Satria melepaskan cumbuannya, lalu mundur menjauhi Melisa dengan spontan. Membuat Melisa menatap Satria dengan penuh tanya. Padahal, tadi Melisa merasakan bagaimana Satria begitu menuntutnya. Kenapa sekarang pria itu berhenti?
Satria menggelengkan kepalanya "Kamu harus tidur, Mel!" ucap Satria dengan tegas.
Melisa tampak sedih, dia kembali merapikan kimononya, kemudian tanpa banyak bicara, Melisa pergi keluar dari dalam kamar mandi melewati Satria begitu saja. Melisa menuju ke arah ranjannya, dia membaringkan tubuhnya di saja, meringkuk di ujung ranjang memeluk tubuhnya sendiri.
Kenapa Satria menolaknya? Apa pria itu sudah bosan padanya? Apa Satria sudah tidak menginginkannya lagi?
Di dalam kamar mandi, Satria mengumpat kesal pada dirinya sendiri. Hampir saja dia luluh dengan godaan Melisa. Sial! Bukannya Satria tak ingin melakukannya, Demi Tuhan! Satria sangat menginginkan Melisa hingga nyaris gila. Tapi, Satria mencoba menahan godaan tersebut, karena Satria ingin Melisa dan bayinya benar-benar pulih.
Memang, Dokter sudah memperbolehkan mereka melakukan hubungan suami istri, namun entah kenapa Satria masih belum berani melakukannya. Dia melihat Melisa terlalu rapuh, Melisa terlalu lemah, dan Satria takut membayangkan kejadian di pagi itu terulang lagi, saat dia melihat Melisa tak sadarkan diri di dalam kamar mandi dengan darah diantara kakinya. Satria tidak bisa membayangkannya, Satria tidak mau hal itu terjadi lagi. Karena itulah, yang bisa Satria lakukan hanyalah menahan godaan yang sedang diberikan oleh Melisa. Ya, semua ini demi Melisa, dan juga demi bayi-bayinya. Satria akan berusaha menahannya sekuat yang dia bisa...
***************
Bab 57 – Akhirnya Tergoda
Setelah mandi dan meredakan gairahnya yang bergejolak dan nyaris tak terkendali, Satria akhirnya keluar dari dalam kamar mandi dengan keadaan segar dan sudah tidak tegang lagi. Dia melirik ke arah ranjangnya, Melisa tampak tidur meringkuk membelakanginya di ujung ranjangnya.
Satria menghela napas panjang. Apa Melisa sedang merajuk? Pada akhirnya, Satria menuju ke ranjangnya, duduk di pinggiran ranjang, lalu tak lama dia memutuskan membaringkan diri di sana dengan posisi menatap punggung Melisa.
Satria tahu bahwa Melisa belum tidur. Perempuan itu pasti sedang sedih karena penolakannya. Karena itulah, saat ini Satria berusaha untuk menjelaskan pada Melisa bahwa sama sekali bukan niatnya untuk menolak Melisa.
Sial! Tak pernah Satria sepertiini sebelumnya, merasa serba salah, bahkan peduli dengan perempuan yang merajuk dengannya. Selama ini, bahkan hampir seumur hidupnya, Satria tidak pernah peduli dengan perasaan orang. Satria bukan orang yang romantis, dan pria itu cenderung tidak peduli dengan perasaan pasangannya. Namun kini, Satria seolah-olah dibuat sangat peduli dengan Melisa. Satria tak bisa mengabaikan Melisa barang sedikitpun.
"Aku tahu kamu belum tidur," akhirnya, Satria membuka suaranya. Namun sayangnya, tak ada balasan dari Melisa.
"Kamu tahu, bukan niatku untuk menolakmu. Kamu bisa merasakannya juga kalau aku juga sedang ingin menyentuh kamu. Tapi saat ini, aku sedang belajar mengendalikan diri," jelas Satria panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi untuk Sang CEO
RomanceDemi wasiat dari ayahnya, Satria Adiraja harus menikah dan memiliki anak dari seorang perempuan miskin yang bernama Melisa Amelia yang merupakan sekretaris pribadi ayahnya itu. Bukan tanpa alasan, selain karena wasiat tersebut, Satria mau tak mau ha...