H A P P Y R E A D I N G !
Di pagi-pagi mendung seperti ini Alara sudah mendengar rengekan Sania yang sengaja dibuat-buat. Bukan tanpa alasan gadis manis itu merengek, sebab sedari tadi keinginannya tidak dipenuhi Alara.
"Ayolah Al, kali ini aja. Katanya lo dukung gue jalan sama kak Anwar, tapi lo malah kayak gitu." Sania memberengut kesal, permintaannya sama sekali tidak dihiraukan Alara padahal gadis bergingsul itu tadi mendukungnya. Sania menggoyangkan lengan kiri Alara berusaha untuk membujuk.
Alara mengusap keningnya bingung, bukannya dia tidak mendukung Sania, tetapi ini masalah nyawa dan harga dirinya dipertaruhkan.
"Gue gak mau San, males banget harus ketemu cowok kaku kaya dia, apalagi nongkrong bareng." Alara bergidik ngeri membayangkan ucapannya jika benar-benar terjadi.
Ya, 'cowok kaku' yang Alara maksud itu siapa lagi jika bukan Idnan, kakak kelas terjudes sepanjang masa. Baru membayangkannya saja Alara sudah merinding apalagi harus berhadapan langsung?
Kemarin malam gebetan Sania yang tidak lain adalah Anwar mengajak Sania nongkrong bersama dengan teman-temannya. Sania yang menyukai Anwar tentu saja menyetujui tanpa berpikir orang tuanya mengijikan atau tidak, dan Sania memilih jalan pintas yaitu mengajak teman-temannya untuk menemani. Namun, baru saja berucap Sivanya dan Rinai sudah menolak. Alhasil hanya Alara lah jalan satu-satunya walau Alara juga sama menolak.
"Please Al, kapan lagi coba kak Anwar ngajak nongkrong bareng? ini tuh langka banget!" ucap Sania menggebu, bibir gadis itu mencebik memikirkan bagaimana nasibnya, apa dia harus membatalkan janjinya?
Alara meniup poninya seraya menghela nafas, Alara tidak tega sebenarnya pada Sania yang begitu mendambakan si ketua Rohis, tetapi masa ia yang harus jadi tumbal?
"Kenapa gak lo sendiri aja, San? Kan yang pdkt-nya juga elo." Sivanya yang sedari tadi menyimak, membuka suara.
Alara mengangguk setuju pada ucapan Sivanya. "Bener tuh San, ngapain ngajak gue?" tanyanya heran.
"Gak bisa, ortu gue protektif banget. Mereka gak akan ngijinin gue pergi tanpa alasan yang jelas apalagi ini bareng cowok. Terus kalo gue ngajak Rinai, 'kan Rinai mau pacaran virtual, Sivanya juga nanti malem diapelin Fatah, jadi Alara aja yang jomlo," papar Sania membuat Alara mendengkus sembari manautkan alisnya.
"Pelanggaran! Gue ini bukan jomlo Sania, tapi menjauhi adanya fitnah," cetus Alara meluruskan ucapan Sania.
Sania menganggukkan kepalanya cepat. "Iya deh terserah lo, yang penting nanti malem harus siap jam 7, oke." Sania menjawil hidung Alara sembari tersenyum senang. Sementara Alara ditempatnya menganga sambil mengedipkan bola matanya yang langsung diusap Sivanya.
"Gue kok gak enak banget di dengernya yah, pacaran virtual. Duh miris banget asli." Rinai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa janggal akan ucapan Sania barusan namun memang benar itu keadaannya.
"Emang bener 'kan, lo pacaran virtual?" jelas Sania, takut-takut ucapannya salah. Rinai mengangguk kaku, entah kenapa merasa nasibnya mengenaskan sekali.
"Ya lagian lo aneh sih, Nai. Nyari cowok tuh yang real, kayak Fatah keliatan gantengnya. Bukan kayak pacar virtual lo, gimana kalau ternyata dia itu waria?" cibir Sivanya terang-terangan. Sania dan Alara yang mendengar ucapan Sivanya yang blak-blakan menutup mulutnya menahan tawa. Sementara itu Rinai merengut sebal.
Gadis blasteran itu memukul bahu Sivanya pelan. "Lo kalau ngomong gak pernah difilter yah, Nya. Gue jadi ngeri anjir."
"Siapa suruh pacaran virtual."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadrela'S || Winter ft Jaemin
Teen FictionSeandainya Alara diberi pilihan walau pilihannya antara mati tragis atau hidup tragis. Alara akan dengan yakin memilih mati dengan tragis. Biarlah, setidaknya ia hanya merasakan sakit saat kematiannya saja. Namun, sayangnya Alara harus dihadapkan ta...