penuh perjuangan, pelan tapi pasti, aku membuka pintu ruangan Pak Bram dan merangkak masuk. Setelahnya aku pun menutup pintu tersebut dengan ekstra hati-hati. Oh, shit! Ini sangat membuatku deg-degan!
Sesampainya di balik rak buku, aku pun mengambil dua bua buku secara acak untuk menciptakan celah. Aku pun lanjut menonton Erik dan teman-temannya yang kini tengah asik bermain-main dengan bongkahan bokong miliknya Pak Bram.
Tidak seperti sebelumnya, sekarang aku menjadi lebih leluasa karena bisa duduk dan mengistirahatkan kakiku. Selain itu, aku pun dengan berani membuka resleting celanaku dan menarik sedikit ke bawah agar bisa mengeluarkan senjata pamungkasku. Begitu kutarik celana dan bokser, palkonku itu langsung mencuat ke permukaan. Tidak sabaran, aku pun segera menggenggamnya dengan lembut. Kuberikan sedikit ludah untuk menjadi pelumas, kemudian aku mulai onani sembari lanjut menonton.
"Ah... Rik, Bapak udah ga tahan nih. Masukin sekarang juga."
Di tengah permainan nakal Erik dan teman-temannya, Pak Bram tiba-tiba menarik sedikit tubuhnya ke depan, mencoba menghindari tangan-tangan nakal murid-muridnya itu.
"Rik, udah bosen tuh Bapaknya," kata salah satu temen Erik sambil tertawa puas.
"Udah minta tuh Rik, kasih gih Rik." Teman satunya lagi dari sisi yang berlainan juga menyarankan Erik untuk mengambil tindakan lain kepada Pak Bram.
Di tempatku nonton sekarang, aku dapat jelas mendengar pembicaraan mereka. Keputusanku untuk masuk memang sudahlah tepat! Jantungku semakin berdebar tak karuan, pikiranku mulai melayang ke mana-mana, terlebih saat teman Erik menyarankan dia untuk memasukan sesuatu. Fantasi dalam pikiranku mulai liar membayangkan kalau Erik bakal melakukan hal itu kepada pak Bram.
Tapi, masa iya sih?
Saat aku menebak-nebak apa yang akan dilakukan Erik selajutnya, tiba-tiba saja Pak Bram ini menoleh ke arah sana sini. Sialnya, pandanganku dan dia bertemu! Sontak saja aku terkejut dan begitu pula dengan Pak Bram. Rasanya aku hampir saja terkena serangan jantung! Beberapa saat aku terdiam dan tidak bergerak, tubuhku terbujur kaku takut denga apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkinkah aku akan dihabisi oleh Pak Bram dan Erik karena tahu rahasia mereka? Namun, berbeda dari kekhawatiran aku. Pak Bram malah mengedipkan matanya ke arahku seraya menggigit ujung bibirnya itu.
Shit! Dia baru saja memasang ekspresi menggoda ke arahku!
Tidak memberikan jeda untuk aku bisa mengatur nafasku yang memburu ini, Erik tiba-tiba melepaskan gespernya lalu melepaskan celana beserta boksernya. Keluarlah batang pentungan miliknya yang berukuran sekitar 14 cm. Dia menggenggam batang balkonnya itu lalu menggunakannya untuk menampar pantat mulus milik Pak Bram yang sudah berwarna kemerahan itu. Sesekali dia menyelipkan dan mengusap bagian lubang dubur Pak Bram menggunakan senjata pamungkasnya.
Melihat Erik sudah beralih ke ronde selanjutnya, tiga teman Erik yang sudah kelewat terangsang langsung segera mengambil alih posisinya masing-masing.
"Tar, jilatin punya gua dong." Salah satu dari teman Erik tiba-tiba meminta sesuatu kepada temannya yang lain.
"Anwar, sini kamu ke depan bapak. Biar bapak yang jilatin kontol kamu," kata Pak Bram seraya mencoba menoleh ke belakang.
"Asik!"
Salah satu teman Erik yang bernama Anwar itu pun dengan riang melepas seluruh pakaiannya sampai bertelanjang bulat. Setelah itu dia berjalan ke depan Pak Bram dengan palkon miliknya yang bergelantungan dan masih tertidur itu.
Sekarang palkon milik Anwar tepat di depan wajah Pak Bram. Aku baru sadar, barang milik Anwar ternyata cukup besar bahkan untuk ukurannya yang masih tertidur. Yah, walaupun aku cukup yakin tidak sebesar milikku, tapi dibandingkan milik Erik, punya Anwar lebih panjang. Kupikir itu sekitaran 15 cm? Sedangkan punyaku terakhir kali aku mengukurnya 17 cm.
"Pak, saya dapet tugas apa nih?" Salah satu teman Erik yang lain mulai bertanya dengan maksud menggoda Pak Bram.
"Leon sama Anwar, kalian berdua sini nyusu sama Bapak aja," balas Pak Bram dengan nada menggelitik.
Seakan mendapat lampu hijau, kedua anak itu ikut melepas semua pakaiannya. Kulihat anak yang bernama Leon itu memustuskan untuk mengambil bagian mengulum batang milik Pak Bram, sedangkan Tara mulai menjilat dan menyusu pada pentil milik Pak Bram.
Adegan di depan mataku sunggub sulit dijelaskan dengan kata-kata. Ini pertama kalinya bagi melihat tontonan adegan panas sesama jenis yang dulu sempat kupikir jijik dan membuat aku merasa risih. Namun, entah mengapa mereka membuat pertunjukan yang membuatku sangat bergairah!
"Cepet Rik, jangan lama-lama!" Pak Bram sudah memperikan perintah.
Dengan sekali hentakan, batang milik Erik pun sudah sepenuhnya masuk ke dalam tubuh Pak Bram. Jantungku berdetak cepat dan napasku semakin memburu melihat Erik yang sangat jantan membobol liang dubur milik Pak Bram. Tidak main-main, Erik menggenjot pantat Pak Bram dengan cepat dan kasar, sesekali bahkan dia menampar bongkahan itu seakan sedang menunggangi peliharaan kudanya.
Pak Bram mendesah tak karuan, batang kemaluannya yang sedang berada di mulut Leon pun menegak. Saat Leon mengeluarkan dari mulutnya, aku bisa melihat seberapa besar milik guru killerku itu. Sebenarnya, ukuran penis milik Pak Bram tidaklah panjang, paling sekuruan 12 cm, tapi yang membuatku takjub adalah tebal dari diameter batangnya. Itu sangat besar, bahkan jika dibandingkan degan milikku itu hampir dua kalinya! Sekarang Leon saja sampai kesulitan menyesuaikan mulutnya saat mengulum miliknya Pak Bram.
"Arghh... ah, ah... terus Rik."
Pak Bram terus meracau sambil mengocok batang kejantanan milik Anwar. Di sisi lain Anwar yang menyaksikan sodokan demi sodokan yang dilakukan Erik kepada Pak Bram membuat dirinya merasa sangat terangsang. Dia pun mulai memainkan kedua putingnya sendiri yang berwarna pink.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔
Teen Fiction[BOYXBOY] [MANXMAN] [MATURE] [BL] [18+] Setelah meninggalnya kedua orang tuaku dan berakhir diadopsi oleh keluarga Handoko, kehidupanku dan Rama menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Semua yang kita ingin dengan mudah didapatkan. Keluarga i...