Bab 55 - PULANG

11.5K 1.4K 214
                                    

Bab 55 – Pulang



Sejak malam mereka tidur bersama di ranjang rumah sakit, kedekatan yang terjadi diantara Melisa dan Satria menjadi semakin intim. Satria setia menemani Melisa, membantu Melisa melakukan apapun, memandikan Melisa, mengeringkan rambutnya, menggendong Melisa kemanapun jika perempuan itu ingin meninggalkan ranjangnya, dan juga menuruti apapun yang diinginkan Melisa.

Ketika malam tiba, Satria akan tidur berdesakan dengan Melisa di ranjang rumah sakit, dan sudah seperti sebuah ritual, Satria akan mengusap-usap perut Melisa hingga Melisa tertidur lelap.

Hal tersebut berlangsung, hingga kini, dua minggu lamanya Melisa berada di rumah sakit. Sebenarnya, Melisa sudah boleh pulang sejak minggu pertama, tapi karena Satria ingin Melisa menyelesaikan masa bedrest-nya tanpa gangguan apapun, maka Satria memutuskan agar Melisa tetap dirawat di rumah sakit sampai hari ini.

Kini, tiba waktunya Melisa akan pulang, namun sebelum itu, akan ada satu pemeriksaan lagi yang akan dijalani Melisa sebelum dia dinyatakan benar-benar boleh pulang.

Satria kini menemani Melisa, menuju ke ruang dokter dan akan dilakukan USG di sana. Ekspresi Satria sejak tadi sudah tegang, dia bahkan tidak bisa menyunggingkan sedikitpun senyumannya, karena Satria tahu bahwa saat ini dia sedang berada diantara hidup dan matinya.

Berbeda dengan Satria yang sudah mengetahui konsekuensi apa yang akan dilakukan oleh Melisa jika kondisi bayinya kali ini dinyatakan tak baik, Melisa belum mengetahui hal itu. Jadi, Melisa masih tampak tenang, dan berpikir positif bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Menurut Satria, kondisi Melisa memang sudah sangat baik. Setiap malam, Satria merasakan bayinya aktif bergerak. Meski begitu, Satria masih belum tenang sebelum pemeriksaan kali ini selesai dengan hasil yang dia harapkan.

Sialan! Satria tak pernah setakut ini sebelumnya.

"Ada masalah?" tanya Melisa pada Satria, ketika keduanya sudah berada di ruangan USG.

"Enggak. Kenapa?" Satria bertanya balik.

"Sejak pagi tadi, kamu terlihat tegang."

"Ya, soalnya, kan kamu mau diperiksa."

"Sebelum-sebelumnya juga diperiksa, tapi kamu nggak setegang ini," ucap Melisa kemudian.

Satria akan membuka suaranya, namun tidak jadi karena dokter sudah lebih dulu masuk dan memulai pemeriksaan.

Detik demi detik terasa mencekam untuk Satria. Dia takut ketika tiba-tiba dokter menyatakan bahwa kehamilan Melisa tidak bisa dilanjutkan lagi. Dua minggu ini, Satria sudah merasa sangat nyaman, setiap hari tidur memeluk Melisa, dan mengusap-usap lembut perut perempuan itu. Satria sudah seperti memiliki keluarga kecil yang kini sedang bergantung dengannya. Jadi, Satria tidak siap jika kali ini dokter menyatakan bahwa bayi-bayinya harus ditiadakan.

Dokter masih saja menjelaskan keadaan bayi-bayi Melisa, namun Satria tidak fokus. Dia hanya fokus dengan rasa takutnya, dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi setelah ini. Kemudian, suara detak jantung menggema di dalam ruangan tersebut, membuat Satria sadar dari kegalauannya.

"Bisa di dengar? Detak jantungnya lebih kuat dari sebelumnya," ucap dokter menjelaskan.

"Jadi, apa kehamilan ini bisa dilanjutkan?" tanya Satria dengan spontan. Dia sudah tak sanggup menunggu keputusan dari dokter.

"Apa maksud dari pertanyaan kamu?" tanya Melisa kemudian.

Satria menatap Melisa, dia tidak tahu harus menjawab apa, karena kini, dia sedang membutuhkan jawaban dari dokter di hadapannya itu.

Bayi untuk Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang