[07] SAPU TANGAN

53 15 0
                                    

"Jan, oper Jan"

"Janu, woy. Jangan main sendiri kau"

Teriakan emosi dari tim sepak bola kelas Janu berseru marah kepada cowok tinggi itu.

Janu selalu mengiringi bola sendiri tanpa mengoper bola ke arah yang lain. Namun itu semua sama sekalih tidak menguntungkan juga di pihak lawan.

Buktinya kini dirinya sudah mencetak gol di gawang lawan.

"Woy, Jon. Janu ngapain sih?" Tanya Marfin anggota sepak bola kelas sebelah.

Joni mengangkat bahunya tidak tau.

"Aku pikir menguntungkan dia main sendiri, eh ternyata sama saja" raut kecewa terlihat jelas pada cowok perparas ganteng itu.

" Bener banget Jon, dia main sendiri aja bisa cetak gol" Marfin geleng geleng tidak percaya.

"Yah dia sepertinya main pake emosi" kata Joni.

Marfin pun menoleh ke arah Joni. namun sama sama diam tidak menjawab. Kini mereka malas asik melihat Janu yang tengah mengiring bola.

"Udah ah, capek. Membosankan" kata Janu keluar lapangan begitu saja.

"Lah gimana sih tuh anak, seenak jidatnya aja main pergi pergi" heran Marfin.

"Udahlah biarin aja, moodnya enggak bagus tuh" kata Joni.

Janu melangkah pergi meninggalkan lapangan. Sendari tadi ia berfikir kenapa ibunya tidak mengijinkan dirinya ikut dalam persami ini.

'duh padahal pengen banget ikut, tinggal tanda tangan aja ribet' batin Janu menahan emosi.

Janu masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang penuh keringat. Padahal seperti ini tidak boleh terjadi.

"Woy, mau kemana?" Cegat Vano yang sepertinya hendak ke kamar mandi juga.

"Mau tamasya" Janu melotot tak abis pikir.

"Yaelah cuma nanya doang, Jawabnya gitu banget"

Janu menghela napasnya.
"Dah tau mau masuk ke kamar mandi, emang situ pikir di kamar mandi mau ngapain hah?"

Vano mengangkat bahunya.
"Entahlah, gak tau. Makanya nanya"

"Banyak bacot yeh, mingir ah.."

"Tunggu bentar broh"

Vano merentangkan tangannya ke depan Janu.

"Kalo tujuan mau kencing mah, silahkan aja"

"Dih, apan sih" Janu mengangkat satu alisnya tidak mengerti.

"Dengerin dulu aelah"

"Jadi gini, tujuan mu ke dalam cuma mau cuci muka kan?"

"Emang" jawab Janu capat.

"Makanya minggir, gerah nih" sentak Janu.

"Aku pikir situ pinter, Jan. Ternyata.."

"Ternyata apa hah! mau bilang aku ini goblok?" Sargah Janu melotot.

Vano menelan ludahnya takut.
"Belom aja ngomong" gumamnya pelan sembari mengelus dadanya sabar.

"Jadi gini, Jan cuci muka dalam keadaan wajah yang masih bersimbah keringat itu, sangat tidak di anjurkan"

" Situ pikir saya bakal perduli?"

Vano kembali menghela napasnya.
"Ini aku perduli banget, makanya ku kasih tau"

Janu memutar bola matanya malas.
"Gerah nih, Van aelah"

"Jan. Tunggu dulu tuh keringat kering, aku baca di internet kalo mandi saat masih berkeringat itu gak baik buat tubuh"

PERSAMI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang