Ketika dua pelayan itu pergi, Melisa mengira bahwa Satria akan kembali menyemburnya dengan kata-kata pedasnya. Namun rupanya, pria itu tidak melakukannya.
"Sekarang, cepat makan. Aku tahu kamu lapar," perintah Satria kemudian. Melisa tidak bisa menolaknya, lagi pula, dia memang lapar, karena itulah Melisa memutuskan untuk mulai menyantap hidangan di hadapannya.
Satria sendiri hanya mengamati saja. Sesekali Satria menghela napas panjang. Sialan! Dia ingin murka, tapi dia sudah tidak bisa melampiaskan kemurkaannya pada Melisa lagi seperti dulu. Bukan karena Satria takut, atau Satria tak berani melakukannya. Namun, Satria kini memang berada pada titik tak bisa lagi menunjukkan kemarahannya pada Melisa. Melihat Melisa membuat Satria luluh seketika, hingga ketika dia kesal dengan perempuan itu, yang bisa Satria lakukan hanyalah merutuki dirinya sendiri karena lemah dan luluh begitu saja dengan sosok perempuan ini.
Sialan! Apa yang sudah terjadi dengan dirinya?
**************
Bab 61 – Tidak adil
Melisa dan Satria akhirnya pulang bersama setelah mereka selesai makan malam. Di rumah, keduanya sudah ditunggu oleh Naya dan ibunya. Naya dan ibunya tampak khawatir dengan keadaan Melisa. Takut, kalau-kalau Satria bersikap buruk dengan Melisa. Karena itu, ketika keduanya melihat Melisa pulang dalam keadaan baik-baik saja, mereka menghela napas lega. Bahkan Naya segera menghambur memeluk tubuh Melisa karena rasa khawatirnya.
Naya melihat dengan jelas bagaimana ekspresi kelam Satria ketika di bioskop tadi. Bahka oler-orang yang tadinya sempat menggerutu karena film dijeda, berubah menjadi hening ketika melihat bagaimana ekspresi wajah Satria saat menghampiri Melisa.
"Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Naya dengan penuh kekhawatiran.
"Enggak. Aku nggak apa-apa."
"Kenapa baru pulang?" tanya Naya kemudian.
"Itu, tadi Kakak kamu ngajak makan malam dulu. Maaf, kalau buat kamu dan ibu khawatir," ucap Melisa penuh sesal.
"Nggak apa-apa, Nak! Ayo sekarang masuk, sudah malam," ucap Rina kemudian.
"Ini adalah yang terakhir kalinya kalian mengabaikan perintahku." Perkataan Satria yang tiba-tiba itu membuat ketiga perempuan di hadapannya itu menatap ke arah Satria seketika. "Saat aku bilang Melisa tidak boleh keluar dari rumah ini tanpa aku, maka tidak ada yang boleh melanggarnya. Bahkan Tante Rina tidak memiliki hak untuk mengizinkan Melisa keluar."
"Kamu nggak adil, Satria." Rina akhirnya membuka suaranya.
Satria mengabaikan ucapan ibu sambungnya tersebut. "Kalau ada yang berani melanggar lagi, aku memutuskan bahwa Melisa akan meninggalkan rumah ini dan tinggal jauh dari kalian berdua."
"Kakak! Itu nggak adil!" kali ini Naya memrotes.
Satria menatap Naya dan melemparkan tatapan mata tajamnya pada adiknya itu, "Tidak ada yang boleh mengganggu gugat keputusanku. Termasuk kamu," ucap Satria pada Naya, "Atau Tante." Lanjut Satria lagi yang kali ini sudah menatap Rina dengan tatapan mata tajamnya. Setelah itu, Satria memilih pergi begitu saja menuju ke arah kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi untuk Sang CEO
RomanceDemi wasiat dari ayahnya, Satria Adiraja harus menikah dan memiliki anak dari seorang perempuan miskin yang bernama Melisa Amelia yang merupakan sekretaris pribadi ayahnya itu. Bukan tanpa alasan, selain karena wasiat tersebut, Satria mau tak mau ha...