Setelah selesai aku keluar dari kamar mandi dengan kondisi masih mengenakan handuk yang terlilit di pinggang, aku berjalan mendekati Angga dan Oliver yang saat ini duduk rapih di atas ranjang. Dengan dingin, aku melipat tangan di dada seraya menatap tajam keduanya.
"Langsung aja Ol, Ngga, sekarang gua ga mau banyak cincong, pikira gua lagi berat banget akhir-akhir ini. Gua mau denger penjelasan dari kalian sekarang juga."
"Yan, maksud kedatangan kita ke sini cuman mau minta maaf."
"Maaf? Maaf buat apa lebih tepatnya? Oh, jangan-jangan lu emang ada niatan ngerjain gua ya lu? Mau balas dendam ceritanya?"
"Eh, bukan gitu, yaelah! Ya maaf, ya maaf. Ga ada modus lain ini. Kita bener-bener dateng buat minta maaf karena sebenernya ada sesuatu yang kita sembunyiin dari lu selama ini. Udah lama banget dari kelas satu, kita berdua udah ga tahan karena terus menutup-nutupinya dari lu. Jadi hari ini kita berdua sepakat untuk ngasih tau lu semuanya. Tapi, sebelum itu gua harap persahabatan kita bertiga ga akan berakhir cuman gara-gara pernyataan ini."
"Rahasia apa?" tanyaku dengan nada acuh tak acuh.
"Rahasia tentang hubungan aku dan Angga selama ini. Kita berdua udah pacaran lama sejak smp kelas tiga, lebih lama sebelum kenal sama lu. Jadi, gua minta maaf karena selama ini gua sama Angga menutupinya di belakang lu, kita takut lu ga akan sudi berteman dengan kita lagi," kata Oliver dengan wajahnya yang sayu.
"Kemarin pas lu nyodorin video Pak Bram sama si Erik ke kita, di situ kita mulai sadar dan mulai berani untuk bicara jujur sama lu, Yan. Soalnya gua sama Angga juga tau cerita semuanya pas ketemu sama Pak Bram. Lu ngocok sambil nontonin Pak Bram ditusuk Erik kan? Lu juga sampe muncrat dua kali?"
"Maksud lu, apa?" Aku yang merasa salah tingkah pun tidak tau bagaimana cara menyangkal semua tuduhan Oliver yang sebenarnya adalah fakta.
"Kita ngerasa lu sama kaya kita, lu juga mulai punya ketertarikan sama cowok kan?" tanya Angga diselingi senyuman kecil.
Aku benar-benar sedikit syok mendengar pengakuan mereka, ditambah fakta keduanya sudah tau tentang semua yang terjadi padaku di ruangannya Pak Bram.
"Oke, oke, sekarang gua bakal jujur sama kalian. Pertama, gua ke tempat Pak Bram murni karena ga sengaja pas disuruh Pak Gunawan nyariin Erik. Kedua, gua juga ga tau kenapa gua bisa ngaceng pas ngintipin mereka, sampe-sampe kebablasan nontonnya. Ketiga, yang paling penting gua ga milih untuk suka sama cowok dan gua masih sayang sama pacar gua."
"Lu bisa dapet keduanya, Yan. Contoh aja tuh Pak Bram, anaknya udah dua. Dia cinta banget sama istrinya yang cantik dan awet muda itu, tapi liat sendiri kelakuannya masih suka ngangkang sama nyariin kontol cowok. Itulah yang namanya biseks, lu juga tergolong biseks kalau lu masih suka cewek. Lu bisa jalanin keduanya dengan santai," kata Oliver.
"Gua ga yakin dengan pilihan itu, gua belum siap aja."
"Ga siap lu bilang? Emang mikirin apa lagi sih? Apa mau kita bimbing sampe lu yakin nih? Kita udah siap sedia nih, tutorial gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun," kata Angga seraya memasang ekspresi binal.
"Ah, apaan sih lu berdua! Ngaco!"
Aku pun bangkit dari kursi dan melemparkan pulpen yang ada di atas meja ke arah Angga. Namun, tiba-tiba saja handuk yang aku gunakan di bawah sana melorot begitu saja dan tergeletak di bawah lantai. Sontak saja senjata pamungkas milikku yang dalam kondisi setengah menegang itu terlihat jelas menggelantung di antara dua buah zakarku.
"Woah... impressive!" Kedua mata Oliver dan Angga terus melotot tanpa berkedip sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔
Teen Fiction[BOYXBOY] [MANXMAN] [MATURE] [BL] [18+] Setelah meninggalnya kedua orang tuaku dan berakhir diadopsi oleh keluarga Handoko, kehidupanku dan Rama menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Semua yang kita ingin dengan mudah didapatkan. Keluarga i...