[16] KELOMPOK

35 14 3
                                    

Matahari dengan capat terbit membuat area perkemahan yang awalnya gelap karna api ungun yang sudah habis terbakar itu pun kini perlahan terang.

Beberapa peserta sudah keluar dari tenda, sebagian ada yang langsung pergi ke sungai untuk mencuci wajah, dan sebagiannya lagi ada yang memutuskan untuk membuat teh hangat untuk menghangatkan badan.

Maya keluar tenda terlebih dahulu, di lihatnya tenda Janu yang masih tertutup rapi.

"Mayaaaa, pagiii"

Jova dan Jila berseru menghampirinya Maya.

Maya menatap keduanya dengan senyuman khas yang ia miliki.

"Pagi juga, mau masak bareng gak?"

"Yaelah, May. Seharusnya kita yang bilang kek gitu" Jova menatap Jila.

Jila pun setuju dan mengangguk yakin, tujuan mereka datang memang untuk mengajak Maya memasak bersama.

"Ayok, kita mulai aja. Keburu ada panitia dateng"

Mereka bertiga pun mulai membuat makanan yang simpel, seperti mie instan.

"Aku kemaren dapet mie instan banyak" Jova mulai percakapan lagi.

"Iya, may. Padahal dia dari rumah juga bawa banyak" Jila menimpali.

Maya tertawa geli.
"Hahaah, jangan kebanyakan makan mie instan, Jov. Menciut entar usus mu"

"Nah dengerin tuh, mie instan mulu yang di makana, sekali kali makana nasi"

Jova memutar bola matanya malas.
"Kalian rese banget sih, yang namanya kecanduan yah gimana lagi, lagian juga aku gak jago masak, cuma bisa buat mie instan doang"

"Kalo kayak gitu, emang ada yang mau nikah sama kamu?"

Jova melotot.
"Heh, Jila. Jangan ngomong sembarangan dong, gini gini aku cantik tau, masak iya gak ada yang kepincut"

Percakapan mereka berhenti saat melihat Janu tiba tiba keluar tenda dengan wajah yang sedikit masam. Di tambah dengan rambutnya yang sedikit agak berantakan namun masih terlihat sangat rapih.

"Hoaahhh, ohhh kalian ternyata, aku kira siapa berisik banget di luar" Janu menguap. Ia hendak masuk lagi ke tenda namun langsung di cegah Maya.

"Bangun, Janu. Ini udah jam setengah tuju, kalo panitia lihat kamu masih tidur, bisa bisa tenda kamu di robohin saat kamu masih tidur di dalemnya"

Jova menahan tawa, lantas memukul Jila yang tidak mengerti apa apa.

"Apaan sih, Jova. Sakit banget tau" Jila meneringis sedikit.

Janu tiba tiba terdiam melihat Jila.

'tiba tiba aku suka sama Jila, tapi kalo di pikir pikir, aku ini cuma kagum dengan kecantikan dia doang sih'

Janu mengembuskan napasnya pelan.

Maya yang melihat Janu menatap Jila sekilas tadi sedikit binggung, ia mengangkat satu alisnya.

"Janu, mending kamu cuci muka aja deh, kusam banget aku lihatnya" Jila berucap membuat Janu refleks menyentuh wajahnya.

Namun bukannya menurut Janu malah kembali ke dalam tenda.

Maya terdiam.
'apa Janu beneran kecewa dengan persami ini yah?'

"May, temen mu kenapa sih, rese banget wajahnya, ngeselin, orang Jila suruh dia cuci muka, eh malah balik ke tenda" geram Jova.

Maya tiba tiba menatap sebal kepada dua gadis itu.
"Lagian kali jangan suruh suruh dia, inget kalian baru kenal sama Janu, dia tipikal orang yang gampang mager kalo udah di suruh atau di perintah"

Jova dan Jila saling tatap satu sama lain. Tatapan mereka seperti berkata.
Apa salah kita?.

Beberapa jam kemudahan, tempatin Jam sembilan, semua peserta sudah berkumpul dan panitia juga sudah datang.

"Selamat pagi semua, gimana tidur malam tadi? Seru?"

Janu memutar bola matanya malas.
"Pertanyaan macam apa itu" guma Janu pelan. Di sebelahnya Maya sudah terkekeh.

"Diam, Janu. Kalo mereka denger kamu ngomong kayak gitu, bisa bisa kamu di hukum"

Janu mengangkat bahunya.
"Bodoamat lah"

"Oke oke, mohon jangan berisik yah, saya sebagai panitia di sini sangat senang dan bahagia kalian tidak kenapa kenapa, karena bisa saja ada hewan liar yang masuk ke area perkemahan ini, tapi sepertinya tidak ada hewan yang masuk. Maka dari itu kita ucapkan syukur kita ke pada Tuhan yang telah melindunginya kita dari mara bahaya"

"Janu, kali ini aku tau kenapa gak ada hewan yang berani masuk ke area perkemahan ini"

Janu yang bersedekap dada itu pun menoleh ke arah Maya. Sepertinya ia tertarik oleh percakapan ini.

"Kenapa?"

"Karena di area perkemahan orangnya pada binatang semua" tawa Maya pecah. Walau dia tertawa pelan.

Janu tidak tertawa. Namun ia menghela napasnya pelan.
"Aduh, May. Kamu tuh enggak cocok jadi pelawak, sapa sih yang ajarin kamu?"

Maya terdiam, ia tersenyum kecut, ia pikir Janu bakal tertawa.

"Kamu cukup senyum udah bikin bahagia orang kok, May!"

"Semuanya dengerin sini oke, jangan berbicara sendiri, ini tugas terakhir kalian, ya itu berjelajah. Para panitia sudah beberapa tanda yang harus kalian lewati di daerah sekitar sini, dannn tugas kalian adalah, mengumpulkan pita merah dan putih sebanyak Banyak"

"Kita bakal buat kempok yang terdiri dari tiga sekolahan, jadi satu kelompok berisi enam orang, kalian mengerti?"

"Sekarang, saya mintak cari kelompok segera dalam waktu, lima menit"

"Di mulai dari sekarang"

Panitia mengangkat peluit.
Dan
Prittttttt

Semua peserta berlari.
Janu refleks memegang lengan Maya karena Maya tiba tiba hilang kendali karena sempat di tabrak dengan peserta lain.

Janu mempererat genggamannya.
"Maya, kamu gak papa? Kamu hampir saja jatuh tadi"

Maya menatap Janu dalam.
'hati aku nyaman banget di genggam kek gini, Janu'

To be continued

Selamat malam/pagi/siang/subuh/sore, di mana pun kalian membaca part ini, semoga kalian tetep sehat selalu ya, sehat itu mahal, yang geratis cuma nasi di Jumat berkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam/pagi/siang/subuh/sore, di mana pun kalian membaca part ini, semoga kalian tetep sehat selalu ya, sehat itu mahal, yang geratis cuma nasi di Jumat berkah.
Becanda😣👍

PERSAMI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang