Tok, tok, tok.
"Permisi Pak Felix, saya Julian, boleh saya masuk ruangan Bapak?"
"Oh ya, tunggu sebentar."
Aku menarik napas dan mencoba merilekskan diri sembari menunggu pintu ruangan Pak Felix itu terbuka. Kedatangan aku ke sini untuk meminta kesempatan kepada Pak Felix agar aku bisa mengikuti penilaian susulan dengan kelas lain. Sialnya ini harus aku lakukan karena tadi tidak ikut kelas olahraga gara-gara ketiduran setelah melakukan mansturbasi dua kali. Sampai sekarang saja badanku masih terasa lemas dan kepalaku sedikit pusing. Yah, berhubung sekarang sudah siang dan sudah mau masuk waktu istirahat, sebaiknya habis melapor dari Pak Felix aku akan pergi ke kantin untuk mengisi perutku. Bagaimanapun aku harus memulihkan tenagaku agar bisa fokus pada pelajaran selanjutnya.
Sekitar beberapa menit aku menunggu, pintu ruangan itu pun terbuka dan seorang murid laki-laki yang tidak aku kenal berjalan keluar dengan tingkahnya yang aneh. Anak itu berjalan seperti orang yang lagi kesakitan, sama sekali terlihat tidak nyaman. Juga, dia sesekali merapatkan kakinya. Selain dari cara berjalannya, dia terus menunduk dan berusaha menutupi wajahnnya. Saat mataku berhasil menangkap ekspresinya pun dia terlihat bekaca-kaca seperti sedang menahan tangis.
Ini sangat aneh, apa dia habis dimarahi oleh Pak Felix atau bagaimana. Aku pun hanya menggaruk kepalaku yang tidak gatal karena merasa heran. Namun, aku berusaha kembali fokus dengan tujuanku datang ke sini, bukan untuk memikirkan masalah orang lain.
Aku pun yang merasa yakin segera masuk ke dalam ruangan Pak Felix. Kulihat ke arah sekeliling ruangan dan aku langsung mendapati sosok Pak Felix yag sedang duduk di sofa dengan pakaian khas olahraganya. Terlihat dia seperti sedang merapihkan pakaiannya lalu dengan gerakan tangannya mengisyaratkan aku untuk duduk di hadapannya.
"Julian, kamu tadi yang tidak masuk di pelajaran Bapak, benar?" kata Pak Felix dengan wajah datar.
"Benar Pak, tadi saya merasa tidak enak badan dan pusing saat jam istirahat, jadi saya memutuskan istirahat sebentar di ruang UKS, tapi maaf saya malah ketiduran tadi Pak."
"Hmm, jadi begitu ya. Baiklah, kali ini kamu Bapak anggap izin karena sakit, tapi lain kali kalau kamu sakit, sebelum pergi ke UKS kamu harus izin ke Bapak lebih dulu. Kalau tidak, kamu Bapak anggap bolos, mengerti?"
"Siap Pak, terimakasih," kataku dengan ekspresi wajah yang sangat bahagia.
Bel istirahat pun berbunyi. Pak Felix pun bangkit dari tempat dudukny dan berjalan menuju meja kerjanya. Dia memasukan buku-buku dan peralatan ke dalam tas kerja miliknya yang berwarna hitam. Merasa bahwa Pak Felix ini sepertinya sedang bersiap pulang, aku pun memberanikan diri untuk bertanya mengenai nasib nilai olahraga yang tidak aku ikuti hari ini.
"Maaf Pak Felix, sebenarnya saya mau bertanya satu hal lagi."
"Oh, kamu masih di sini Julian?" Pak Felix berbalik dan mentapku dengan sedikit terkejut. Dia pun membawa tasnya dan kembali berjan mendekatiku dan duduk di sofanya seperti sebelumnya.
"Oke, mau tanya apa?"
"Begini Pak, saya tadi dapat informasi dari Angga dan Oliver kalau ada pengambilan nilai lompat jauh dan saya tidak mengikutinya. Maaf Pak, apakah saya bisa ikut penilaian susulan dengan kelas lain ya Pak?"
"Wah kalau itu Bapak tidak bisa memberikan kelonggaran ya Julian. Soalnya Bapak harus bersikap adil dengan yang lainnya. Bapak hanya bisa sebatas bantu kamu dengan mengubah ketidak hadiran kamu dengan keterangan izin."
"Saya mohon Pak, beri saya kesempatan sekali ini saja Pak. Nilai ini sangat penting buat saya. Bapak kan tahu saya selama ini selalu tertahan di posisi juara umum dua, saya mengejar posisi satu Pak. Saya mohon sekali lagi Pak, saya janji tidak akan mengulanginya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔
Teen Fiction[BOYXBOY] [MANXMAN] [MATURE] [BL] [18+] Setelah meninggalnya kedua orang tuaku dan berakhir diadopsi oleh keluarga Handoko, kehidupanku dan Rama menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Semua yang kita ingin dengan mudah didapatkan. Keluarga i...