Kisah Julian : Keluarga Handoko [Part 21]

3.1K 130 0
                                    

Tanpa pikir panjang lagi, Om Keenan pun berhenti memainkan puting dadaku dan perlahan dia pun mulai turun dari kasur. Selanjutnya, dia memposisikan kepalanya berada di antara selangkanganku. Kini wajahnya berhadapan langsung dengan lubang duburku itu. Merasa penasaran dengan apa yang terjadi aku pun mengangkat sedikit kepalaku untuk melihat.

Om Keenan membasahi tangannya dengan air liurnya, kemudian jemarinya pun mulai meraba di sekitar lubang duburku. Sontak aku merasa geli karena sentuhan tangannya. Tanpa sadar aku pun mengejan beberapa kali, sehingga membuat lubang anusku itu berkedut-kedut.

"Tahan ya, Sayang. Jangan dilawan, diterima aja biar cepet kerasa enaknya," kata Om Keenan sebelum pada akhirnya dia menusukkan jari tengahnya ke dalam lubang pantatku.

Meskipun sudah mendapat arahan darinya, tentu saja aku yang baru pertama kali ini merasakan ada benda asing yang masuk ke dalam duburku, tanpa sadar mengejan. Jari tengah Om Keenan pun terjepit di dalam pantatku.

"Rileks, Sayang."

Aku tersipu malu mendengar kata-kata lembut yang diucapkan Om Keenan barusan. Dia sangat pintar membuatku terangsang berat. Aku pun mencoba untuk rileks seperti yang diminta, aku melemaskan lubang dan prostat pantatku sehingga jari tengah milik Om Keenan dengan mudah amblas masuk sepenuhnya. Dia pun mulai memaju mundurkan jarinya dengan intens. Tahapan demi tahapan, sampai kini keempat jarinya masuk ke dalam pantatku dan hanya menyisakan jari jempolnya.

Aku terus mengerang kesakitan karena sakit yang begitu terasa menjalar dari lubang anusku. Sekuat tenaga aku menahan rasa sakit itu dan tetap melonggarkan lubang pantatku seperti yang terus Om Keenan ingatkan. Sekitar lima menit dia memainkan keempat jarinya di dalam rektum milikku, rasa aneh dan menggelitik mulai aku rasakan. Hal itu membuatku menjadi semakin menggeliat dan mendesah tidak karuan. Rasa sakit yang aku rasakan di awal kini bercampur dengan rasa geli dan juga nikmat. Ini sangatlah aneh, aku tidak pernah berpikir memasukan jari ke dalam pantat seperti ini bisa membangkitkan rasa nikmat tiada tara.

"Udah mulai enak kan?" kata Om Keenan sembari tertawa kecil kepadaku.

Setelah mengatakan pertanyaan menggoda itu, dia pun mencabut keempat jarinya dari dalam pantatku. Sontak saja aku yang berada di tengah kenikmatan menjadi merasa kehilangan.

Om Keenan yang menyadari perubahan pada ekspresiku pun melemparkan tatapan nakal. Setelahnya, dia bangkit dari posisinya dan langsung mengangkat kedua kakiku ke atas hingga bersandar pada pundaknya. Kemudian, tanpa berkata apapun dia langsung memasukan senjata pamungkasnya itu masuk ke dalam lubang anusku secara perlahan. Namun, karena memang lubangnya sudah cukup longgar, penis miliknya pun dengan mudah masuk dan membobol pantatku sampai mentok ke dalam.

"Argh... enak banget pantatmu, Julian." Om Keenan melenguh keenakan dengan ekspresinya yang begitu menggairahkan.

Setelah itu, dia pun mulai memaju mundurkan pinggulnya, sehingga tercipta gesekan demi gesekan yang ditimbulkan penisnya terhadap dinding rektumku.

Bersama-sama aku dan Om Keenan mendesah seperti orang kesetanan. Aku sama sekali sudah tidak bisa mengendalikan diri dan berubah seperti maniak seks yang tergila-gila dengan sodokan yang diberikan Om Keenan.

Terpicu semangat dariku, Om Keenan pun berinisiatif berganti posisi. Dia mengangkat tubuhku dengan posisi penis miliknya masih tertancap di dalam pantatku. Layaknya anak kecil yang digendong papanya, aku merangkul Om Keenan dengan erat.

"Uh... ahh... enak kan, Sayang?"

Om Keenan membisikan pertanyaan yang menggoda tepat di telingaku. Aku pun menjawabnya denhan mengangguk sembari mendesah tak karuan. Om Keenan terus mengguncangkan tubuhku naik dan turun. Suara 'cplak cpluk' mulai terdengar di setiap hentakan pinggulnya terhadap kedua bongkahan pantatku.

Aku terus melenguh dan mengerang kenikmatan tanpa memperdulikan lagi harga diriku di hadapan yang lainnya. Bahkan aku tidak peduli lagi dengan fakta adanya Om Nathan di dalam ruangan yang sama denganku itu, dia sedang apa sekarang pun aku tidak tahu. Fokusku sekarang hanya tertuju pada Om Keenan seorang. Om Keenan yang sangat gagah dan seksi ini mampu membuatku melayang karena merasakan nikmat tiada tara, sampai-sampai aku lupa akan daratan.

"Ahhh... sshhh... uuh... pantatmu sempit banget Sayang!"

"ah... ah... ah..."

Sekitar sepuluh menit Om Keenan tanpa henti membobol pantatku dengan intens. Dia pun terlihat melenguh kencang sampai akhirnya mengerang hebat dan menarik tubuhku turun ke bawah hingga penisnya tertancap sepenuhnya di dalam pantatku.

"Ahhhh... ssshhh... oouuhh... Om keluarin di dalam yah, Sayang."

Crot, crot, crot.

Tembakan sperma sebanyak delapan kali pun aku rasakan di dalam rektum pantatku. Rasa panas dan penuh pun aku rasakan akibat lahar putih yang ditembakkan senjata pamungkas milik Om Keenan.

Setelah itu, Om Keenan menciumiku dengan ganas sembari merebahkan kembali tubuhku di atas kasur. Kini, dia meniban tubuhku sehingga tubuh kita berdua seakan menyatu. Penisnya yang masih tertanam di dalam pantatku pun perlahan mulai menyusut dan berakhir keluar dengan sendirinya.

Om Keenan menatap mataku dengan diikuti senyuman penuh kebahagiaan. Aku pun membalas tatapannya itu dengan nafas yang masih memburu.

"Makasih ya Sayang. Om sangat menikmati permainan barusan. Kamu benar-benar pintar sekali membuat Om jatuh hati."

Om Keenan kemudian ambruk dan terbaring tepat di sebelahku.

Di sisi lain, aku yang masih berada di ambang kenikmatan merasa sedikit kecewa karena Om Keenan sudah selesai dengan klimaksnya. Aku pun yang sudah mabuk kepayang memilih untuk mengocok batang penisku sendiri untuk menuntaskan rasa frustasiku ini. Namun, saat aku sedang asyik-asyiknya mengocok batang penisku ini, seseorang tiba-tiba saja muncul dan menghentikan gerakan tanganku itu.

"Biar Om bantu."

Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang