Kisah Julian : Keluarga Handoko [Part 15]

3.4K 138 0
                                    

Aku dengan penuh keraguan berjalan mendekat ke arah Pak Felix, kemudian mengambil posisi duduk di sampingnya. Sangat canggung, bayangkan saja pria yang sejatinya seumuran Om Nathan ini tengah bertelanjang bulat di sampingku. Meskipun seharusnya melihat tubuh milik sesama pria itu normal, tapi kini berbeda karena aku sudah mulai memiliki sedikit ketertarikan dengan sesama jenis.

Aku masih terdiam karena tidak tau harus mulai dari mana, walaupun aku tahu Pak Felix menyuruhku untuk melakukan hubungan intim dengannya, persis seperti apa yang dilakukan Erik dengan Pak Bram. Hanya saja kondisi di sini sedikit berbeda karena yang sedang di sampingku ini Pak Felix, guru maskulin yang dirumorkan sering gonta ganti pacar dan terkenal playboy. Pikirkan saja, mana mungkin guru sepertinya akan menjadi seorang yang dilecehkan seperti Pak Bram?

Setelah aku memikirkannya, aku menjadi semakin merinding begitu melihat kembali ke arah batang kejantanan milik Pa Felix yang kini telah menegang sepenuhnya. Itu bahkan dilihat dari dekat menjadi lebih besar daripada milik Oliver! Panjang, tebal, dan gelap. Benar-benar tidak masuk akal jika benda itu bisa masuk ke dalam lubang dubur laki-laki. Betapa sakitnya itu? Atau, seberapa nikmatnya itu? Kalau dipikir-pikir lagi, melihat Pak Bram yang terus mengerang keenakan saat digenjot Erik, apa memang benar senikmat itu ditusuk?

Saat aku diam sambil melamun, Pak Felix yang sudah tak sabaran mulai meraih kancing bajuku dan mulai melepaskannya. Di samping itu dengan liar dia mengecup dan menjilat-jilat leherku. Aku pun merasa kewalahan karena jelas kaget dengan serangan itu. Baru kali ini aku diperlakukan seperti ini, sensasi ini membakar nafsuku sampai klimaks. Bahkan saat Pak Felix menuntun tanganku untuk menggenggam penis miliknya aku turuti tanpa berkomentar. Saat ini aku hanya bisa menutup mata sambil menikmati sensasi aneh yang baru kali ini kurasakan, kecupan demi kecupan, jilatan, dan gigitan kecil.

Pak Felix sangat lihai membuatku terangsang hebat! Kini bahkan si joni milikku juga mulai terbangun. Pak Felix yang menyadari tonjolan di celanaku pun jadi tahu kalau aku terangsang akibat permainannya. Dia pun tertawa puas dan itu tentu daja membuatku malu.

Pak Felix tidak tinggal diam. Setelah melepaskan baju seragamku, dia pun berhenti sesaat untuk melepaskan celana dan bokser milikku. Pemandangan ini benar-benar sangat membuatku bergairah, entah mengapa aku merasakan senang diperlakukan layaknya ayah yang perhatian dengan anaknya.

"Kenapa? Kok ngeliatin Bapaknya sampai segitunya?" tanya Pak Felix diselingi dengan candaan kecil.

Aku yang salah tingkah hanya bisa menahan malu dan membuang muka.

"Punyamu gede juga loh ini." Pak Felix menggenggam penis milikku yang masih dalam kondisi setengah menegang. Aku yang penasaran pun melihat apa yang sedang dilakukan Pak Bram di bawah sana. Kini aku dapat melihat jelas Pak Felix yang tengah berada  di sela selangkanganku. Dia bersujud di lantai dan mulai mengocok batang kejantananku dengan tangan kanannya. Benar-benar tidak disangka-sangka, guruku itu bersedia melakukan hal seperti itu padaku. Dia sangat handal mencuri perhatianku dan membuatku jatuh hati dengan perlakuannya yang sangat gentle.

Kini dia mulai mengulum senjata pamungkasku yang sudah menegang sepenuhnya itu , hingga membuatku merasa geli dan mengerang keenakan. Hal itu lagi-lagi membuat Pak Felix menertawakan aku dan kemudian memasang wajah girang. Dia semakin bersemangat mengulum batangku itu dan sesekali lidahnya menari-nari diujung tiang. Sensasi amat nikmat tak tertahankan ini membuatku merasakan suatu lonjakan dari dalam, aku sepertinya akan menembakan spermaku jika Pak Felix terus mengulum palkonku seperti ini.

Aku pun tanpa sadar menjambak rambut guruku itu dan menariknya ke belakang. Pa Felix pun terkejut dengan tingkahku barusan, begitu juga dengan aku yang kaget dengan diriku sendiri.

"Maaf Pak, saya takut keluar," kataku dengan sangat panik. Setelah melakukan hal gila itu, aku hanya bisa menunduk karena malu dan sekaligus takut.

Namun, di saat aku berpikir Pak Felix akan marah dan tersinggung, aku malah mendengar dia tertawa lagi dan lagi. Aku sontak kembali membuka mata dan melihat Pak Felix yang sedang tertawa bahagia di bawah sana.

"Saya pikir kamu bakal merasa risih dan takut sama saya, tapi ternyata kamu cukup menikmatinya. Bahkan kamu sampai berani menjambak rambut saya?"

"Maaf Pak, saya tidak sengaja."

"Baiklah, kalau gitu Bapak akan kasih kamu hukuman yg setimpal!" kata Pak Felix dengan wajah penuh menggoda.

Guruku itu pun bangkit dan langsung menerjang aku deng ganas. Badanku langsung tertarik ke samping dan kini terlentang di atas sofa. Di sisi lain, Pak Feli, berada tepat di atasku mulai kembali melumat habis tubuhku. Tubuhnya pun mulai menempel dengan tubuhku, terutama pentungan jumbo miliknya itu sudah bisa aku rasakan terhimpit di antara perutku dan perut Pak Felix, bersebelahan dengan batang milikku.

Posisi ini sungguh tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Sangat erotis dan membuatku begitu terangsang hebat. Benar-benar tidak pernah ada di pikiranku sampai ada di posisi tengah bermain pedang-pedangan seperti ini. Sungguh gila, kini aku yakin sudah sepenuhnya menjadi penyuka sesama jenis. Pasalnya, hanya dengan mendengar deru napas Pak Felix saja aku sangat terangsang. Kini dia tampak sangat gagah dan begitu mempesona.

Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang