2

1.2K 162 56
                                    

"Ada apa dengan matamu?" tanya Zhuo Cheng dengan ringisan setelah melihat Xiao Zhan datang dengan mata yang bengkak dan membiru.

Xiao Zhan mempoutkan bibirnya. Pertanyaan Zhuo Cheng mengingatkannya pada kejadian kemarin malam, membuat matanya berdenyut menyakitkan. Seolah, kejadian di mana matanya di tonjok baru saja terjadi.

"Zhan?!" desak Zhuo Cheng ketika Xiao Zhan bukannya menjawab malah melamun.

"Dipukul," jawab Xiao Zhan tanpa minat.

"Siapa?" tanya Zhuo Cheng lagi.

"Pria jelek itu," Xiao Zhan melihat Zhuo Cheng dengan mata yang berkaca-kaca. "Heee, A Cheng. Ini sakit sekali. Dia memukulku tidak kira-kira. Jahat sekali, padahal aku hanya minta gajiku."

Pelipis Zhuo Cheng langsung berkedut mendengar rengekan Xiao Zhan. Dia tidak perlu bertanya siapa pria jelek yang dimaksud Xiao Zhan, karena Xiao Zhan tidak pernah absen menjelek-jelekkan pria jelek yang tidak lain bosnya sendiri pada Zhuo Cheng.

"Memang apa yang kau katakan sehingga dia jadi marah dan memukulmu?" tanya Zhuo Cheng sembari berusaha melepaskan tangan Xiao Zhan yang mengapit lengannya.

Tangannya kesakitan. Xiao Zhan mengapitnya dengan kuat seolah ingin mematahkan lengannya.

"Aku bilang, aku minta gajiku. Itu saja. Dia memecatku tapi tidak memberi gaji. Aku mana bisa terima?"

"Kau baru menerima gaji dua hari yang lalu. Sekarang awal bulan. Mana ada gaji," ujar Zhuo Cheng jengah, "tapi aku yakin bukan itu yang membuatnya marah. Katakan! Apa saja yang kau katakan?"

Zhuo Cheng tidak akan percaya kata-kata Xiao Zhan dengan mudah. Enam bulan menjalin pertemanan, Zhuo Cheng sudah sangat tahu seperti apa tabiat Xiao Zhan. Pemuda yang masih mengapit lengannya ini 'kan banyak melakukan hal-hal di luar akal.

"Tidak ada," ujar Xiao Zhan yakin.

Zhuo Cheng mengangkat alisnya, menolak percaya.

Melihat itu, Xiao Zhan meringis. "Aku bilang, aku akan membakar cafenya jika dia tidak memberiku gaji. Cuma itu, serius!"

Plak!

"Cuma itu? Cuma itu, kau bilang?!" ujar Zhuo Cheng geram setelah memukul belakang kepala Xiao Zhan.

Dia tidak heran He Peng menonjok matanya Xiao Zhan. Kalau itu dia sendiri yang berada di posisi He Peng, Zhuo Cheng akan melakukan hal yang lebih parah. Seperti mengikat Xiao Zhan lalu melemparnya ke tengah jalan biar dilindas mobil, contohnya.

"Aww, A Cheng. Kau senang sekali memukul kepalaku. Nanti aku bisa bodoh, tau."

Zhuo Cheng memutar bola matanya. "Kau memang sudah bodoh. Lagian, siapa yang tidak marah ketika ada yang bilang ingin membakar cafe mereka? Apalagi perkataan itu keluar dari mulut orang kurang ajar seperti kau ini."

"A Cheng?!" seru Xiao Zhan, "kau lebih membela pria jelek itu?" Xiao Zhan memasang wajah seperti seseorang yang sedang dikhianati.

Zhuo Cheng memutar bola matanya. Tidak ingin membalas.

"Seharusnya kau lebih membela sahabatmu ini. Dan jika perlu, kau minta keadilan untukku. Lihat!! Wajahku yang mulus, putih bersih ini jadi ternoda." Xiao Zhan menunjuk matanya yang membiru. "Setidaknya maki dia dengan mulut pedasmu itu. Kalau menghinaku saja mulutmu pedas. Untuk membela kau tidak mau."

Plak!

"Tidak ada gunanya membela orang seperti dirimu. Sudah, jangan ganggu aku." Zhuo Cheng mengibas-ngibaskan tangannya, menghalau Xiao Zhan dan mulai memainkan ponselnya

Xiao Zhan menggembungkan pipinya kesal. Tangannya mengelus kepalanya yang lagi-lagi kena pukul oleh Zhuo Cheng.

"Kau teman yang kejam," ujarnya lalu menangkup wajahnya ke atas meja. Dia ingin tidur saja.

Confidential (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang