11. Hodie putih

90 21 4
                                    

H A P P Y  R E A D I N G !

"Lo yakin mau ngelakuin itu? Kenapa harus bawa-bawa gue sih, gue gak mau yah hubungan gue sama dia jadi rusak." Lelaki berwajah tampan itu menghela nafas lelah, ia tidak tau ada masalah apa temannya ini dengan adik kelasnya.

Sementara lelaki bermanik kelam yang mendapat protesan dari temannya itu terkekeh geli.

"Tenang aja gue gak akan macem-macem kok, gue cuman mau bales aja kesongongan tuh cewek."

"Itu juga namanya macem-macem kali!" kata lelaki pemilik eyes smile itu sedikit kesal. "Awas aja lo kalau sampe bikin dia  nangis, gue hajar lo!"

Lagi-lagi lelaki pemilik netra kelam itu terkekeh geli mendengar ancaman dari sang teman. "Lo suka sama tuh cewe, Sam? Sejak kapan selera lo jadi turun?" tanya lelaki itu menaikkan alisnya meremehkan.

"Kalo iya kenapa? Masalah buat lo?"

-Sadrela's-

Alara memandang tampilannya lewat cermin, gadis itu memakai baju tidur kuning karakter domba dibalut dengan hodie putih tebal kebesaran. Dia tidak peduli Hirsam akan malu mengajaknya, toh dia saja malas berpergian malam seperti ini. Jujur saja Alara masih trauma akan kejadian bersama Idnan saat itu.

Alara sebenarnya ingin menolak, namun gadis itu tidak enak menolak ajakan kakak kelasnya apalagi Hirsam banyak membantunya. Dan hanya satu harapannya, semoga tidak ada penguntit lagi.

"Mau ke mana lo?" Adira memandang pantulan wajah Alara lewat cermin. Gadis itu menatap Alara sinis, tangannya bersedekap dada.

Alara melirik Adira sebentar lalu kembali fokus pada cermin. Menyisir rambut panjangnya yang diurai. "Kak Iyan udah kasih tau 'kan ke kak Dira."

Mendengar balasan Alara, Adira berdecih. "Belagu banget sih lo, mentang-mentang mau jalan sama Hirsam."

"Kemarin sama Idnan, di sekolah deketnya sama Nadza eh sekarang ganti lagi. Kesannya lo kayak cewek murahan haus perhatian tau gak sih!"

Alara menyimpan sisirnya di meja sedikit kasar, ia beranjak menatap netra sang kakak. Percayalah ucapan Adira mampu menyentil hatinya.

"Kak Dira gak usah asal ngomong kalau gak tau kebenarannya kayak gimana. Lagian bukan keinginan aku buat berurusan sama mereka, apalagi Nadza, kakak yang sengaja nyeret aku ke urusan kakak sama Nadza."

Adira yang tidak terima disalahkan mengepalkan tangannya geram. Dia menahan emosinya agar tidak tersulut, bisa-bisa Alara akan merasa menang jika melihatnya marah.

Mampu mengatur emosi, Adira memandang Alara sembari berdecak.

"Oh udah berani ngejawab yah sekarang, ck, ngerasa udah punya pahlawan baru? Setelah pahlawan lama mati di bun--"

Tok tok tok!

"Al, ini temennya udah nunggu."

Suara pintu diketuk dan suara panggilan sang Mama dari luar membuat ucapan Adira mengantung. Keduanya menoleh pada pintu kamar.

"Iya Ma, sebentar," sahut Alara seraya meraih ponselnya di meja rias.

Sebelum membuka pintu, Alara sempat melirik Adira yang pandangannya masih tak lepas dari Alara. Tatapannya sinis seperti biasa, sampai akhirnya Alara melepas kontak mata itu.

Hirsam benar-benar menepati janjinya, lelaki itu sudah duduk anteng di ruang tamu mengobrol dengan sang Mama.

"Maaf lama, kak," ucap Alara menghampiri mama dan Hirsam. Mama dan Hirsam memandang Alara dari atas sampai bawah, tak paham dengan setelan yang dipakai Alara saat ini.

Sadrela'S || Winter ft JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang