H A P P Y R E A D I N G!
Sudah beberapa hari ini Nadza tidak bertemu, baik dengan Adira maupun dengan Alara. Pernah bertemu Adira, namun gadis itu malah menghindar.
Hal yang dilakukan Adira makin membuat rasa penasaran Nadza berkobar. Ingin tahu sekali rasanya ada hubungan apa antara Alara, Adira dan Adrian.
Jujur saja, Nadza sempat ingin bertanya pada Adrian. Tetapi Adrian sepertinya juga banyak menghindar, apalagi berada di sekitar Nadza tanpa teman yang lain. Pasti Adrian punya seribu alasan untuk menghindar.
Bukankah itu aneh?
Nadza juga sempat ingin memberi tahu Hirsam, namun urung begitu mengingat akan tanggapan Hirsam jika Nadza penasaran pada privasi orang lain.
Katanya seperti ini, "Biarin lah, semua orang juga punya rahasia dan masalahnya masing-masing. Lo sebagai orang asing gak berhak ngeganggu privasi dia apalagi sampe ikut campur."
Kala itu Nadza bercerita tentang Kanin--gadis yang tidak pernah absen menganggu Hirsam--menangis di belakang sekolah.
Tetapi, Adrian dan Adira bukan orang asing. Mereka sudah berteman dari SMP. Maka dari itu Nadza sampai sepenasaran ini.
Nadza melangkahkan kakinya malas, ia memasuki Kantin berniat menghampiri teman-temannya yang sudah lebih dulu ke kantin. Seperti biasa, kantin selalu ramai, banyak siswi baik seangkatan maupun adik kelas tersenyum pada Nadza. Karena dari pagi-pagi moodnya sudah hilang, Nadza hanya melewati dengan tampang datar. Tidak berniat untuk menebar senyum seperti biasanya.
Seolah baterai yang di charger lalu terisi penuh, tenaga Nadza kembali semangat tatkala melihat orang yang ia cari-cari tengah duduk dengan ketiga temannya. Nadza tersenyum miring, segera mendekati meja itu.
Brakk!
Seluruh penghuni kantin tentu saja menoleh ke meja yang tidak jauh dari pintu kantin itu, bahkan seorang gadis terbatuk-batuk karena tersedak.
"Uhuk... Uhuk..."
Alara menatap geram orang yang menggebrak mejanya, yang juga membuat Sivanya terbatuk-batuk karena tersedak plus kaget.
"Lo--"
Ucapan Alara terhenti ketika menyadari siapa yang membuat kericuhan di meja tempatnya. Pranadza. Dengan cepat gadis itu memalingkan wajah ke arah lain, dia beranjak dari kursinya.
Gadis itu menatap ketiga temannya. "G-gue duluan ke kelas yah, titip bayarin." seraya menyodorkan uang.
Nadza menyaksikan gerak-gerak gadis itu. Bukan hanya Nadza, seluruh penghuni kantin pun menyaksikan. Biasanya jika ada Alara dan Nadza dalam satu tempat pasti akan ada keributan, dan--benar.
Lelaki bermanik kelam itu menahan tangan Alara ketika gadis itu hendak pergi. Merapatkan tubuhnya, mungkin jika dilihat dari belakang dapat menimbulkan fitnah. Iya, Nadza seperti memeluk Alara dari belakang.
"Lo mau pergi ke mana? Mau ngehindar hm?" bisik Nadza tepat di samping telinga Alara. Menimbulkan rasa tidak nyaman ketika bulu tengkuknya meremang.
Alara berontak, berusaha melepas genggaman Nadza pada kedua lengannya. "Lepas! Bukan, urusan lo!" tekannya lirih.
Nadza tidak peduli. "Ada hubungan apa lo sama Adrian dan Adira?"
Berhenti meronta, Alara menegang. Jantungnya berdegup kencang, takut Nadza mengetahui lebih banyak lagi. Apalagi sampai Nadza membocorkannya pada semua murid yang ada di kantin saat ini. Jika hal yang ia dan kedua kakaknya rahasiakan itu terbongkar, tamat riwayat Alara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadrela'S || Winter ft Jaemin
Teen FictionSeandainya Alara diberi pilihan walau pilihannya antara mati tragis atau hidup tragis. Alara akan dengan yakin memilih mati dengan tragis. Biarlah, setidaknya ia hanya merasakan sakit saat kematiannya saja. Namun, sayangnya Alara harus dihadapkan ta...