Prolog

729 38 2
                                    

21 Mei 2016

Siang itu sinar matahari begitu menyorot langsung ke atas kepala. Suhu bumi Bandung naik beberapa derajat, tanda jika musim panas akan dimulai setelah beberapa bulan hujan turun.

Namun panas terik itu sepertinya tidak mempengaruhi seorang pria berjaket kulit hitam yang duduk di kursi besi trotoar sembari memperhatikan ramainya kendaraan berlalu lalang. Pria yang terlihat seperti kalangan atas itu juga tidak mempedulikan polusi udara yang bisa saja membuatnya sesak nafas mengingat pria itu sepertinya tidak biasa dengan hal yang dilakukannya ini atau bahkan bisa saja membuat jaket kulit hitamnya itu kotor dan bau. Pria itu masih menikmati aktivitasnya memandangi orang-orang yang tengah beraktivitas di sekitarnya.

"Koran, Pak?" tawar seorang anak kecil berpakaian lusuh yang menghampiri pria itu. Di tangan kiri anak itu bertumpuk beberapa koran.

Pria berjaket kulit itu menatap sebentar si anak kecil lantas merogoh saku jaketnya lalu memberi selembar pecahan uang berwarna biru.

"Ambil aja kembaliannya," kata pria itu mendapat balasan terimakasih dari si anak. Pria itu menatap kepergian anak kecil itu yang kembali menawarkan barang dagangannya pada orang-orang, seketika pria itu mengingat anak-anaknya yang ada di rumah.

Pria itu menghela nafasnya panjang, mencoba kembali fokus, sedikit melupakan rasa rindunya untuk anak-anak di rumah. Ia membuka koran yang terlipat itu dan langsung disuguhi headline berita yang menjadi obrolan panas beberapa bulan ini.

DITUDUH SEBAGAI OTAK PEMBUNUHAN BERENCANA DAN KASUS KORUPSI MILYARAN, TERSANGKA A.E DIVONIS HUKUMAN MATI!

Tanpa berniat membaca lebih, pria itu melipat kembali korannya. Ia tercenung lama lalu menghela nafasnya panjang.

"Setidaknya itu yang terbaik bagi mereka," ucap pria itu sambil beranjak dari kursi besi, meninggalkan koran yang baru saja dibelinya di atas kursi begitu saja.

Ia mengeluarkan kacamata hitam di dalam saku jaket kulitnya lalu melangkah pergi dari pinggir jalan panas siang itu. Kembali mencari tempat untuk menenangkan dirinya.

-Sadrela's-

Suara ketukan sepatu hills menimbulkan bunyi di tempat lembab itu mengiringi setiap langkahnya yang segaja dibuat selambat mungkin. Debu kotor dan bau apek menyeruak terhirup rongga hidung membuat sesak pernafasan jika berlama-lama di tempat itu.

Hanya diterangi cahaya bulan yang masuk melalui atap plafon yang sudah roboh, seorang gadis yang tengah bersembunyi dibalik drum-drum yang tidak terpakai itu menutup mulutnya menahan batuk dan menahan rintihan kesakitan agar si pemilik sepatu yang terdengar semakin mendekat tidak menemukannya.

Tetapi, harapan memang hanya sekedar harapan.

Pemilik sepatu itu tersenyum kecut, langkah kakinya terus mendekat pada objek yang bersembunyi. Angin malam yang menerobos masuk kedalam gedung tua itu menerpa wajah pemilik sepatu, menerbangkan rambut hitam sepunggungnya.

Ya, dia seorang perempuan.

"Luka akan dibalas dengan luka. Darah akan dibalas dengan darah. Dan kematian akan dibalas dengan kematian."

Suara gadis berambut sepunggung itu beralun merdu, membuat si gadis yang tengah menutup mulutnya seraya memeluk lututnya di balik drum bekas itu merinding ketakutan.

Sadrela'S || Winter ft JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang