Bab 40 – Mengantar Kerja
Pagi itu, Melisa sibuk menyiapkan sarapan. Dia membuat nasi goreng sosis, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk Satria yang semalam menginap di rumah kontrakannya ini. Pria itu benar-benar suka melakukan apapun yang dia inginkan. Kadang, Melisa kesal dengan dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa menolak permintaan Satria?
Ketika Melisa masih menyibukkan diri dengan masakannya, Satria keluar dari kamar Melisa dalam keadaan yang sudah segar. Pria itu tampak baru selesai mandi, karena terlihat jelas rambutnya yang masih basah.
Satria melangkahkan kakinya mendekat ke arah Melisa. Dia mengamati apa yang kini sedang dilakukan oleh Melisa. Perempuan itu sedang membuat nasi goreng, Satria hanya mengamatinya saja dari posisi tak jauh dari Melisa.
"Lagi buat apa?" pertanyaan Satria membuat Melisa terkejut dan dengan spontan menolehkan kepalanya ke arah Satria.
"Uumm, ini. Nasi goreng. Kamu mau, 'kan?" tanya Melisa kemudian yang kembali fokus dengan masakannya.
"Buat aja, nanti juga kumakan," Satria menjawab dengan singkat.
Melisa hanya menganguk, dia masih fokus dengan masakannya ketika tiba-tiba Satria membuka suaranya lagi, "Tidak ada air hangat ya, di kamar mandi?" tanya Satria kemudian.
"Ya nggak ada," jawab Melisa seadanya.
"Nggak ada AC juga." Satria membuka suaranya lagi.
"Aku cukup senang hidup seperti ini, bagiku semua ini sudah cukup," Melisa menjawab tanpa menghiraukan Satria.
"Tapi aku tidak bisa," Satria menanggapi ucapan Melisa dengan cepat. Melisa menatap Satria seketika.
"Kamu kan nggak tinggal di sini, maksudku..." Melisa menggantung kalimatnya.
"Memang, aku tidak mungkin mau tinggal di gubuk reot ini. Tapi aku akan sering-sering menginap di sini." Satria menjawab dengan nada santai. Melisa ternganga dibuatnya, sedangkan Satria memilih meninggalkan Melisa menuju ke meja makan dan duduk di sana. Setidaknya, Satria puas sudah melihat ekspresi terkejut dari Melisa. Melisa harus tahu, bahwa sekuat apapun perempuan itu berusaha, perempuan itu tidak akan bisa lepas dari Satria jika bukan Satria sendiri yang membuangnya.
****
Melisa masih tidak percaya karena saat ini Satria bersikeras mengantarnya hingga ke tempat kerjanya. Tadi, setelah sarapan bersama, Melisa mengira bahwa Satria akan segera pergi. Namun ternyata, pria itu mengatakan bahwa dia akan mengantarkan Melisa sampai di tempat kerjanya. Hingga kini, Melisa berada di dalam mobil Satria dengan pria itu yang fokus pada jalanan di hadapannya.
Melisa tidak tahu, apa yang terjadi dengan Satria. Pria ini dulunya tak peduli sama sekali dengan Melisa. Satria cukup menuntut haknya, meniduri Melisa, setelah itu pria itu tak pernah mau tahu tentang keadaan Melisa ataupun kesusahan yang sedang dialami Melisa. Namun kini lihat, Satria seolah-olah berubah menjadi lebih perhatian dengan Melisa. Apa yang sedang direncanakan pria itu? apa tujuannya?
Akhirnya, Satria menghentikan mobilnya di halaman kafe milik Raymond. Melisa mengamati kafe tersebut, sudah buka namun masih sepi pengunjung. Biasanya, Melisa memang berangkat sebelum kafe buka, namun kali ini karena ada Satria, maka Melisa berangkat lebih telat dari sebelumnya.
Melisa melihat ke dalam kafe, tampak beberapa teman kerjanya mengamati mobil Satria. Melisa jadi bingung harus menjelaskan seperti apa pada teman-teman kerjanya jika mereka melihat Melisa keluar dari mobil Satria. Bagaimana pun juga, mereka hanya tahu bahwa Melisa adalah seorang perempuan single yang sudah hamil. Mereka tidak pernah bertanya ikut campur atau sekedar bertanya dimana suami Melisa. Kalaupun Melisa mengatakan yang sejujurnya tentang siapa suami Melisa, mereka pasti tak akan percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi untuk Sang CEO
RomanceDemi wasiat dari ayahnya, Satria Adiraja harus menikah dan memiliki anak dari seorang perempuan miskin yang bernama Melisa Amelia yang merupakan sekretaris pribadi ayahnya itu. Bukan tanpa alasan, selain karena wasiat tersebut, Satria mau tak mau ha...