H A P P Y R E A D I N G !
Gerobak cuanki legend buatan Abah yang paling terfavorit di SMA Nusantara sedang di kerubuni para murid Nusantara. Stand itu tidak pernah sepi pembeli karena kenikmatan cuanki ditambah es cendolnya Teh Ida yang segar. Teh Ida itu anak perempuan si Abah cuanki.
Semua murid rela untuk mengantre demi bisa mendapatkan semangkuk cuanki-nya Abah yang rasanya tidak perlu di pertanyakan lagi, atreannya saja begitu panjang. Sudah bisa mendeksripsikan betapa enaknya.
Seperti yang dilakukan Alara beserta Rinai. kedua gadis cantik itu sedang mengantre di stand Abah cuanki, lebih tepatnya mereka baru datang karena malas berdesakan tapi ternyata makin rame saja stand Abah ini.
"Bah, anu Al hela nya, Al tos tipayun kadie." Dengan tidak tau dirinya Alara berteriak di belakang antrean membuat semua orang menatapnya sinis.
"Apaan sih lo, baru juga dateng." Rinai disamping Alara menggerutu. "Bah anu abi hela, abi tos sajam ngantossan." Rinai juga tak kalah ikut berteriak, melebih-lebihkan ucapannya padahal kedua gadis itu baru saja datang.
"Gausah teriak-teriak, Dek, di sini sekolah bukan hutan," ujar Kakak kelas didepan Alara dan Rinai dengan ketus.
"Tau tuh, Liat kan antrean masih panjang, jangan asal nyerobot deh. Budidayakan mengantre!" sahut Kakak kelas yang lain menegur dengan nada sama ketusnya.
Kedua gadis yang mendapat teguran itu hanya nyengir tidak berdosa. Jangan lupakan mereka adalah sejoli yang terkadang urat malunya akan putus tiba-tiba.
Pernah mendengar pernyataan jika bersama sahabat yang satu frekuensi tidak punya urat malu, sepertinya itu terjadi pada Alara dan Rinai. Sebab bagi kedua gadis itu pantang malu sebelum perut kenyang.
"Sabar nya eneng-eneng, Abah cuman punya tangan dua," ucap Abah cuanki.
"Iyah, Bah, sans aja," ujar yang lain di kerumunan stand itu menyahuti.
Alara menggerak-gerakkan sepatu hitamnya, dia menyender pada tembok pembatas stand. Alara memandang sekitar, melihat-lihat penghuni kantin tengah menikmati pesanan mereka. Kantin yang selalu ramai. Sivanya dan Sania sedang membucin pada pujaan hati masing-masing, alhasil Alara hanya berdua dengan Rinai saja. Miris sekali jomlo dan korban virtual ini.
Alara menghela nafas berat, ingatan kemarin malam masih teringat jelas di otaknya. Cacian dan ejekan masih terngiang di telinga. Alara kesal sekali pada Nadza. Lelaki itu mempermalukannya didepan banyak orang dengan kalimat merendahkan. Lihat saja, jika bertemu nanti, Alara akan memberi bogeman mentah pada wajahnya yang sok tampan itu.
"Ra, ikut gue sebentar." Seseorang menarik tangan Alara di kerumunan itu, pula menariknya pada dunia nyata. Mau tidak mau Alara mengikuti lelaki itu dengan setengah bingung.
Begitu sadar siapa yang menarik lengannya. Alara dengan sekuat tenaga menghempaskan cekalan itu. Naas, tenaga lelaki itu lebih kuat di banding tenaganya.
"Lo mau bawa gue kemana sih Ar?" tanya Alara geram.
Ya, lelaki yang menarik tangan Alara itu Arta, pemilik netra hitam yang meneduhkan. Namun memberi ingatan buruk bagi Alara di saat bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadrela'S || Winter ft Jaemin
Teen FictionSeandainya Alara diberi pilihan walau pilihannya antara mati tragis atau hidup tragis. Alara akan dengan yakin memilih mati dengan tragis. Biarlah, setidaknya ia hanya merasakan sakit saat kematiannya saja. Namun, sayangnya Alara harus dihadapkan ta...