Siang itu aku terbangun dengan posisi terduduk dan menyandar pada dinding. Badanku rasanya pegal-pegal, aku pun segera meregangkan tubuhku sembari mengedarkan pandanganku ke sekitar. Sesaat ku terdiam dan merenung.
Shit! Aku baru sadar kalau aku ketiduran saat mengintip Erik dan teman-temannya yang sedang bergumul panas dengan Pak Bram. Juga, sebuah jaket kulit berwarna coklat tiba-tiba muncul dan menutupi bagian bawah tubuhku yang setelah kubuka ternyata telanjang tanpa ada sehelai benangpun. Aku ternyata tidak sempat mengenakan celana sebelum aku akhirnya ketiduran.
"Jaket siapa ini?"
Dalam hati aku mulai menebak-nebak siapa sebenarnya pemilik dari jaket tersebut. Tidak mungkin jika itu Erik atau teman-temannya. Jika itu mereka, maka aku pasti sudah habis digebukin sampai menjadi bubur. Dalam pikiranku satu nama yang paling mungkin hanyalah Pak Bram. Pasalnya, guruku itu sudah memergokiku mengintip dari balik celah buku-buku. Pandangan kita bertemu.
Jantungku kembali berdetak cepat dan aku benar-benar tidak bisa tenang dengan situasi saat ini. Segera aku pun bangkit dengan pelan-pelan dan memakai kembali bokser dan celana abu-abuku. Setelah itu, tanpa berlama-lama aku pun merangkak ke luar ruangan dengan ekstra hati-hati.
"Loh, Julian? Kamu ngapain?"
Saat aku menutup pintu dari luar dengan pelan-pelan, tiba-tiba saja suara yang tidak asing terdengar dari arah belakangku. Sontak aku terkejut dan langsung membalik badan dan melihat wajah dari orang itu.
"Eh, lu Ol. Gila ya, lu hampir bikin gua serangan jantung tau ga!"
"Dih, malah ngegas. Harusnya gua nih yang marah, gara-gara lu gua disuruh Pak Felix nyariin lu yang tiba-tiba ngilang pas pelajaran penjas! Capek tau nih gua udah muter-muter nyariin lu, eh lu malah tiba-tiba muncul dari dalem ruangan Pak Bram. Mana keluarnya mengendap-endap kayak maling pula. Heran dah gua, bisa-bisanya ya seorang Julian, bintang sekolah, bolos pas pelajaran penjas."
Aku buru-buru membungkam mulut Oliver yang seperti ember bocor itu sambil menoleh ke arah sekitar untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar perkataannya. Setelah itu, aku pun menariknya pergi dari tempat itu menuju ke arah kamar mandi terdekat.
"Yan, ini maksudnya apa nih mulut gua ditutup-tutupin kayak gini? Lu mau culik gua ceritanya?"
"Ol, gua lagi ga mood bercanda, oke? Sekarang tolong lu panggil si Angga ke sini, ada sesuatu yang mau gua kasih tau ke lu berdua."
"Yaudin, sekarang aja kasih tau ke gua. Kenapa sampe harus nunggu ada Angga dulu?" tanya Oliver.
Aku hanya membalas pertanyaannya dengan tatapan serius.
"Sekarang banget nih?"
"Ya, sekarang!"
"Iya, iya. Oke, tunggu sini," balas Oliver dengan mimik wajah yang ditekuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔
Fiksi Remaja[BOYXBOY] [MANXMAN] [MATURE] [BL] [18+] Setelah meninggalnya kedua orang tuaku dan berakhir diadopsi oleh keluarga Handoko, kehidupanku dan Rama menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Semua yang kita ingin dengan mudah didapatkan. Keluarga i...