Bab 6 - Menjadi Suami Istri

22.6K 1.7K 65
                                    

Adegannya di Skip yaakkk hahahhahaha maap wkwkwkkwkwkw


Bab 6 – Menjadi Suami istri

***

Melisa masih meringkuk sembari mencengkeram erat selimut tebal yang menyelimuti tubuh telanjangnya. Dia baru saja menjalankan kewajiban pertamanya sebagai seorang istri.

Ya, seolah tak ingin menunggu lagi, Satria benar-benar melakukan hubungan suai istri saat itu juga. Dan kini, ketika pria itu selesai mencurahkan hasratnya, pria itu pergi entah kemana, meninggalkan Melisa yang masih tidur meringkuk sendirian.

Air mata Melisa menetes dengan sendirinya. Memang, hal ini bukanlah dosa. Dia melakukan hubungan suami istri dengan pria yang sudah menikahinya. Hanya saja, yang disesalkan Melisa adalah, kenapa harus Satria? Kenapa situasinya seperti ini? Kenapa dia tak dapat menolak apa yang akan dilakukan pria itu padanya? Kenapa dia begitu lemah?

Melisa mulai terisak, pada saat itu, dia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.

"Kamu nggak bangun?" suara Satria memecah keheningan. Sedangkan Melisa tidak menanggapi. Dia malah mengeratkan serimut yang menutupi tubuhnya.

Melisa merasakan ranjang di belakangnya melesak, tanda bahwa Satria kini sedang duduk di sana. Apa yang akan pria itu lakukan?

"Rupanya, kamu masih perawan," gumam Satria yang tampaknya masih enggan meninggalkan Melisa sendiri. "Tapi hal itu tidak membuat pandanganku berubah atas dirimu. Bisa saja, sebelumnya kamu sudah melakukan rekontruksi pada bagian intim tubuhmu."

"Apa yang kamu mau? Bukankah kamu sudah melakukan apa yang kamu inginkan?"

"Ya. Memang sudah." Satria tidak mengelak. "Tapi itu tak cukup." Lanjutnya lagi.

"Lalu aku harus apa?" tanya Melisa kemudian. Sungguh, dia lelah. Dia hanya ingin istirahat sebentar dan merenungi nasibnya.

Sebenarnya, tadi Satria tak memperlakukannya dengan buruk. Apalagi ketika Satria tahu bahwa Melisa masih perawan. Hanya saja, Melisa masih merasa tidak nyaman. Ditambah lagi, pandangan Satria atas diri Melisa masih belum berubah. Pria itu masih melihatnya sebagai seorang perempuan murahan yang mata duitan.

Melisa lelah, dia hanya ingin ditinggalkan sendirian kemudian menangis sepuasnya sebelum melanjutkan hidupnya sebagai seorang istri dari pria bernama Satria Adiraja. Melisa hanya ingin diberi waktu...

"Bangun. Karena ada yang harus kita bicarakan," ucap Satria dengan nada dingin.

Melisa akhirnya bangkit. Dia membalut tubuh telanjangnya dengan selimut, memunguti pakaiannya, kemudian berjalan menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri tanpa sedikitpun mempedulikan keberadaan Satria yang ada di sana.

Satria yang melihatnya hanya bisa tersenyum puas. Setidaknya, dia sudah mencurahkan hasratnya, setidaknya, Melisa sudah memuaskannya, dan perempuan itu adalah perempuan penurut seperti seekor kucing kecil. Satria tak sabar bahwa nanti dia akan melakukannya lagi. Sialan! Apa yang sudah dia pikirkan?

****

Cukup lama Satria menunggu Melisa keluar dari kamar mandinya. Satria bahkan sudah duduk santai di sebuah sofa untuk menunggu Melisa. Di hadapannya terdapat beberapa berkas yang akan dia bahas dengan Melisa.

Tak lama kemudian, Melisa akhirnya keluar dari dalam kamarnya. Perempuan itu sudah tampak segar karena baru selesai membersihkan diri. Namun terlihat jelas ekspresi wajahnya yang tampak sendu, seolah-olah perempuan itu sedang berduka.

Berduka atas apa? Bukankah Melisa seharusnya senang karena sudah menikah dengannya?

"Duduklah," perintah Saria dengan nada dingin.

Bayi untuk Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang