Kisah Julian : Keluarga Handoko [Part 25]

2.9K 114 0
                                    

Aku putuskan hari itu tetap pergi berangkat sekolah. Setelah merapihkan diri dan mempersiapkan barang-barang keperluan sekolah, aku keluar dari kamarku. Tanpa berkeinginan sarapan, aku pun berjalan menuruni tangga dan langsung pergi menuju ke tempat Pak Gulam bisa berada. Selanjutnya, aku memberitahukan kepadanya bahwa hari ini aku berangkat ke sekolah lebih awal dan pergi menggunakan ojek online. Bukan cuma itu, aku juga berpesan untuk sepulang sekolah nanti aku tidak perlu ditunggu. Hari ini Pak Gulam hanya perlu mengantar dan menjemput Rama.

Pak Gulam hanya mengangguk dan mengiyakan permintaanku, meski aku tau dia pasti sangat penasaran dan ingin bertanya, tapi tidak dia lakukan karena melihat wajahku yang saat ini tidak biasa terkontrol dengan baik ini.

"Hati-hati ya Mas."

Tak berselang lama setelah aku berbicara dengan supirku, ojek online yang sudah aku pesan sejak di kamar tadi pun muncul di depan gerbang rumahku. Terlihatlah seorang pria berseragam hijau dengan menaiki motor sport miliknya itu. Sambil aku berjalan mendekatinya, dia pun membuka helmnya yang berwarna hitam itu dan menyapaku dengan penuh keramahan. Suaranya yang berat dan serak itu terdengar sangat maskulin di telingaku. Wajahnya yang lumayan tampan dan didukung lesung pipi yang sangat manis, membuat wanita mana pun yang melihatnya pasti akan dengan mudah jatuh hati. Tidak perlu jauh-jauh membicarakan wanita, lihat saja aku, seorang pria yang kini berada di tengah-tengah keraguan mengenai jati dirinya saja sudah klepek-klepek dibuatnya. Namun, aku tentu saja tidak cukup bodoh memperlihakan hal itu di depannya, biarlah diriku sendiri yang tahu.

Pria itu kemudian memberikan helm kepadaku dan mempersilahkan aku untuk naik. Dikarenakan motor yang digunakannya adalah motor sport yakni model vixion, sehingga tidak terdapat cukup space atau jarak di antara aku dan si abang ojol ini. Pada saat aku mengambil posisi duduk, tubuhku pun secara otomatis bersentuhan langsung dengan tubuh miliknya itu. Belum lagi abang ojol ini mengendarai motornya cukup mengebut, sehingga ketika bertemu rintangan polisi tidur di tengah perjalanan, tubuhku terhuyung ke depan dan tanpa bisa kucegah bertabrakan dengan punggungnya yang kokoh itu. Aku yang takut jatuh pun refleks memeluknya.

Sontak jantungku mulai berdegup kencang, birahi dalam diriku bangkit, dan aku pun terangsang. Adik kecil yang berada di bawah sana pun mulai terbangun dan membuatku panik. Dengan cepat aku pun buru-buru menarik tanganku dan menjauhkan tubuhku darinya.

"Maaf, Bang," kataku.

"Oh iya, ga papa pegangan aja. Maaf ya ini gua sedikit ngebut, soalnya tadi baru inget kalau pagi ini ternyata ada kelas dan gua udah terlanjur nerima pesanan ojolnya."

Dimulai dari situ, aku terus mengobrol dengan abang ojol ini selama perjalanan ke sekolah. Banyak informasi tentangnya yang aku dapatkan, seperti nama, alamat tempat tinggalnya, kesibukannya, hobi, dan lain-lain. Entah mengapa, aku merasa mengobrol dengannya sangatlah nyaman. Melihat dari cara pembawaannya saat berbicara pun aku langsung bisa mengetahui bahwa dia ini orang yang sangat supel dan humoris. Tipe orang yang mudah bergaul dan disukai oleh siapapun dan di manapun.

Namanya Jefri, dia merupakan mahasiswa semester enam jurusan matematika di salah satu universitas swasta di kota ini. Salah satu hal yang membuatku salut dari Bang Jefri ini adalah tekatnya yang kuat untuk mencoba hidup mandiri tanpa sokongan bantuan atau uang dari kedua orang tuanya.

Bang Jefri ini sudah bekerja sebagai ojek online sejak semester satu dan melakukan bisnis lain seperti investasi dan trading. Berkat semua kerja kerasnya itulah dia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya selama hampir tiga tahun ini. Bahkan, dia berhasil menabung dari hasil pendapatannya bekerja untuk membeli rumah. Beruntung dirinya karena sejak semester dua, pengajuan beasiswa prestasi miliknya itu diterima oleh pihak kampus. Jadi, sampai sekarang dia tidak mengeluarkan uang untuk membayar UKT semesternya dan dengan begitu uangnya bisa digunakan untuk keperluan lainnya.

Sungguh, perjalanan menuju sekolah kali ini terasa sangat menyenangkan dibandingkan diantar oleh Pak Gulam menggunakan mobil. Selain aku bisa mendapat pengetahuan baru dari kehidupan masa perkuliahan, aku juga bisa belajar banyak dari pengalaman Bang Jefri ini, sehingga memotivasi diriku untuk menjadi pribadi yang mandiri dan lebih baik lagi kedepannya.

"Sudah sampai nih," kata Bang Jefri sambil menoleh ke arah belakang.

Aku pun turun dari motornya itu dan langsung memberikan bayaran kepada pria itu sesuai dengan yang tertera pada aplikasi. Setelah itu, aku pun berterimakasih dan langsung berjalan pergi meninggalkan Bag Jefri yang masih sibuk menghitung uang bayaran dariku itu.

Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang