3. lelaki iris tajam

133 28 2
                                    

Jangan hanya tersenyum saat kau bahagia. Tapi senyum untuk jadi bahagia. -Park Jisung

H A P P Y R E A D I N G !

Hari minggu memang akan selalu pas untuk bermalas-malasan. Tidur sampai siang, keluar kamar hanya untuk makan dan buang air saja.

Kenikmatan mana yang harus terdustakan wahai beban negara!

Seperti halnya Alara, masih bergelung di bawah selimut tebalnya itu, Alara baru tertidur setelah sholat subuh, begadang untuk mentamatkan kembali bacaan wattpadnya. Benar-benar tidak tahu waktu!

Sebab menurut Alara, setelah berimajinasi lebih cocok lagi langsung tidur, supaya bisa masuk mimpi.

Gedoran pintu dari luar menganggu tidur Alara. Gadis yang bergelung dibawah selimut itu makin mempererat selimutnya, tidak acuh.

"Alaraaa bangun!" teriak seseorang diluar sana. Gadis yang dipanggil makin mengeratkan selimutnya, pura-pura tak mendengar. Masih betah di dunia mimpi.

"Alara! Pacar kamu jemput tuh di depan!" teriak sang Mama. Alara membuka matanya, mengingat-ingat punya pacar atau tidak, tetapi begitu ingat gadis itu mendengkus. Pacar saja tidak punya, gimana mau jemput.

"Alaraaa, bangun gak! Atau Mama ceburin kamu ke got depan rumah!" pekikan kembali bergema, disertai ketukan pintu semakin kencang. Ah, lebih tepatnya gedoran.

Tampaknya sang Mama belum menyerah. Alara bergidik ngeri mengingat betapa banyak tikus di dalam got depan rumah, belum lagi kedalamannya yang membuat Alara pusing harus menghitung dengan rumus jajar genjang atau persegi panjang.

"Al, yang ketiga kalinya kalau pintu gak dibuka mama sita handphone kamu! Sekalian mama jodohin sama ayam jago-nya Abah Mamat."

Sadis! Alara tak bisa membayangkan jika benar-benar dijodohkan dengan ayam, bagaimana keturunannya nanti? Apa anaknya akan jadi manusia ayam? Atau ayam jago manusia? Entahlah.

Alara segera beringsut dari tidurnya, kepalanya pusing sekali, ia menyambar kunci lalu membuka knop pintu.

"Ada apa sih Ma? Masih pagi juga," ujar Alara seraya menutup mulut, menguap.

"Masih pagi katamu? Liat jam!" Dengan malas gadis itu menoleh ke dalam kamar melirik jam dinding yang menunjukan pukul 13:20.

"Baru juga jam segini, maklum aja Ma sekarang ini weekend, besok 'kan Al udah masuk sekolah. Udah yah, Al mau tidur dulu," kata gadis itu hendak menutup pintu, tetapi lebih dulu Mama menahannya.

"Kamu nih anak perempuan gak pentes bangun jam segini! Contoh kakak kamu, dia dari pagi udah berangkat jagain Cafe. Sementara kamu enak-enakkan tidur gak tau waktu! "

Alara mematung, perlahan ia menundukkan kepalanya. Perkataan sang Mama mampu menyentil hatinya. Memang, Alara tahu dia yang salah karena bangun siang dan tidak membantu sang Mama sama sekali. Tetapi Mamanya tidak tahu ia sulit sekali untuk tidur sebab Adira mematikan lampu. Alara benci gelap. Alhasil semalaman ia tetap terjaga dengan membaca wattpad sampai lampu kembali di nyalakan.

Sejak kepindahan sang kakak tiga minggu lalu, hidup Alara tidak sebebas beberapa tahun sebelumnya. Tempat tidur harus berbagi dengan Adira, peraturan-peraturan baru mulai bermunculan, sering dibanding-bandingkan sang Mama. Pokoknya tidak bebas.

Sadrela'S || Winter ft JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang