8

751 94 44
                                    

Ruangan yang temaram tidak menjadi gangguan. Pria itu bisa melihat dengan jelas seringai kecil miliknya sendiri yang terpantul di cermin besar yang menempel di dinding di depannya.

Selain itu, cermin juga memantulkan bayangan tubuhnya yang shirtless. Memperlihatkan sebuah tato hitam dari ujung sebuah sayap yang melebar menutupi hampir seluruh bagian dadanya sebelah kiri hingga menyentuh sedikit pangkal lengannya. Ujung sayap yang merupakan perpanjangan dari pangkal sayap di punggungnya.

Sayap yang sangat indah meski hanya ada sebelah.

Warna hitam tato tersebut pun sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat seperti porselen. Membuat perbedaan tersebut menjadi sebuah perpaduan yang sangat kontradiktif namun menggoda. Membalut tubuh kurusnya dalam fitur seksi yang tidak mudah diabaikan.

Pria itu mengambil tisu basah lalu menyapukannya ke pelipisnya. Menghapus concealer yang menutupi luka-luka yang terdapat di sana.

Selesai menghapus semuanya sehingga luka-luka serta memar berwarna biru terlihat, pria itu lalu mematut diri di depan cermin. Menoleh ke kanan dan ke kiri dengan apresiasi berisi kesombongan pucat. Lalu, dia meraih kotak beludru hitam kecil yang terletak di meja di dekatnya. Membuka kotak tersebut lalu menggunakan benda yang tersimpan di dalamnya.

Cincin.

Sebuah cincin perak polos yang berkilau diterpa sinar lampu.

Dia memainkan cincin yang sudah terpasang di jari manisnya itu sesaat sebelum keluar dari tempat tersebut. Kembali ke kamarnya yang temaram.

Temaram yang sama.

Dari suasananya, dapat dilihat jika pria itu orang yang suka dengan sesuatu yang temaram mendekati gelap.

Dia lalu mendekati dinding kamarnya yang diisi oleh bermacam foto dan gambar yang disilang dengan tinta merah dan juga penuh dengan coret-coretan kacau, dan di tengah kumpulan gambar yang tertempel itu, seperti menjadi pusat, terdapat sebuah gambar tanpa wajah, semacam siluet yang keseluruhannya hitam, yang sangat besar.

Pria itu memegang anak panah lempar di tangannya lalu melemparnya dengan cepat ke gambar tanpa wajah tersebut, dan ....

Tap!

Anak panah kecil tersebut tepat mengenai bagian kepala gambar tersebut.

"Wang Ji ...," desis pria itu dengan kebencian tertahan. Menatap pada gambar tersebut dengan mata dalam, penuh kontempolsi dan pengawasan yang kejam. "Sebentar lagi, tunggu sebentar lagi."

***

Pagi-pagi sekali, Xiao Zhan sudah dibangunkan oleh Song Jiyang dan Zhuo Cheng. Mereka, tanpa permisi masuk begitu saja ke kamarnya, menyeretnya ke kamar mandi, dan tanpa belas kasihan menyiramkan air dingin ke tubuhnya.

"Ap-apa ... apa-apaan kalian, brengsek!!" maki Xiao Zhan gelagapan. Dia mengerutkan hidungnya yang perih karena air yang masuk.

"Sialan!!! Kalian ingin membunuhku?" tanya Xiao Zhan lagi sembari mencubit hidungnya.

"Salahmu sendiri. Sudah hampir setengah jam kami bangunkan dan kau tidak juga bangun." Zhuo Cheng berucap dengan wajah tanpa dosanya. Tidak peduli jika Xiao Zhan sudah memperlihatkan wajah merah karena marah.

"Sekarang, selesaikan mandimu. Kita punya banyak hal yang harus dilakukan." Selesai berkata begitu, Song Jiyang menarik Zhuo Cheng keluar. Meninggalkan Xiao Zhan mengumpat sendirian.

"Aku harus mengganti kata sandi apartementku. Harus!!" gumam Xiao Zhan jengkel. Dan menuruti perkataan Song Jiyang, dia lalu menyelesaikan mandinya. Meski hatinya sama sekali tidak senang.

Confidential (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang